Bab 7 : 2nd Month

13.5K 781 4
                                    

"selamat pagi dokter Audrey"
Tampak seorang wanita berwajah oriental berdiri dihadapannya sambil memegang handybag. Rachel, kekasih suaminya ini belakangan sering mengunjungi rumahnya.
"hai Rachel, pagi"
"Dyo ada?"
"ada di dalam, masuk" Audrey bergeser ke kiri mempersilahkan Rachel masuk. Rachel berjalan agak ragu. Audrey teringat pada pancake nya dan setengah berlari ke dapur.
"Dyo ada di kamarnya" Audrey berkata sambil melengos ke dapur. Rachel mengetahui bahwa Audrey dan Dyo tidur di kamar terpisah. Rachel hanya mengangguk sambil melihat-lihat interior rumah Audrey dan Dyo yang begitu simple namun terlihat sangat elegan. Ini pertama kalinya Rachel mengunjungi rumah ini. Rachel bermimpi dapat tinggal di rumah sebagus dan sebesar ini. Mungkin nanti, saat Dyo menceraikan dokter Audrey lalu menikahi nya, bisik Rachel dalam hati.
"dokter Audrey sedang masak?"
"ya, hanya pancake untuk sarapan. Disini tidak ada asisten rumah tangga jadi saya harus memasak sarapan atau makan malam sendiri" Audrey tersenyum, Rachel mengangguk lalu meminta izin pada Audrey untuk menemui Dyo.
Audrey menyiapkan 2 piring pancake. Audrey lalu berpikir lagi. Untuk siapa? Dyo? Tadi sepertinya Rachel membawakan sarapan untuk Dyo. Audrey memutuskan untuk menyimpan pancake nya di kulkas dan memakan sendiri pancake buatannya. Perjuangan keras untuk Audrey menelan satu suapan saja. Audrey menyerah dan beranjak untuk mengambil obat di kotak obatnya yang agak tinggi. Audrey berjinjit dan oleng, namun ada yang menangkap pinggangnya.
"kamu bisa minta tolong aku Audrey" Dyo berbisik sambil mengambilkan obat Audrey. Audrey lalu tersenyum.
"thank you"
"aku akan pergi dengan Rachel, mungkin seharian ini aku akan spending time dengan dia"
"oke"
"apa yang akan kamu lakukan hari ini?"
"aku..menunggu telepon dari Nancy, mungkin ada pasien aku yang akan melahirkan hari ini"
"oke" Dyo mengusap kepala Audrey. Tak lama Rachel muncul dari pintu toilet. Dyo merangkulnya mesra sambil mengecup dahinya.
"bye dokter Audrey"
"bye, take care"
"you too" Dyo melambaikan tangannya sambil tersenyum simpul. Audrey menghela nafasnya. Entah kenapa, Audrey mendadak ingin di perlakukan seperti Rachel oleh Dyo. Mungkin suatu saat nanti akan ada pria yang memperlakukannya seperti itu. Audrey terkekeh, Dyo mau membantunya saja sudah untung, sekarang ingin mendapatkan perlakuan seperti kekasihnya? Tidak mungkin, teriak Audrey dalam hati.
Audrey membuang pikirannya jauh-jauh. Bagaimanapun juga, Dyo seorang yang sangat baik dan berhak mendapatkan yang lebih baik. Sedangkan Audrey hanya wanita kotor yang sudah di nodai mantan kekasihnya. Dyo dengan baiknya menutupi noda itu agar Audrey tetap terlihat seperti wanita bersih dimata orang lain. He's the real hero ! Dan Audrey merasa dirinya tidak pantas mendampingi seorang Frazdyo.
***
Audrey terduduk di ruangannya, mengusap pinggangnya yang pegal. Baru saja Audrey menangani pasiennya yang melahirkan bayi kembar. It's so cute, bisiknya dalam hati. Belakangan Audrey selalu memikirkan bahwa beberapa bulan kedepan dia akan mengalami itu. Sampai detik ini, Audrey belum pernah memeriksakan kehamilannya. Audrey takut. Bayang-bayang Radie masih menghantuinya. Sebenarnya Audrey ingin melupakan Radie, namun Radie malah meninggalkan jejaknya di tubuh Audrey. Audrey ingin marah, tapi entah siapa orang yang bisa dia marahi atas semua ini. Apa Audrey harus marah pada Tuhan karena menggariskan takdir sepahit ini padanya? Audrey bodoh jika melakukan itu, pasalnya Audrey percaya bahwa janin ini adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Pasti Audrey dapat mengambil hikmah dari semua ini. Audrey juga sudah sangat jatuh cinta pada janinnya.
"dokter Audrey, boleh saya masuk?"
"dokter Indah, silahkan" Audrey berdiri dan mempersilahkan dokter Indah duduk. Dokter Indah adalah dokter obgyn senior di The Ritz Hospital.
"lusa saya harus mengantar anak saya yang kuliah di Manchester ke airport, apa kamu tidak keberatan menggantikan saya?"
"oh ya, sama sekali tidak, dokter. Saya senang kalau dokter mempercayakan ini pada saya" Audrey tersenyum simpul. Dokter Indah menilik Audrey. Akhir-akhir ini Audrey terlihat pucat.
"apa kamu sakit?"
"emmmm, saya baik-baik saja dokter" Audrey menjawab gugup. Sebenarnya saat ini perutnya bergolak lagi dan sangat ingin muntah. Audrey mencoba menahannya. Kehamilannya sudah 15 minggu, seharusnya Audrey tidak lagi mengalami mual seperti ini.
"atau mungkin dokter Frazdyo sudah berhasil" dokter Indah menggoda, Audrey terkekeh mendengar celotehan dokter Indah.
"berhasil?"
"sebaiknya periksa menggunakan testpack atau kamu mau saya periksa?"
"no dokter, next time" dokter Indah tersenyum penuh makna pada Audrey. Audrey memang cukup dekat dengan dokter Indah karena di awal prakteknya, Audrey banyak di bantu oleh dokter Indah.
"oke, saya akan kembali ke ruangan. Terimakasih atas bantuannya Audrey"
"sama-sama dok" Audrey tersenyum, dokter Indah menghilang di balik pintu ruangannya. Audrey segera beranjak menuju sebuah cermin panjang di ruangannya. Audrey berdiri sambil memutar badannya lalu meraba wajahnya. Memangnya dirinya terlihat sedang hamil? Audrey merasa tubuhnya belum banyak berubah dan perutnya masih belum.....oh wait. Audrey memperhatikan pinggangnya yang mulai membesar. Audrey menepuk keningnya. Ini akan lebih membesar dan Audrey harus memakai baju longgar mulai besok. Tidak boleh ada satupun orang yang tahu bahwa dirinya sedang hamil 15 minggu !!
***
"kenapa semua isi lemari kamu di keluarkan?"
Dyo mengerutkan dahinya saat Audrey mengeluarkan semua baju di lemarinya. Audrey akan mencari beberapa bajunya yang longgar dan dirinya merasa mulai sesak memakai skinny jeans nya !!
"aku sudah ga mungkin lagi memakai skinny jeans, kemeja atau dress yang menempel di tubuh aku lagi"
"why?"
"aku harus mulai memakai baju longgar menutupi perut aku, selain itu baju terlalu tight tidak baik untuk perkembangan janin aku" Audrey berkata pelan lalu duduk lemas di kursi meja rias nya. Audrey melamun, Dyo meniliknya.
"aku...takut orang lain tahu, Dyo"
"kamu punya suami Drey, untuk apa kamu takut orang lain tahu kalau kamu hamil?"
"dokter Indah mulai mencurigai ini. Dia menawarkan aku untuk di periksa tapi aku menolak"
"kenapa?"
"karena tidak menutup kemungkinan ini akan menjadi gosip dikalangan suster jika ada yang tahu bahwa usia kandungan aku lebih lama dibandingkan usia pernikahan kita. Belum lagi pacar kamu bekerja di rumah sakit yang sama. Kamu tidak pikirkan perasaan Rachel kalau dia tahu tentang ini?" Dyo diam sambil pandangannya menerawang. Audrey menatap Dyo nanar. Dyo lalu mengalihkan pandangannya pada Audrey.
"seandainya mereka tahu usia kandungan kamu lebih lama di bandingkan pernikahan kita, aku ga takut mengakui kalau itu memang benar adanya. Mengakui kalau aku menghamili kamu sebelum kita menikah" Dyo tersenyum simpul, meraih jemari Audrey. Audrey memandangnya nanar, Dyo lalu mengusap pipi Audrey.
"jangan takut Audrey....ada aku"
"thanks Dyo"
"well, kamu tidak pernah ajak aku untuk memeriksa kandungan kamu"
"aku memang belum memeriksakan kandungan aku"
"why?" Dyo terkejut mendengar ini. Bagaimana bisa Audrey tidak memeriksakan kandungannya ke dokter??
"aku.....takut Dyo"
"apa yang kamu takutkan?"
"aku benci Radie"
"tapi bukan berarti kamu benci anak ini kan?"
"ini terlalu complicated buat aku"
"Drey, aku tahu kamu dokter bahkan dokter obgyn tapi bukan berarti kamu bisa tahu keadaan diri kamu sendiri kan?"
"tapi Dyo..."
"Audreynandya, jangan bantah aku !"
"iya aku akan periksa" Audrey bergumam pelan, Dyo tersenyum mengusap lengan Audrey.
"aku akan buat janji dengan dokter Sinta besok, dia dokter kandungan di Mitra Hospital. Dia ga tahu tentang kita"
"oke, well aku akan mandi. Lebih baik kamu keluar"
"oke...." Dyo mengusap kepala Audrey dan menghilang di balik pintu. Dyo sebenarnya sedih melihat sikap Audrey yang belakangan berubah menjadi pendiam dan tidak seceria dulu. Dyo bertekad untuk mengembalikan Audrey seperti dulu lagi.
Dyo terdiam dikamarnya sambil memilih buku yang akan di bacanya malam ini. Tiba-tiba saja Rachel menghubunginya.
"aku sudah pesan tiketnya sayang, minggu ini kita akan berangkat"
"oke sayang" Dyo terdiam, berpikir sejenak. Apa Audrey akan mengizinkannya pergi? Sementara Dyo sebenarnya tidak mau meninggalkan Audrey sendiri tapi di sisi lain Dyo telah lama merencanakan liburan ke pantai ini dengan Rachel. Dyo melangkahkan kakinya ragu ke kamar Audrey. Terdengar suara shower menyala di toilet dan Dyo langsung masuk ke toilet lalu duduk di toilet tertutup yang bersebelahan dengan shower room.
"Drey..."
"Dyo, kamu bisa kan ketuk pintu sebelum masuk? Aku ga mau naked di hadapan kamu !!" Audrey berteriak dari shower room, Audrey terdengar kesal.
"aku kan suami kamu, kamu naked di hadapan aku juga bukan sebuah masalah besar"
"Frazdyo !!" Audrey menggeram memanggil nama Dyo lengkap. Dyo terkekeh. Perhatian Dyo teralih pada siluet tubuh Audrey yang sedang tanpa busana sehelai pun di balik pintu kaca. Oh ya, perut Audrey tampak agak membuncit dari sebelumnya bahkan tubuh Audrey lebih terlihat berisi. Pantas saja Audrey ingin memakai baju longgar. Dyo tidak pernah memperhatikan Audrey intim ini.
"Dyo? Kamu masih disitu?" Dyo seketika terperanjat mendengar suara Audrey.
"ya, emmmm oh ya Drey apa minggu depan kamu bisa ambil cuti selama 1 minggu?"
"cuti? Untuk apa?"
"aku akan holiday ke pantai dengan Rachel, agar terkesan aku pergi dengan kamu, kamu harus ikut mengajukan cuti" Dyo sedikit mengeraskan volume suaranya. Audrey keluar dari shower room dengan baju handuk dan melewati Dyo. Audrey beranjak ke washtafel untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Audrey tak memberi respon apapun.
"so, kamu bisa?"
"ga ada dokter yang mau menggantikan aku Dyo"
"dokter Indah?"
"mana bisa aku meminta dokter senior untuk menggantikan juniornya?"
"please, aku sudah rencanakan ini sejak lama Drey, aku ga mau mengecewakan Rachel" Dyo begitu memohon pada Audrey. Menyelipkan jemari Audrey diantara kedua tangannya. Audrey berpikir sebentar lalu mengangguk.
"ya, anything for you Frazdyo"
"oke, selama aku pergi aku mau kamu move ke rumah Mama agar ada yang menjaga kamu"
"ya, let see, tapi sepertinya aku akan menginap di rumah sahabat aku"
"siapa?"
"Naurra atau Shaneen atau Syd, maybe"
"oke, tapi janji kamu akan safe"
"ya !!"
"oke thanks Audrey, good night" Dyo mengecup pipi Audrey lalu menutup pintu toilet dari luar. Audrey terpaku. Dyo mengecup pipinya? Oh no !! Ini agak menyebalkan bagi Audrey. Audrey tidak mau sampai di buat jatuh cinta oleh Dyo. Dyo itu terlalu baik untuk ukuran wanita seperti Audrey. Audrey terdiam menatap wajahnya di cermin. Wajahnya memerah. Audrey tersipu, kecupan Dyo masih terasa hangat di pipinya. Ada apa dengan Audrey??
***
"ini sudah memasuki minggu ke 16, semuanya sehat. Mungkin sesekali ibu Audrey akan merasakan tendangannya meskipun tidak begitu kuat. Panjangnya 12,5 centimeter dan beratnya 100 gram" Audrey tersenyum saat sedang melakukan proses USG dengan dokter Sinta. Dyo tak kalah senang melihat janin Audrey yang bergerak-gerak di monitor. Meskipun ini bukan anak Dyo, tapi Dyo sangat bahagia karena sebentar akan menjadi Ayah.
"Ibu Audrey harus lebih banyak istirahat dan diusahakan untuk tetap makan teratur meskipun merasa sangat mual" dokter Sinta memberikan hasil USG nya. Audrey sangat excited dan terus memandangi hasil USG nya.
"saya akan beri vitamin dan obat untuk mengurangi rasa mual" Audrey dan Dyo mengangguk sambil tersenyum.
"apa semuanya baik-baik saja dok?" Dyo bertanya serius pada dokter Sinta, dokter Sinta mengangguk sambil sibuk menuliskan resep untuk Audrey.
"ya sangat baik dokter Dyo. Mungkin bulan depan kita akan mengetahui jenis kelaminya bayi anda berdua" Dyo mengangguk sambil tersenyum, Audrey melihat Dyo tampak lebih excited dari dirinya.
"oke terimakasih dokter"
"sama-sama Ibu Audrey, jaga kesehatan, istirahat yang cukup dan makan yang banyak"
Audrey dan Dyo keluar dari ruangan dokter Sinta dan berjalan beriringan menuju area parkir. Sebelah tangan Dyo menggenggam tangan Audrey dan sebelah lagi menutup kepala Audrey untuk menghindari sinar matahari. Audrey melirik Dyo. Dyo tampak tulus melakukan ini. Sejak tadi di ruang pemeriksaan, Dyo terlihat excited. Entah ini hanya akting atau memang benar itu yang Dyo rasakan. Yang jelas, Dyo terlihat tak kalah excited dari Audrey.
Sampai di mobil, Dyo melihat hasil USG Audrey, meniliknya sebentar lalu kembali memasukkannya kedalam amplop.
"kamu dengar kan apa yang dokter Sinta katakan. Kamu harus lebih banyak istirahat dan makan"
"ya" Audrey menjawab singkat sambil mengangguk. Audrey langsung memalingkan pandangannya saat Dyo memandanginya dengan seksama.
"kenapa kamu terlihat confused?" Dyo masih memandangi Audrey sambil mengusap perutnya lembut. Audrey hanya menggeleng lalu tersenyum sambil memegang tangan Dyo yang berada diatas perutnya.
"it's my first experience, wajar kan kalau aku merasa confused?" Audrey berkata lembut sambil menatap mata dyo yang hanya beberapa centimeter dari matanya. Tutur kata Audrey selalu membuat Dyo merasakan kesejukan. Selain wajah cantik Audrey yang memang selalu mampu menenangkannya, tutur kata Audrey pun terdengar bagai nyanyian surga di telinga Dyo.
"it's oke, pulang sekarang?"
"ya" Audrey tersenyum sambil mengangkat bahunya. Dyo mengusap kepala Audrey sebelum melajukan SUV nya menuju pulang ke rumah mereka. Mereka saling diam berkecambuk pada pikiran mereka masing-masing. Entah kenapa, rasa sayang Dyo pada Audrey berubah. Bukan hanya sekedar sebagai sahabat, tapi mungkin lebih. Audrey adalah satu-satunya orang yang dia temui saat bangun dan akan tidur. Bahkan saat Dyo bekerja pun dia bertemu Audrey lagi. Sekarang bayang Audrey menyesakkan pikirannya. Ada apa dengan dirinya? Dyo tidak mungkin mengkhianati Rachel, dia sangat mencintai Rachel, wanita yang sudah 1 tahun ini ingin di pacari nya. Apa Dyo jatuh hati pada sahabat kecilnya ini? Dyo melirik Audrey yang sedang mengusap-usap perutnya sambil memakukan pandangan pada jalanan. Apa Dyo adalah orang yang tepat untuk Audrey? Apa Audrey menginginkan Dyo, sementara Dyo tidak pernah melihat bayang dirinya sedikitpun di mata Audrey???
***
Audrey bersandar di sudut ruang delivery room bersama Dyo. Audrey masih menunggu stage labour pasien nya. Dyo memandangi Audrey yang diam sambil menyedekapkan tangannya di dada, memandangi pasiennya yang menahan kesakitan. Audrey mengetuk-mngetukkan stilleto nya ke lantai seperti tidak sabar.
"kamu kenapa?"
"ga apa-apa"
"apa kamu takut mengalami itu?"
"just.....a little bit"
"aku akan selalu di samping kamu seandainya saat itu tiba" Dyo memeluk pinggang Audrey menariknya mendekat. Tangan Dyo menjangkau perut Audrey dan mengusapnya. Audrey melirik Dyo ragu. Dyo ternyata sudah lebih dulu memandangnya sambil tersenyum.
"thanks Dyo" Audrey berkata lembut, Dyo mengangguk sambil tersenyum.
"your welcome, sepertinya bayinya sudah siap lahir" Dyo melirik ke arah suster yang menunggu Audrey memeriksa pasiennya yang sedang mengerang kesakitan. Audrey menyelesaikan tugasnya untuk menangani proses kelahiran yang kesekian kalinya.
Setelah selesai, berganti Audrey menunggu Dyo menyelesaikan tugasnya. Audrey menengadahkan kepalanya di sandaran sofa. Audrey menutup wajahnya. Hari ini terasa lelah setelah menangani 10 pasien yang kontrol dan menangani 2 proses kelahiran. Badan Audrey terasa remuk. Audrey memejamkan matanya, beristirahat sejenak sampai ada sesuatu yang hangat menyentuh keningnya. Audrey langsung membuka matanya. Dyo mengecup keningnya.
"tired?" Dyo memberikan papercup berisi hot chocolate lalu duduk di sampingnya.
"ya, so tired"
"aku akan antar kamu pulang"
"kamu masih harus praktek jam 8"
"ya, mengantar kamu sampai rumah tidak akan menghabiskan waktu berjam-jam"
"oke" Audrey mengangguk lalu mengiyakan permintaan Dyo.
"besok, kamu akan pergi jam berapa?"
"aku dan Rachel mengambil penerbangan pagi, jam 8"
"aku akan antar kamu ke airport"
"so, kamu akan menginap dimana?"
"di rumah Syd. Kebetulan dokter Keanu sedang kunjungan ke Perth. Aku akan menghabiskan waktu bersama Ziva dan Athalla. Selain itu aku, Syd dan Naurra akan menyambut kedatangan Shaneen"
"Shaneen sudah melahirkan?"
"ya, bayi laki-laki"
"sampaikan salam aku untuk semua sahabat kamu"
"sure, aku akan sampaikan" Audrey tersenyum simpul sambil menjatuhkan kepalanya di bahu Dyo. Dyo mengusap lengan Audrey. Besok Dyo akan pergi berlibur dan pasti Audrey akan kesepian. Untung saja, Audrey berencana untuk menghabiskan waktu dengan semua sahabatnya. Ya, baiklah hanya 1 minggu tanpa Dyo. Mungkin Dyo akan mematikan ponselnya dan spending time dengan Rachel. Audrey menghela nafasnya, Audrey pasti akan merindukan Dyo. Sebenarnya Audrey merasa kacau. Apa Audrey cemburu???
***

My Real HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang