Very Important Person

221 17 3
                                    

"Lalu untuk masalah prasasti yang ditemukan Sasuke-kun...." Shizune membiarkan kalimatnya menggantung di udara.

"Kakashi-sama," panggilnya tegas. Kakashi kembali pada kesadaran setelah telinganya menangkap kata -sama.

"Shizune, jangan panggil aku begitu. Kau memanggil Sasuke dengan -kun, masa memanggil suamimu seperti itu," protesnya, bersama helaan napas berat.

Asistennya mendekat. Meski tadi sedikit kesal karena Kakashi terlalu banyak melamun saat dia sedang menjelaskan, tetapi kali ini mimiknya memberi sorot kekhawatiran.

"Ada yang mengganggumu?"

Rokudaime menatap asistennya. Dia mengacak surai peraknya dengan frustrasi. Sesuatu mengganggunya.

"Itu, loh," Kakashi menyerahkan sebuah gulungan kepada asistennya. "Pertemuan dengan Dewan Konoha. Mereka meminta anak-anak untuk hadir."

Shizune menerima gulungan undangan itu. Dia belum tahu hal itu—mungkin Shikamaru yang tahu.

"Anak-anak pasti akan bertanya alasannya," komentar Shizune.

"Terutama Shigeru." Sambungan Kakashi membuat keduanya bergidik ngeri.

Kakashi dan Shizune selalu merahasiakan salah satu alasan kenapa anak-anak itu terlahir ke dunia. Mereka berdua memperlakukan anak-anak seperti biasa dan meminta orang lain juga memperlakukan mereka layaknya anak-anak biasa, tanpa rasa spesial. Meski julukan "anak-anak Hokage" memang tidak hilang, tetapi setidaknya anak-anak itu tidak tahu tentang "The Pillars Project".

"Untuk hal ini... Anda saja yang bilang ke anak-anak." Shizune berusaha kabur.

Kakashi mengerjapkan matanya. Shizune selalu melimpahkan yang berat padanya. Walaupun dia suka dilibatkan dan diandalkan oleh istrinya, tetapi untuk urusan yang satu itu....

"Tidak, tidak, tidak. Kau saja, kau ibunya."

"Tidak, tidak, tidak. Anda saja, Anda Hokage."

Mereka trauma.... dengan tahun-tahun sebelumnya. Yah, bahkan anak-anak tidak menyukai dua tetua itu.

"Shizune...." Kakashi mengacak surai peraknya. "Yare-yare, bisa-bisa kita bertengkar karena hal itu."

"Jadi... Anda yang akan memberitahu mereka?"

Sang Hokage melirik asistennya. Sorot matanya menajam.

"Ya, dengan syarat tinggalkan -sama dan bahasa formal itu di mana pun kita berada."

Shizune menolak dengan cepat. "Tidak bisa. Itu tidak ber-etika."

Kakashi tidak bisa menang kalau sudah membahas ini. Jadi dia hanya meninggalkan topik itu bersama helaan napas panjang dan membiarkan Shizune untuk menjelaskan sesuatu yang tertunda sebelumnya.

Akhir-akhir ini, Shizune lebih banyak tinggal di Gedung Hokage ketimbang di rumah sakit. Kakashi bersyukur atas hal itu—dan itu berarti dia hidup bersama istrinya 24 jam penuh. Mereka sibuk dengan kantor, salah satu alasannya karena Kakashi memutuskan untuk melepaskan jabatannya sebagai Hokage Konoha dalam waktu dekat. Mereka harus menyiapkan banyak hal untuk pergantian rezim.

Pemuda Uzumaki telah dewasa—baik secara fisik maupun mental. Muridnya itu telah siap untuk menggantikannya. Anak-anak Naruto juga sudah lebih besar—usia 7 dan 5. Setidaknya tidak ada yang begitu rewel seperti anak-anak Hatake (baca: Chizuru, Yuzuru, Masaru, dan Minoru).

Nanti malam, mereka akan mengadakan rapat berkedok pertemuan santai di kediaman Hokage. Pertemuan itu hanya dihadiri oleh Hokage sebelumnya, Hokage saat ini, Hokage setelah ini, dan Nara Shikamaru. Pemuda Nara akan menjadi penasihat resmi Hokage di era Hokage Ketujuh nanti, sementara Shizune akan melepaskan jabatannya dan fokus pada rumah sakit serta keluarganya—mungkin Shizune akan membantu di awal era Naruto menjabat sebagai Hokage.

Children of the Sixth HokageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang