Class Battles 09

84 15 0
                                    

Setelah Class Battles selesai, Haris melihat Metana tidak berada lagi di kursi penonton. Sekitar dua menit yang lalu. Gadis itu keluar karena ada urusan yang mendesak. Ingin rasanya mencari tahu ke mana kepergian Metana. Namun, ia urungkan. Sebab, Raina datang lantas memeluk lengannya.

"Kita ke kantin, yuk, Kak," ajak Raina.

Haris mencoba menghindari Raina. Ia takut nanti orang-orang akan salah paham. Akan tetapi, tetap saja mereka menyangka kalau kedua remaja itu sedang menjalin hubungan.

"Pacaran mulu," cibir Davin.

"Kami nggak pacaran," kata Haris langsung melerai pelukan Raina pada lengan gagahnya.

"Akui saja nggak usah sungkan. Kami sudah tahu, kok. Kalau kalian punya hubungan," ujar Davin sambil memperhatikan Raina dari atas kepala sampai ujung kaki. "Pacar kamu lumayan cantik, Ris."

"Kamu kapan nyusul punya pacar, Dav?" Juna ikut bergabung.

"Doain aja, soalnya cewek yang aku sukai lumayan susah dideketin," ujar Davin tersenyum.

"Memangnya siapa cewek beruntung itu, Dav?" tanya Raina penasaran, sebab Davin termasuk cowok yang diidolakan oleh siswi SMA Lentera Yogyakarta.

"Metana Calista," balas Davin dengan senyuman merekah. Ia membayangkan betapa cantik dan manis gadis pujaan hatinya.

Mendengar nama Metana disebut, Haris langsung menoleh. Ada rasa tak karuan dalam hatinya. Kenapa harus Metana yang Davin suka? Padahal banyak perempuan lain, Raina contohnya.

"Ternyata kamu suka sama cewek jutek itu, Dav." Juna sedikit tidak menyukai Metana. "Aku, sih, ogah, ya. Dia itu nggak pinter-pinter amat. Mending kamu cari yang setaralah. Masa sama cewek jutek dan pemalas kayak Metana."

Mendengar Metana direndahkan Davin dan Haris tak terima. Mereka berucap kompak mengeluarkan unek-unek. "Nggak usah ngerendahin orang!"

Raina dan Juna tersentak mendengar kedua cowok itu membentak dengan kompak. Raina semakin sadar kalau di hati Haris hanya ada Metana. Bahkan, sudah satu tahun lebih ia tidak bisa menggesernya. Juna pun menyipitkan mata, menaruh curiga kepada Haris. Begitu pula dengan Davin, jangan bilang kalau temannya itu menaruh rasa juga kepada Metana.

"Udah, ah, balas Metana melulu." Raina menghentak-hentakkan kakinya. Lalu, meninggalkan ketiga cowok itu dengan perasaan dongkol.

"Pacar kamu, tuh, ngambek. Gara-gara belain Metana," kata Juna kepada Haris yang memandang kepergian Raina dengan rasa bersalah.

"Pacar siapa? Pacar kamu kali," balas Haris kesal.

"Lah? Pacar aku Dea Salsabila, dong. Bukan Raina Putri Kirani," ujar Juna membanggakan kekasih kesayangannya itu.

Davin menghela napas berat. "Terserah kalian, deh. Mau berebut pacar atau apalah. Aku pusing banget sekarang."

"Mau ke mana, woi?" tanya Juna sedikit berteriak.

"Asrama, tidur siang," balas Davin.

"Kita ada tugas dari Pak Riandi nyari buku paket matematika kelas X," kata Juna memperingati.

Davin menghentikan langkahnya. Benar juga kata Juna, ia baru teringat perkataan Pak Riandi. Kaki yang hendak menuju asrama putra. Kini memutar arah ke perpustakaan.


****


Asrama putra dan putri tidak begitu jauh dari gedung sekolah. Mereka masih kuat untuk berjalan kaki. Itung-itung olahraga agar fisik sehat mengikuti Class Battles. Namun, kenyataannya mental dihajar habis-habisan. Dituntut mereka murid yang cerdas dan berdedikasi.

Class Battles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang