From Me to Us

260 26 7
                                    

Shizune bangun dengan sakit kepala dan mual pada perutnya. Kepalanya celingak-celinguk seolah mencari sesuatu. Dia berada di kamarnya, pakaiannya masih sama seperti semalam, tetapi tidak ada orang lain di sekitarnya. Seingatnya, semalam dia pergi bersama Tsunade yang meminta untuk ditemani ke bar. Entah bagaimana dia bisa berada di apartemennya. Yah, barangkali dia pulang sendiri.

Wanita itu menyibakkan selimutnya. Dia mencari-cari Tonton yang biasanya masih tidur di dekat ranjangnya. Akan tetapi, dua detik kemudian dia baru ingat kalau si kecil itu berada di kediaman Senju.

Langkah kakinya berjalan keluar kamar. Pandangannya langsung mengarah pada meja makan yang penuh menu sarapan. Harum sup miso yang menguap membuat rasa mualnya sedikit reda.

Dia menghampiri meja makan dan menemukan sebuah kertas di sana. Itu adalah sebuah surat yang belum ia ketahui siapa penulisnya.

Makanlah sebelum bekerja. Aku juga buatkan sup miso untuk meredakan pengar. Lain kali jangan mabuk hingga tak sadarkan diri.

Dari gaya tulisannya....

"KAKASHI-SAMA?!"

Pekikkannya memantul di setiap sudut. Dia kembali memeriksa tubuhnya—apakah pakaiannya dipasang tidak benar atau apakah ada tanda aneh yang tertinggal di beberapa bagian tubuhnya. Selanjutnya, Shizune bernapas lagi dan tiba-tiba merasa bersalah karena kecurigaannya pada si Mesum itu.

Shizune mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, tetapi tidak bisa. Ingatannya terhenti tepat sebelum dia benar-benar pingsan di hadapan Tsunade.

Akan tetapi, jika sup miso itu masih hangat, bukankah artinya orang itu meninggalkan apartemennya dalam jarak waktu yang tidak begitu lama?

Ah, apa aku cuti lagi hari ini? tanya Shizune pada batinnya sendiri. Kedua tangannya menangkup pipinya yang memerah.

Selanjutnya, perutnya berbunyi hebat. Shizune memutuskan untuk menerima semua perlakuan itu.

Usai sarapan dan bersiap, dia keluar dari apartemennya. Secara kebetulan, dia bertemu seorang nenek yang tinggal di unit sebelahnya. Mereka berdua saling tersenyum dan menyapa, hanya formalitas seperti biasanya. Akan tetapi, senyuman Shizune pudar ketika dia mendengar kalimat lain setelah ucapan selamat pagi.

"Aku jadi teringat masa mudaku dengan mendiang suamiku. Semalam pasti menakjubkan, ya? Bersama Hokage... wajah hingga telinganya terlihat memerah saat meninggalkan unitmu tadi pagi."

Sepanjang jalan menuju kantor, Shizune melamun tanpa henti. Pikirannya melayang bebas akibat ucapan wanita tua yang hanya ia respons dengan tanda tanya besar.

Ingin sekali dia menanyakan hal itu pada atasannya begitu tiba di kantor. Sayangnya, Shizune tidak memiliki keberanian sebesar itu. Apalagi mereka (tampaknya) masih bertengkar. Selain itu, dia tidak merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya atau sesuatu yang keluar dari tubuhnya.

Saat ini, Shizune masih betah berada di ruangan asisten Hokage. Dia bahkan meminta Shikamaru untuk menggantikannya sebentar. Setidaknya hingga hatinya siap. Itu berlangsung sekitar 3 jam sejak awal jam masuk kerja. Setelah itu, Shikamaru mendatanginya bersama raut cemas yang membuat Shizune ikut khawatir.

"Tidak bisa dipaksakan lagi, Shizune-san. Hokage-sama sudah hampir pingsan."

Berita itu lantas membawa keterkejutan bagi Shizune. Dia segera berdiri dari kursinya dan berlari menuju ruangan Hokage. Begitu pintu dibuka, dia dapat melihat bagaimana sosok pria yang selalu tampak kuat kini terkulai lemah di atas sofa. Napasnya tersenggal-senggal dan pakaiannya basah karena keringat. Wajah dan telinganya memerah, membuktikan bahwa dia telah menahan sakit begitu lama.

Children of the Sixth HokageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang