Class Battles 02

209 37 14
                                    

"Aku berusaha mengepakkan sayapku. Berharap akan terbang bebas di angkasa. Namun, aku lupa kalau sayapku sedang terluka."

_Haris Wijaya Kusuma_

****

Semenjak masuk SMA, Haris menjadi pribadi yang sangat tertutup. Berbeda saat SMP, ia begitu ceria. Banyak hal mengubahnya seperti itu. Terutama karena tuntutan dari Wijaya. Haris selalu diminta untuk menjadi sempurna.

Bulan lalu, wijaya datang ke sekolah menjenguk Haris. Bukannya membawa kebahagiaan malah menggoreskan luka yang begitu dalam. Sebagai seorang anak, tentu saja Haris tidak bisa membantah. Ia hanya bisa menurut dengan mulut tertutup. Sekali dia menolak, luka yang belum sepenuhnya sembuh kembali menganga.

"Haris, nitip minuman kalau ke kantin," teriak Juna dari dalam kelas.

"Kebiasaan," cibir Haris yang sedang memakai sepatu.

"Ris, jangan lupa gorengan juga." Bukan Juna yang berteriak melainkan Sekala.

Haris menghela napas kemudian bersedekap dada di ambang pintu. "Beli sendiri!"

"Nggak, ah, males banget," balas Juna.

"Beli sendiri!" tekan Haris.

Sekala dan Juna pun berdiri manut. Takut kalau Haris nanti marah alamat bakal tidak ada tempat untuk menyontek. Maklumlah, teman mereka satu itu pemenang Class Battles di bidang kimia.

"Si Davin ke mana? Dari jam pelajaran pertama nggak lihat batang hidungnya." Sekala celingukan mencari lelaki memiliki perwatakan tinggi dengan berat badan ideal. Sedikit pemalas dibandingkan mereka bertiga.

"Di UKS," balas Haris.

"Ngapain? Pura-pura meninggal dia?" Sekala bicara memasang wajah seperti tanpa dosa.

"Kalau ngomong yang bener dikit. Masa ada orang pura-pura meninggal. Kalau pura-pura sakit masuk akal." Juna menyentil telinga Sekala sampai memerah.

"Sakit, dodol!" marah Sekala.

"Lagian, siapa suruh ngomong kayak gitu?" ketus Juna.

"Maaf," ucap Sekala.

"Haris menghentikan langkahnya. "Bentar, kalian sudah ngerjain tugas kimia, kan?"

"Sudah," balas Juna.

"Kapan? Perasaan semalem kalian main game. Terus bangun kesiangan," kata Haris yang selalu mengingat setiap detail kejadian.

"Tadi, sebelum pelajaran biologi dimulai." Sekala menimpali.

"Bukan nyontek punya aku, 'kan?" Tatapan Haris begitu menusuk hingga membuat Juna dan Sekala bergidik ngeri.

Sedetik kemudian, Sekala cengengesan. "Sedikit."

"Kan, udah ketebak banget gelagatnya," cibir Haris.

"Maaf," sesal Sekala.

Sepertinya hari ini Sekala lebih dari sepuluh kali mengucapkan kata maaf kepada Juna dan Haris. Sekala itu tipikal orang yang grasak-grusuk. Selalu berbuat sesuka hati, tidak berpikir panjang. Namun, perihal mengerjakan matematika nomor satu.

Sedangkan, Haris memiliki watak yang baik. Sedikit arogan karena ia cerdas dalam segala hal. Namun, layaknya seperti dua kutub negatif dan positif. Haris juga mempunyai keduanya. Mau tak mau harus diterima dengan lapang dada. Dia orang yang kurang sabar, selalu was-was menunggu hasil dari proses yang sedang dikerjakan.

Class Battles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang