"Bagaimana kalau ini, Zeo?", tawar Anzela mengangkat sebuah anting dengan permata biru yang menghiasinya. Nampak sangat indah dan elegan.
"Anting?".
"Ya, ini sangat mirip denganmu", ujar Anzela. Tanpa disadari, kedua pipi Azo memerah, ia menatap penuh binar pada anting yang sekarang berada di tangannya.
"Jangan banyak berpikir. Mau yang ini atau yang lain?", tanya Anzela.
"Yang ini saja. Antingnya sangat cantik", ujar Azeo pada akhirnya.
"Nah paman, aku ambil tiga barang ini saja. Berapa harganya?", tanya Anzela pada si penjual.
"100 koin mas nak. Karena batu permata yang ada di ketiga barang itu termasuk langka dan susah sekali untuk mendapatkan nya. Itu juga stoknya terbatas, hanya ada tiga barang itu saja yang memiliki batu langka", ujar si penjual.
Azeo terbelalak, kaget mendengar harga dari ketiga barang itu. 100 koin mas itu setara dengan 2 tahun gajinya. Baginya itu adalah uang yang sangat banyak. Tapi tidak bagi Anzela, dia tanpa berpikir ulang, langsung membeli ketiga barang itu, membuat Azeo merasa tak enak hati.
"Ini, pegang baik-baik", titah Anzela menyerahkan 3 kotak berisi barang yang baru saja dia beli pada Azeo.
"Ayo lanjut cari yang lain!", ajaknya penuh semangat.
Azeo mengangguk pasrah, dia dan Anzela lekas berjalan untuk melihat kedai-kedai yang lain. Jika perlu diingatkan, tujuan Anzela ke sini hanya untuk mencari tanaman herbal langka saja, selebihnya dia hanya membeli untuk keperluan orang-orang terdekatnya.
.................
"Capek banget dah", keluh Anzela. Saat ini dia dan Azeo sedang duduk di kursi panjang yang berada di tengah pusat perbelanjaan kota, tepatnya di samping air mancur dan cafe tempat Violla bekerja.
"Anzela! sudah lama menunggu?", uajr gadis yang baru saja datang dari arah cafe menuju tempat mereka duduk. Azeo yang melihat gadis itu, tampak terkejut, begitu juga dengan si gadis yang sama-sama terkejut melihat Azeo. Sedangkan Anzela memandang keduanya heran.
"Zeo? Zeo!", seru Violla menjatuhkan dirinya di pelukan Azeo. Dia sungguh merindukan pemuda itu.
"Ah maaf. Aku kelepasan tadi", ujar Violla meminta maaf setelah puas memeluk sahabatnya.
"Tidak apa Vio. Jadi kalian berdua sudah saling mengenal ya?", tanya Anzela memastikan.
"Tentu, dia Zeo, sahabatku di panti asuhan. Kami sudah lama tidak bertemu semenjak Azeo menjadi pelayan istana", jawab Violla senang hati.
"Violla, gimana kabarmu dan anak-anak panti yang lain?", tanya Azeo.
"Kabarku dan anak-anak panti baik. Aku bekerja paruh waktu di cafe, sekalian untuk membantu keuangan panti juga", balas Violla. Azeo mengangguk paham, sedangkan Anzela dia bingung.
"Memangnya keuangan panti memburuk?", tanya Anzela kebingungan. Pasalnya dia sempat membaca laporan kalau dana yang berasal dari kerajaan sudah disumbangkan ke panti dengan jumlah yang besar, dia takut ada kecurangan.
"Memang benar. Sejujurnya dana yang diberikan oleh pihak kerajaan sangat sedikit, sehingga anak-anak panti yang sudah berusia remaja memutuskan untuk bekerja demi kelangsungan panti", jawab Violla dengan wajah sendu.
"Tunggu, bukannya pihak kerajaan sudah mengirimkan 30 ribu koin mas setiap 3 bulan? dan bahkan bahan pangan juga ikut dikirimkan setiap bulannya. Bagaimana bisa kurang?", kali ini bukan Anzela, tapi Azeo lah yang memulai pertanyaannya karena rasa curiga.
"Benarkah? tapi selama setahun belakangan ini, panti hanya diberikan 5 ribu koin mas setiap 3 bulan. Bahkan tidak ada pasokan pangan yang sampai", lanjut Violla sedih.
Dia sudah menduga jika ada kecurangan di dalamnya. Padahal dulu kerajaan memberikan anggaran yang banyak, tapi semakin ke sini semakin berkurang juga.
"Sudah, jangan dipikirkan. Aku yang akan menyelidiki semua ini, sebagai putri kerajaan di sini, aku akan dengan senang hati membantu masalah kalian", ujar Anzela penuh percaya diri.
Violla tertegun saat Anzela menyebutkan kalimat 'putri' di ucapannya. Jadi selama ini Anzela adalah tuan putri? kenapa dia tidak pernah tau?
"Ada apa Vio?", tanya Anzela merasa aneh.
"I..itu, maaf jika selama ini saya kurang ajar. Maafkan saya tuan putri", seru Violla khawatir. Jadi selama ini dia sudah bertindak tidak sopan selama bersama dengan tuan putri yang asli.
"Jangan formal padaku. Bersikap seperti biasa saja, aku lebih nyaman dengan itu", balas Anzela tersenyum.
Kedua pipi Violla tampak memerah saat diberikan senyuman manis oleh Anzela. Apalagi saat Anzela dengan terang-terangan mengusak kepalanya dengan lembut. Tidak memperdulikan kehadiran Azeo di sana.
"Mereka sangat bahagia. Apa memang aku tidak pantas ya?", batin Azeo tiba-tiba berubah sendu.
Kenapa dia tidak bisa dekat dengan Anzelo? padahal dia sangat mencintai pemuda itu.
Sadar Zeo! kau hanyalah seorang pelayan rendahan, sedangkan Anzelo adalah seorang pangeran yang mulia. Mana mungkin kalian dapat bersatu!
Apalagi saat melihat Anzela memberikan gelang yang tadi dia beli kepada Violla. Gadis itu tampak menolak, tapi dengan sedikit usaha Anzela, Violla akhirnya menerimanya. Keduanya hanyut dalam kehangatan masing-masing, benar-benar melupakan kehadiran Azeo di sana.
.................
"Saya dengar anda baru saja kembali setelah selesai berjalan-jalan. Saya harap anda senang", ujar Erix dengan nada dan ekspresi dinginnya.
Saat ini Anzela entah karena apa, datang sendiri ke kamar ayahnya. Padahal sebenarnya gadis itu sangat-sangat tidak mau bertemu dengan salah satu ayahnya tersebut. Bahkan untuk menatap wajahnya saja dia muak.
Di depannya sudah ada teh dan cemilan ringan yang disuguhkan oleh pelayan. Ia menatap dingin ayahnya.
"Jangan banyak basa-basi, di sini saya hanya ingin menyampaikan sesuatu", balas Anzela sengit. Tatapan kebencian tidak lepas saat dirinya menatap sang ayah.
"Memangnya apa yang ingin anda sampaikan?", tanya Erix. Anzela mendengus kesal sebelum akhirnya kembali berbicara. Dia sungguh ingin cepat-cepat pergi dari sini.
................
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
My Two Little Stars
RomanceKehidupan 2 orang kembar yang penuh dengan air mata. Membalas dendam kepada sosok ayah di benak mereka. Membalaskan dendam dan menghantarkan surat dari mendiang ibu mereka, itu adalah hal yang mereka lakukan. Kedua bintang kecil yang kini menggelap...