Mata Metana berkaca-kaca dengan tubuh bergetar hebat. Ia takut dan merasa bersalah dengan siswa itu. Lagi-lagi tidak bisa menghentikan atau menunda sebuah peristiwa naas. Kalau saja tahu siapa di dalam penglihatannya pasti sudah antisipasi.Perempuan memiliki kemampuan melihat masa lalu dan memprediksi masa depan, terduduk lemas saat siswa tersebut dinaikkan ke brankar dengan wajah menghadap ke arahnya.
"Maafkan aku, Sekala," ucap Metana lirih.
Metana tahu nama Sekala saat mereka berteriak memanggil nama itu. Mengapa ia malah mengira kalau terjatuh dari tangga adalah Davin Rayyanza Habibi? Apa yang salah di dalam dirinya sampai salah sangka seperti ini?
Suara ambulans membawa Sekala ke rumah sakit membuat jantung Metana berdetak lebih kencang. Kejadian itu selalu berputar-putar di dalam kepalanya. Namun, ada kejanggalan di sana. Ia merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang. Seperti cuplikan video terpotong.
Ketika Metana ingin mencari tahu lebih dalam. Energinya terkuras habis, kepala nyut-nyutan dan tentu saja ia ingin muntah. Namun, ditahan sebisa mungkin. Jangan sampai memuntahkan isi perutnya di lantai.
"Dek, muntahkan di sini," suruh seorang laki-laki yang mengangakan plastik hitam di depan Metana.
Metana pun meraihnya dan memuntahkan seluruh isi perut sampai hati merasa lega dan tubuh tidak bergetar lagi.
"Sudah Abang bilang, jangan pernah lupa bawa kantong plastik," ujar Jaka sambil menepuk pelan punggung adiknya. "Abang tahu pasti kamu melihat insiden itu."
Metana mengambil air mineral yang dibawakan Jaka. Lalu, berkumur agar sisa muntahan terbuang dari sela-sela mulut. Setelah itu, ia minum hingga tandas. Jaka tidak jijik melihat Metana. Karena sedari kecil sudah bersama. Bahkan, gadis itu pernah muntah di sepatu dan bajunya.
"Tapi, aku nggak bisa lihat sepenuhnya, Bang. Aku gagal menghentikan insiden itu," ujar Metana sambil menepuk-nepuk dadanya. Ia menangis sesenggukan.
"Dek, dengerin Abang. Kamu memang bisa melihat masa depan. Tapi, kamu nggak bisa mengubah takdir seseorang. Bahkan, takdir kamu sendiri, Dek." Jaka memegang bahu Metana agar lebih tenang.
"Sekarang memang belum bisa, Bang. Tapi, aku akan berusaha biar bisa mengubahnya meskipun nggak semua. Setidaknya kita bisa antisipasi," balas Metana dengan suara serak.
"Nggak ada yang bisa mengubah takdir kecuali Allah," kata Jaka.
"Aku capek, Bang. Kenapa aku bisa melihat masa lalu dan memprediksi masa depan? Aku capek selalu dihantui rasa bersalah. " Metana menangis sejadi-jadinya.
Jaka bingung harus melakukan apa. Apalagi sekarang banyak orang melihat mereka. Menatap dengan rasa penasaran. Alkali yang berada tidak jauh dari sana langsung mendekat. Laki-laki itu paham kalau Metana sedang merasa bersalah dengan insiden menimpa Sekala.
"Ayo, kita pergi dari sini sekarang. Ada masalah yang harus kita selesaikan," ujar Metana.
Alkali yang baru datang pun mengernyitkan kening. "Masalah apa?"
"Ada masalah di penglihatanku, aku nggak bisa memprediksi masa depan secara baik. Kita harus cari tahu apa penyebabnya," ungkap Metana.
****Haris mondar-mandir di depan UGD menunggu kabar dari dokter. Bersama dengan ketiga temannya yang sekarang terlihat begitu pucat. Bagaimana tidak, insiden itu terjadi tepat di depan mata mereka.
Ibu Sekala belum datang karena ada di luar negeri. Sepertinya pihak sekolah sudah memberitahu. Mungkin akan tiba besok hari atau tidak sama sekali. Sebab, wanita itu terkadang lebih mementingkan pekerjaan daripada anak sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Class Battles
Mystery / ThrillerHaris Wijaya Kusuma, salah satu murid jenius di SMA Lentera Yogyakarta. Sekolah terbaik dengan sistem tersulit di Indonesia. Haris mendapat skor nilai tertinggi selama 14 bulan berturut-turut. Siswa yang paling disegani karena kecerdasannya luar bia...