Bab 8 : 3rd Month

13.4K 739 1
                                    

Dyo hari ini pulang !!!
Tanpa Audrey sangka, ternyata selama berlibur Dyo menghubunginya secara intens. Menanyakan Audrey sedang apa, mengingatkan Audrey makan dan minum obat, bahkan mengontrol apa saja yang Audrey makan setiap harinya. Mungkin Dyo bersembunyi di bawah ranjang untuk bisa menghubungi Audrey tanpa di ketahui Rachel.
Audrey melihat Rachel sangat mencintai Dyo, mencoba mengimbangi Dyo dan memahami isi kepala Dyo yang kadang tidak bisa ditebak. Rachel sebisa mungkin berusaha untuk mengerti apa yang Dyo lakukan. Rachel begitu luar biasa, masih mau mencintai kekasihnya yang menikahi wanita lain. Jika aku menjadi Rachel, aku lebih baik memutuskan pacarku dan melupakannya, pikir Audrey dalam hati.
"welcome home" Audrey berkata lembut sambil menuangkan susu ke dalam mangkuk serealnya. Pagi itu Audrey sudah harus mulai praktek. Dyo tersenyum dengan wajah lelahnya.
"breakfast?"
"done" Dyo mengusap kepala Audrey. Dyo berdiri di hadapannya, mengikuti Audrey yang membawa mangkuk sereal dan segelas air putih di tangannya. Mata Dyo tidak terlepas dari  Audrey.
"Drey, can I hug you?" Dyo berkata pelan sambil mengikuti Audrey dari belakang. Audrey seketika menghentikan langkahnya dan menyimpan mangkuk serta gelasnya di meja makan, lalu membalikkan badannya sambil tersenyum simpul pada Dyo.
"oh, sure" Audrey membuka lengannya, Dyo langsung memburu tubuh mungil Audrey.
"miss you Audrey !!" Dyo berteriak sambil setengah tertawa, mendekap Audrey hangat.
"miss you too Dyo !!" Audrey berbisik lembut di balik pelukan Dyo. Dyo melepaskan pelukannya lalu menatap Audrey. Dyo membungkukkan badannya dan mengecup perut Audrey.
"hai, how are you, baby? Fine?"
"fine" Audrey tersenyum melihat tingkah Dyo. Dyo lalu mengecup kening Audrey dan berlari menuju kamar. Audrey terpaku memandangi Dyo. Dyo menghentikan langkahnya di tangga.
"aku akan tidur seharian ini, maaf aku ga bisa antar kamu ke rumah sakit. Aku akan jemput kamu untuk dinner. Take care Drey" Dyo tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar. Lamunan Audrey buyar saat mendengar suara pintu kamar Dyo yang di tutup. Ada apa dengan Dyo?? Kenapa dia mengecup keningnya? Kenapa Dyo terlihat senang melakukan ini padanya?
                                                                                      ***
"how your holiday? Menyenangkan?"
"ya, menyenangkan" Dyo menjawab datar, kontras dengan nada bicara Audrey yang terdengar excited. Entah apa yang ada di dalam pikiran Dyo, Dyo terlihat muram malam itu. Mereka saling diam hingga selesai makan. Dyo baru mau membuka suaranya setelah makanan di piringnya habis.
"Drey...."
"ya?"
"apa kamu pernah....menolak Radie untuk have sex dengan kamu dulu?" Dyo berkata pelan sambil memandang audrey lekat-lekat. Audrey terkejut dengan pertanyaan Radie. Audrey lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"I don't know, itu terjadi secara natural"
"atau kamu pernah di tolak Radie?"
"aku ga pernah meminta hal itu pada Radie. Apa kamu di tolak Rachel?" Audrey menilik Dyo, entah kenapa hati Audrey berdesir menanyakan ini pada Dyo.
"aku yang menolak dia, Drey"
"why?"
"karena aku ga mau menyentuh dia sebelum aku ada ikatan resmi dengan dia"
"good Dyo, kamu sangat menghargai seorang wanita"
"Rachel marah sama aku bahkan sejak awal aku dan dia tiba di hotel karena aku memesan kamar terpisah"
"mungkin dia hanya kecewa, yakinkan Rachel kalau dia jangan sampai menjadi wanita bodoh seperti aku. Aku membiarkan seorang pengecut menyentuh aku tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya"
"Drey...aku sama sekali ga bermaksud menyinggung kamu atas cerita aku"
"no, it's real Dyo. Aku bodoh dan kebodohan aku membuat manusia tidak bersalah seperti kamu ikut menanggung akibatnya. Kamu tahu, aku merasa menjadi wanita kotor dan tidak berharga lagi, aku...."
"Audrey cukup !!" Dyo membesarkan volume suaranya lalu menggenggam tangan Audrey yang ada di hadapannya. Audrey menunduk diam. Audrey semakin menyadari bahwa pria yang ada di hadapannya ini sangat sempurna sementara Audrey hanya wanita yang kotor dan dibuang seperti sampah serta di sia-siakan seorang pengecut seperti Radie.
"maaf Drey" Dyo berbisik sambil mengusap punggung tangan Audrey.
"no, kamu ga salah Dyo" Audrey menggelengkan kepalanya sambil mencoba tersenyum. Air matanya menggenang di pelupuk mata Audrey. Air mata itu menetes pada dress Audrey, menolak menyentuh pipinya.
"kita pulang sekarang, oke?" Audrey mengangguk. Dyo langsung beranjak sambil menggenggam tangan Audrey menuju lobby.
Sepanjang jalan, seperti biasa mereka saling diam. Audrey memaku pandangannya pada jalanan sementara Dyo sesekali melirik Audrey. Dyo merasa bodoh menanyakan tentang ini pada Audrey. Entah kenapa mulutnya tidak bisa menahan untuk menanyakan hal ini pada Audrey. Dyo sejak dulu memang selalu menceritakan keresahannya pada Audrey tapi Dyo tidak sadar bahwa cerita keresahannya kali ini malah membuka luka lama Audrey. Damn you, Dyo !! Geram Dyo dalam hati.
                                                                                    ***
Sesampainya di rumah, Audrey masih diam dan langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa mengatakan apapun pada Dyo. Audrey memutuskan mandi untuk menenangkan pikirannya. Audrey merenung di bawah aliran shower. Pikirannya melayang pada semua kebaikan Dyo. Kasihan Dyo, menghabiskan hidupnya untuk menikah dengan seorang wanita kotor seperti Audrey. Dada Audrey sesak, Audrey menangis pilu, menangisi semua yang terjadi pada dirinya.
Setelah mandi, Audrey mematikan lampu kamarnya dan memutuskan berbaring meski matanya tidak mengantuk sama sekali. Dadanya masih saja sesak, di penuhi oleh penyesalan mendalam. Audrey membenamkan kepala pada bantal-bantal di ranjangnya. Audrey menangis sesegukan melepaskan segala kekesalannya. Ingatannya melayang pada Radie. Audrey meremas bantalnya. Mengapa bisa dirinya menyerahkan kesuciannya pada Radie, pria bodoh yang tidak berotak. Audrey merasa bodoh karena telah menyeret pria sebaik Dyo ke dalam masalahnya. Maaf Dyo, maaf untuk semuanya, bisik Audrey dalam hati.
                                                                                  ***
Dyo tidak tenang !!
Kenapa dia harus menanyakan ini pada Audrey?? Senyatanya Audrey sedang melupakan masalahnya yang terlalu pahit itu. Kenapa Dyo malah menanyakan ini?? Apalagi tadi Dyo menyebut-nyebut nama Radie. Ini sama seperti Dyo mengorek luka lama Audrey.
Dyo meraih ponselnya, ingin menghubungi Audrey tapi Dyo sangat ragu. Dyo sulit memejamkan matanya hingga tengah malam. Dyo melihat kamar Audrey yang sudah gelap sejak 1 jam mereka pulang. Mungkin Audrey kelelahan, pikirnya. Dyo menyimpan ponselnya di nightstand dan mulai menarik selimutnya. Namun tiba-tiba Dyo mendengar ponselnya berdering. Mungkin Rachel, bisik Dyo dalam hati. Dyo langsung meraih ponselnya dnegan malas. Ternyata nama Audreynandya tertulis dilayar. Dyo segera mengangkatnya.
"Drey...."
"Dyo tolong aku.....sakit !!" Audrey mengerang kesakitan, Dyo langsung beranjak dari ranjangnya melompat ke pintu lalu segera ke kamar Audrey yang hanya 4 langkah dari pintu kamarnya. Dyo langsung menyalakan lampu dan naik ke ranjang Audrey. Audrey sedang meringkuk sambil memegangi perutnya. Dyo mengusap kepala Audrey.
"Drey luruskan kaki kamu, Drey....." Dyo berkata lembut, Audrey mulai berkeringat dingin.
"dimana yang sakit?" Dyo bertanya tenang. Audrey masih meringis sambil memejamkan matanya. Air mata mengalir dari ujung mata Audrey.
"Drey?...."
"perut aku....kram, Dyo...." Audrey berkata terbata. Dyo mengangguk lalu mengusap  air mata di ujung mata Audrey.
"relaks Audrey, tenang" Dyo mengusap lengan Audrey. Dyo menunggu hingga Audrey tenang. Setelah tenang, Dyo memberi Audrey minum. Audrey terlentang sambil mengatur nafasnya.
"better?"
"ya...."
"aku akan kompres dengan air hangat?"
"ya...." Audrey mengangguk lemah. Dyo dengan sigap membawa bantal kompres untuk Audrey. Dyo menaikkan baju tidur Audrey hingga setengah tubuhnya. Dyo sebenarnya merasa sedikit canggung melakukan ini. Bahkan lebih canggung dari pada saat menaikkan baju pasien nya. Namun mau bagaimana lagi, Audrey benar-benar merasa kesakitan sekarang. Dyo lalu meletakkan bantal kompres berisi air hangat di perut bagian bawah Audrey. Dyo terus mengusap kepala Audrey untuk menenangkannya. Sebelah tangannya menggenggam tangan Audrey. Audrey masih terlihat meringis kesakitan, Dyo merasa sangat khawatir.
"masih sakit?"
"sedikit"
"apa kita perlu ke rumah sakit?"
"no....cukup Dyo, tidak perlu di kompres lagi"
"oke" Dyo mengangguk lalu mengangkat bantal kompres dari perut Audrey. Dyo mengusap perut Audrey dan kembali menurunkan pakaian tidurnya. Audrey menatap Dyo nanar, Dyo amat sangat baik. Dyo kembali naik ke ranjang dan mengusap kepala Audrey.
"well, aku akan temani kamu disini. Apa pinggang kamu sakit?"
"iya, sangat sakit" Audrey meringis memegang pinggang bagian belakangnya. Dyo berbaring di samping Audrey. Merengkuh Audrey, membiarkan kepalanya beristirahat diantara bahu dan lengan Dyo
"kamu berbaring miring, aku akan mengusap pinggang kamu" Audrey mengikuti instruksi Dyo. Audrey memejamkan matanya perlahan.
"let's sleep Drey" Dyo terus mengusap pinggang Audrey hingga Audrey tertidur. Dyo lalu memandangi Audrey yang sudah pulas. Dyo sedikit bergeser mendekatkan posisi tidurnya dengan Audrey, mendekap Audrey erat. Dyo ikut tertidur. Ini kedua kalinya Dyo tertidur di ranjang yang sama dengan Audrey. Perasaan hangat melingkupi hati Dyo setiap kali dirinya mampu menenangkan Audrey. Dyo merasa sangat bersalah pada Audrey hingga Dyo ingin menebus kesalahannya pada Audrey. Sorry Drey, bisik dyo dalam hati.
                                                                                     ***
Audrey terbangun, mengangkat kepalanya dari bahu Dyo. Dyo masih pulas di sampingnya. Audrey tersenyum melihat Dyo berada di sampingnya. Audrey bergeser perlahan dan meringis. Badan Audrey sakit semua, seperti habis di banting. Audrey mencoba mengumpulkan fokus dan terbangun. Audrey menyingkap gordyn kamarnya dan membuka jendela. Udara pagi masuk ke kamarnya. Audrey menghirupnya dalam-dalam, menggeliat sambil mengangkat tangannya. Sementara Dyo semakin mengeratkan selimutnya.
Audrey segera menuju toilet untuk mandi. Pagi ini Audrey harus menjadi pembicara dalam sebuah acara di stasiun tv milik Syd. Seusai mandi, Audrey melihat Dyo masih pulas. Audrey tidak mau mengganggunya. Audrey turun untuk menyiapkan sarapan. Audrey membuatkan omelette untuk Dyo. Setelah sarapan, Audrey mengantarkan omelette dan orange juice untuk Dyo. Audrey meletakkan sarapannya di nightstand lalu menulis surat untuk Dyo.

My Real HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang