Class Battles 04

126 30 1
                                    


"Hari ini, aku gagal lagi."

****

Penerimaan siswa dan siswi di SMA Lentera Yogyakarta sudah ditutup bulan lalu. Bagi peserta yang lolos diminta hadir hari Selasa untuk daftar ulang. Di mading terpampang jelas siapa saja mendapat skor nilas tes tertinggi.

"Metana Calista," panggil seorang guru pada perempuan yang sedang mencari namanya di mading.

Metana menoleh Bu Leni. "Iya, ada apa, Bu?"

"Ini kunci asrama kamu," kata Bu Leni.

Metana tersenyum dan berterima kasih. Di kunci itu ada nomor kamar asramanya yaitu 075. Ia pun menyeret koper dengan semangat. Sudah lama Metana ingin bersekolah di SMA Lentera Yogyakarta ini. 

"Bunda, akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba juga." Metana bermonolog dengan hati riang gembira.

"Eh, kamu Metana, ya?" Seorang perempuan berambut panjang menyapa dengan ceria.

"Iya," balas Metana.

"Kebetulan banget kita ketemu di sini," ujar perempuan itu lantas mengulurkan tangan. "Kenalin aku Raina Putri Kirani."

Metana membalas uluran tangan Raina. "Metana Calista."

"Aku udah tahu kamu, kok," kata Raina membuat Metana mengernyitkan dahi. "Kita, 'kan, dulu pernah ketemu di olimpiade matematika waktu SMP."

"Hah? Kapan?" Metana tidak mengingat Raina sama sekali.

Raina tertawa kecil. "Aku yang kamu tolong waktu ketumpahan minuman di kantin."

Metana memutar kembali memorinya ke masa lalu. "Oh, itu kamu. Maaf aku sedikit lupa." 

"Nggak apa-apa, kok. Maklumlah, itu kejadian udah lama juga," ujar Raina tersenyum manis.

Metana membalas senyum Raina. Ia sedikit canggung bertemu dengan orang baru. Karena ia hanya memiliki satu teman akrab. Aneh rasanya tiba-tiba sekolah di asrama. Namun, bosan juga home schooling.

"Nggak sia-sia kerja kerasku selama ini biar satu kamar sama Metana," ujar Raina dalam hati.

Dari jalan dan berpakaian saja sudah menunjukkan bahwa Metana Calista bukan dari keluarga sembarangan. Begitu elegan dan menarik perhatian. Kenyataannya memang ia anak dari pemilik restoran. Sedari kecil sudah diajarkan tata krama.

"Kamu kelihatannya capek banget, Raina." Metana melihat sesekali Raina memijat kening. "Kamu sakit? Mau aku bawa ke UKS?"

"Aku nggak apa-apa," balas Raina terhuyung ke belakang.

"Eh." Metana langsung menahan punggung Raina agar tidak terjatuh. Ia juga mengajak perempuan itu untuk duduk sebentar di lantai menyender ke dinding.

"Aku nggak apa-apa," ujar Raina ingin beranjak."Ayo, kita ke kamar asrama aja."

"Kamu tenangin dulu diri. Kalau benar-benar sudah mendingan. Baru kita ke asrama," usul Metana diangguki Raina.

Namun, tiba-tiba datanglah seorang perempuan menghampiri mereka. Raut wajahnya terlihat khawatir. Metana langsung mengerti kalau dia adalah teman Raina.

"Raina, kamu nggak apa-apa?" tanyanya memegang lengan Raina.

Raina mengangguk pelan. Wajah pucat pasi, badan keringat dingin. Dengan keadaan seperti itu pun mencoba untuk bangkit dan ingin terlihat baik-baik saja.

"Kalau nggak kuat jangan dipaksa," kata Metana.

"Aku nggak apa-apa. Cuma sedikit pusing aja." Raina memijat pelipisnya berharap rasa sakit itu sedikit mereda.

Class Battles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang