Class Battles 06

88 29 0
                                    


Dalam sebuah ruangan terdapat beberapa guru sedang menulis soal Class Battles. Mereka juga membahas insiden yang menimpa Sekala tempo hari. Apa penyebab terjatuhnya siswa tersebut. Namun, kata saksi mata yang melihat kejadian itu. Sekala berjalan seperti orang linglung.

"Linglung bagaimana, Pak?" Bu Maya seorang guru Fisika bertanya dengan raut penasaran.

"Seperti banyak pikiran. Bahkan, aku panggil saja. Sekala tidak menoleh," ungkap Pak Riandi.

"Sebenarnya apa yang sedang Sekala pikirkan. Kalau tentang Class Battles nggak mungkin. Karena dia cerdas, pasti bisa menyelesaikannya." Bu Leni ikut mengutarakan isi pikiran."Apa ada masalah dengan orang tuanya?" 

"Kalau itu saya tidak tahu, Bu. Mungkin ada benarnya juga.apalagi kita mendengar kabar kalau ayah Sekala meninggal seminggu yang lalu," balas Pak Riandi.

Padahal bukan itu yang menyebabkan Sekala terjatuh dari tangga. Namun, karena ia tidak bisa mengendalikan kemampuannya. Metana dapat merasakan hal itu, gadis bernama lengkap Metana Calista sedang berada di dalam ruang kamar inap Sekala menyamar sebagai perawat.

Metana membenarkan posisi kaca mata dan maskernya. Kebetulan Sekala sedang tidur siang dan Davin keluar mencari makan. Membuat Metana lebih leluasa mencari tahu apa yang sedang terjadi terhadap Sekala.

"Kemampuan yang belum bisa terkendali?" Metana bertanya-tanya, kenapa Sekala memiliki kekuatan yang sangat aneh. "Ada apa di SMA Lentera Yogyakarta? Kenapa banyak kekacauan yang disebabkan oleh mereka?"

Beberapa detik kemudian, pintu kamar inap terbuka. Memperlihatkan seorang laki-laki yang sangat Metana kenal. Sosok itu adalah Haris, pemenang Class Battles bidang kimia. Buru-buru Metana pamit undur diri. Takut jika Haris mengetahui dirinya.

Haris tidak menaruh curiga karena menganggap Metana memang perawat rumah sakit yang sedang bertugas mengecek kondisi Sekala. Namun, tiba-tiba seorang dokter bersama asistennya masuk untuk memeriksa Sekala.

"Bukannya tadi sudah diperiksa suster, Dok?" Haris tentu saja bingung.

"Kami belum melakukan pemeriksaan terhadap pasien Sekala," ujar Dokter sambil memeriksa kondisi Sekala.

Haris Berkata di dalam hati. "Terus perempuan yang tadi siapa? Aku nggak berhalusinasi, 'kan?"

"Dokter," panggil Sekala setelah terbangun dari tidur. "Apa aku bisa pulang sekarang?"

"Cedera di kepala kamu sudah mulai membaik. Tapi, sebaiknya kamu pulang beberapa hari lagi. Karena kami ingin memastikan keadaanmu benar-benar pulih," kata Dokter.

****

Metana membetulkan sarung tangannya. Sedang menunggu mobil untuk pulang ke rumah bukan asrama. Malam ini ia ingin tidur di kamar kesayangannya. Juga merindukan ayah dan bunda tercinta. Apalagi kepada sang kakek.

"Pulang ke rumah, Pak," ujar Metana setelah duduk di dalam mobil.

"Baik, Non," ujar supir pribadi keluarga Metana.

"Bagaimana kabar kakek? Apa penyakitnya sering kambuh, Pak?" Metana merindukan pria yang selalu memanggilnya dengan sebutan Nana.

"Semenjak Non Metana tinggal di asrama. Kesehatan Tuan menurun. Tuan khawatir kalau Non Metana akan susah beradaptasi di sekolah formal. Yang mengakibatkan kesehatan Non Metana terganggu," balas Bagus panjang lebar.

Metana hanya mengangguk kecil. Mengingat kemarahan kakeknya saat ia ingin bersekolah di SMA Lentera Yogyakarta. Namun, ia tetap bersikeras tidak mau mengalah. Sebagai cucu kesayangan, tentu saja Yudhistira khawatir dengan kondisi Metana yang sakit-sakitan.

Class Battles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang