Derap kaki melangkah sempoyongan menabrak beberapa batu kecil yang tidak bergerak membuat suara sepatu berdenyit hampir rusak. Kaki terbalut sepatu jordan itu menuju lantai kinclong berkesan dingin.
Tubuhnya hampir tumbang saat baru menginjakkan kaki di sana.
"Astaghfirullahal adzim!" ucap seorang bapak-bapak yang baru saja keluar dari masjid dan langsung menopang tubuh seorang pemuda bernama Lutfi itu.
"Kamu mabuk ya?" tanya bapak itu setelah mencium aroma semerbak bau alkohol yang membuat pusing.
"Di mana ustadz?" tanya Lutfi dengan setengah kesadarannya.
"Ada apa? kamu mau di ruqyah?"
"Bukan... teman saya mau jadi ustadz dalam, waktu, tiga, bulan...," ucap Lutfi terbata-bata menahan kesadarannya.
"Ngaco, ngaco, dia lagi mabuk jangan dilayani," sahut bapak-bapak yang baru saja menghampiri.
"Sumpah... demi Allah, teman saya mau jadi ustadz...," ujar Lutfi yang kesusahan membuka matanya namun tangannya menjulur ke atas membuat peace.
"Ada apa ini?" tanya seorang bapak tua yang sangat tercium wangi saat kehadirannya menghampiri.
"Ini pak ustadz, ada orang mabuk nanyain pak ustadz. Tapi kayaknya sih gak sadar," jawab bapak-bapak yang masih menopang tubuh Lutfi.
"Bawa saja ke dalam, kita sadarkan dulu." Lalu ke dua bapak tadi membopong tubuh Lutfi dan diletakkan di atas sajadah.
"Mau di banjur pak ustadz?" tanya bapak itu.
"Kasih air minum saja," ujar ustadz itu lalu duduk di dekat Lutfi.
Bapak itu memberikan air minum lalu hendak ia berikan langsung kepada Lutfi.
"Boleh saya pegang dulu?" ucap ustadz itu lalu bapaknya memberikan gelas dengan sopan.
Bapak itu melihat ustadz membacakan do'a lalu ditiupkan ke gelas.
"Di minum dulu, nak," kata ustadz seraya membangunkan kepala Lutfi.
"Apa nih? air zam zam?" tanyanya melantur lalu meminumnya.
"Seger banget ustadz kayak dari pegunungan," lanjut Lutfi setelah meneguk habis air tanpa tersisa.
"Benar kamu cari saya? ada apa?" tanya ustadz itu lalu membantu Lutfi untuk duduk.
"Teman saya mau jadi ustadz dalam waktu tiga bulan, pak. Saya bingung cari ustadz ke mana," jawab Lutfi tanpa terbata-bata lagi.
"Kenapa bukan kamu aja yang jadi ustadz?"
Lutfi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "nanti pak kalau teman saya sudah jadi ustadz." Lalu ia menyeringai.
"Dia bisa bayar ustadz berapa aja asalkan misinya berhasil."
"Dia sedang taruhan?"
"Oh bukan pak ustadz, dia lagi ngejar cinta."
"Besok bawa dia ke sini. Sama kamu juga."
"B-besok saya ada acara, ustadz."
"Acara apa? mabuk-mabukan lagi?"
"Iya... eh bukan, maksudnya acara ulang tahun gitu party-party."
"Besok kamu ke sini, jam berapapun saya tunggu pulang kamu party itu."
"T-tapi..."
"Saya tidak akan mengajarkan kamu jadi ustadz. Saya cuma mau kamu menemui saya lagi."
"Insyaa Allah ya, ustadz."
Aduh, jadi terjebak gue. Padahal kan gue cuma ditugasin cari ustadz doang. -batin Lutfi.
![](https://img.wattpad.com/cover/281930632-288-k388263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
Spirituale"Saya tidak sudi punya menantu yang mempunyai masa lalu buruk seperti kamu!" "Astaghfirullah, bukankah abi kyai? harusnya abi lebih mengerti kondisi seperti ini." Radzan membela Aiza yang menangis di belakangnya. "Kamu akan menikahi gadis bukan pe...