Bab 17 : Repeat My Past

21.2K 863 1
                                    

Audrey terdiam menatap tespack negatif nya. Audrey memberengut. Padahal Audrey sudah telambat hampir 2 minggu ini. Audrey menyesal mengatakan bahwa dirinya terlambat datang bulan pada Dyo, membuat Dyo terlanjur senang. Audrey keluar dari toilet terduduk di pinggiran ranjang. Tak lama Dyo menghubunginya.
"sayang, gimana?" Dyo berkata lembut di telepon. Audrey terisak karena merasa dirinya akan sangat mengecewakan Dyo.
"sayang?"
"negatif" Audrey berkata kesal sekaligus kecewa, Dyo hanya bisa tersenyum di ujung telepon.
"ssssttt sayang, kamu kenapa menangis? Next time kita harus mencoba lebih giat lagi, oke?"
"iya tapi aku sudah mengecewakan kamu" Audrey berkata manja, Dyo berusaha menenangkan Audrey.
"no sayang, kamu ga pernah mengecewakan aku. Kamu jangan menangis lagi ya?"
"hmmmm, kapan kamu pulang?"
"nanti sore, apa kamu akan ke rumah Bunda sekarang?"
"iya, Bunda tadi menghubungi aku karena butuh bantuan untuk mempersiapkan acara mba Lintang"
"selesai praktek aku akan menyusul kesana"
"oke" Audrey berkata serak, Dyo sangat ingin memeluk Audrey jika mendengar Audrey menangis seperti ini.
"well, sayang apa kamu tidak ingat hari ini tanggal berapa?"
"24 Januari"
"happy anniversary"
"what???"
"ya...hari ini tanggal pernikahan kita sayang, kamu melupakan ini?"
"haaaa, ya...aku lupa, maaf" Audrey kembali terisak, Dyo menjadi salah tingkah, menyesal mengucapkan ini. Kenapa Audrey begitu sensitif?????
"no problem sayang. Kamu jangan menangis lagi. Bukan masalah jika kamu melupakan ini, aku juga kebetulan mengingat ini. Bukannya kita lebih baik saling mengingatkan?"
"ya Dyo..."
"well, stop menangis sayang. Lebih baik kamu bersiap untuk pergi ke rumah Bunda"
"oke, kamu janji untuk cepat pulang dan menyusul kesana"
"ya sure sayang, love you"
"love you too" Audrey segera menghapus air matanya. Hari ini akan diadakan upacara 7 bulanan mba Lintang di rumah Bunda. Audrey segera bersiap karena Bunda sudah sangat ingin bertemu dengannya. Audrey juga sangat merindukan Bunda. Audrey merapikan make up tipisnya di hadapan cermin, meraih tas nya lalu berlari kecil di tangga. Sejak 1 bulan yang lalu, Mama mengirim mbok Yem untuk bekerja di rumah Audrey dan Dyo. Mama sempat meledek Dyo karena meminta asisten rumah tangga setelah sempat menolak habis-habisan.
"mbok, saya mau kerumah Bunda ya"
"oh iya mba"
"mbok ga perlu masak, hari ini saya dan Dyo akan pulang malam"
"nggih"
"bye mbok"
"hati-hati mba Audrey" Audrey mengangguk lalu melengos ke garasi. Audrey melarikan SUV nya ke rumah Bunda. Audrey sangat excited karena akan bertemu dengan mas Razka. Sudah sangat lama Audrey tidak bertemu mas Razka karena semenjak menikah, mas Razka tinggal di Melbourne bersama mba Lintang. Mas Razka yang merupakan seorang diplomat dipindah kerjakan sehingga harus menetap disana.
60 menit perjalanan, akhirnya Audrey sampai di rumah Bunda nya. Audrey segera menuju ruang keluarga mencari Bunda. Rumah Bunda sudah disulap menjadi penuh dengan perlengkapan acara 7 bulanan. Audrey celingukan sampai ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Audrey segera membalikkan tubuhnya, ternyata Kenzo. Audrey langsung mencium pipi Kenzo dan memeluknya erat. Audrey sangat merindukan adiknya ini.
"sehat?"
"seperti yang kamu lihat Ken" Audrey kembali memeluk Kenzo gemas. Kenzo tertawa melihat tingkah kakak nya ini. Tak lama mas Razka menghampirinya. Audrey segera memburu mas Razka. Mas Razka mendekap erat Audrey lalu mengecup kepala Audrey.
"everything is fine sayang?"
"fine mas"
"Dyo?"
"masih praktek mas, setelah selesai dia akan menyusul kesini"
"oke, maaf mas tidak sempat jenguk kamu waktu itu"
"no problem mas" Audrey tersenyum simpul. Mas Razka senang melihat adik kesayangannya ini sudah kembali ceria. Mas Razka kembali memeluk Audrey.
"so, apa sekarang sudah berniat untuk beri Ayah dan Bunda cucu?" Mas Razka menunduk menangkap wajah Audrey, Audrey segera melepaskan pelukan Mas Razka.
"will be better, mas Razka dan mba Lintang lebih dulu yang beri mereka cucu"
"wah, ada Audrey"
"mba Lintang" Audrey langsung memeluk pelan kakak iparnya yang cantik ini. Audrey mengusap perut mba Lintang sambil tersenyum.
"apa laki-laki?"
"ya, exactly" mba Lintang tersenyum pada Audrey. Sebagai dokter obgyn, terkadang Audrey memiliki feeling kuat untuk menebak jenis kelamin bayi pasiennya.
"Bunda mana?"
"Bunda disini" Bunda membuka lengannya menyambut Audrey. Audrey segera memeluk erat Bunda.
"miss you Bunda"
"miss you too sayang, bagaimana? Kamu sehat?"
"seperti yang Bunda lihat"
"jaga kesehatan sayang"
"Bunda dan Ayah juga ya"
"kamu tidak akan memeluk Ayah?"
"Ayah" Audrey memeluk Ayahnya erat. Ayah mengecup kening Audrey. Di depan Ayahnya, Audrey sangat manja. Ayah nya selalu menganggap Audrey adalah anak perempuan kecilnya, meskipun kini Audrey sudah menikah.
"permisi, acaranya akan dimulai, bagaimana kalau semuanya berkumpul di ruang depan karena para tamu sudah datang" mba Dena, seorang event oerganizer tiba-tiba menghampiri keluarga Audrey. Semuanya mengangguk lalu berjalan beriringan menuju ruang depan.
Tak lama prosesi upacara 7 bulanan mba Lintang berlangsung. Audrey duduk bersama Kenzo memperhatikan dengan seksama detik demi detik prosesi 7 bulanan yang mengusung adat Jawa ini. Audrey sesekali mengecek ponselnya menunggu Dyo menghubunginya. Audrey memberengut kesal. Ah ya, mungkin Dyo banyak pasien hari ini. Entah kenapa Audrey sangat ingin bertemu Dyo saat ini. Audrey sangat ingin di peluk Dyo sekarang juga !
***
Sore itu setelah prosesi 7 bulanan mba Lintang selesai, Audrey berkumpul bersama keluarganya di ruang keluarga. Audrey duduk disamping Ayahnya sambil mengistirahatkan kepalanya di bahu Ayah. Mereka membicarakan tentang kehamilan mba Lintang, liburan Audrey dengan keluarga Dyo, jurusan kuliah Kenzo dan bisnis Ayah. Sangat banyak yang mereka bicarakan jika sedang bersama.
"Audrey kamu baik-baik saja nak?" Bunda melihat wajah Audrey yang memucat. Bunda pun meletakkan punggung tangannya di kening Audrey. Keningnya agak panas namun badan Audrey dingin.
"Audrey ga apa-apa Bunda"
"kamu yakin? Bunda minta bi Sumi buatkan teh untuk kamu"
"kamu kelelahan Drey, cuaca sedang tidak bagus sayang" Ayah memegang kening Audrey laku mengusap kepalany. Audrey mengangguk pelan.
"iya Drey, kamu harus menjaga kesehatan, makan teratur dan minum vitamin. Apa perlu seorang dokter diingatkan untuk menjaga kesehatan?" Mas Razka melirik Audrey sambil terkekeh. Audrey meleparkan tissue yang di pegangnya pada mas Razka yang ada di hadapannya.
"Kenzo kira dokter itu tidak akan pernah sakit sepanjang hidupnya"
"ngaco kamu, dokter juga manusia" Audrey mengusap wajah Kenzo yang duduk di sampingnya. Kenzo tertawa terbahak-bahak.
"ini, diminum sayang, selagi masih hangat"
"iya Bunda" Bunda membantu Audrey untuk minum. Audrey merasa sedikit lebih baik meskipun kepalanya masih berat. Bunda membawa kain selimut lalu menyelimuti tubuh Audrey agar lebih hangat.
"kamu istirahat di kamar ya?"
"nanti aja Bun" Audrey menyandarkan kepalanya di bahu Ayah, Ayah merangkulnya erat. Mereka melanjutkan pembicaraan tentang pekerjaan mas Razka. Audrey melirik jam tangannya sudah pukul 5 sore, kemana Dyo? Seharusnya Dyo sudah sampai !!
"Bunda harus siapkan makan malam dulu"
"Lintang akan bantu Bunda"
Bunda dan mba Lintang beranjak menyiapkan makan malam, sementara Audrey masih sibuk berbincang dengan Ayah, mas Razka dan Kenzo. Tak lama bi Sumi menggiring Dyo.
"maaf terlambat"
"wah Dyo, apa kabar?" Ayah beranjak lalu memeluk Dyo.
"baik Yah, Ayah sehat?"
"ya sehat, bagaimana keadaan Papa?"
"membaik Yah, hanya Papa perlu menjaga pola makannya. Mas, apa kabar? Waw sebentar lagi menjadi Ayah"
"ya, kamu juga semoga secepatnya"
"sure mas, hai Ken, bagaimana kuliahnya?"
"lancar mas" Kenzo berpindah ke samping mas Razka sehingga Dyo bisa duduk disamping Audrey. Audrey tampak kesal pada Dyo. Wajahnya memberengut. Dyo mendiamkan audrey dan ayik berbincnag dnegan ayah mertuanya, kakak dna adik iparnya.
"Ayah harus memberi makan ikan dulu, Dyo, Ayah tinggal ya"
"iya Yah"
"Kenzo mau ganggu mba Lintang sama Bund, mas Razka ikut?"
"boleh" mas Razka dan Kenzo beranjak. Mereka sengaja meninggalkan Audrey dan Dyo berdua. Dyo memiringkan posisi duduknya menghadap Audrey yang sedari tadi memberengut.
"kenapa?"
"kamu terlalu lama"
"iya, tadi pasien sangat banyak sayang, apa kamu sakit?" Dyo menyentuh kening Audrey, namun tidak panas. Hanya wajah Audrey memucat.
"kepala aku berat, badan aku terasa dingin"
"kenapa kamu bisa demam seperti ini, Drey?" Dyo berkata pelan sambil memeluk Audrey dan mengusap punggungnya. Dyo mengecup kening Audrey dengan penuh ke khawatiran. Audrey bersandar di dada Dyo.
"aku ga tahu, mungkin kemarin aku kurang tidur"
"oke, sekarang kamu bisa tidur sebentar sebelum makan malam. Let's sleep" Dyo berbisik sambil menempelkan bibirnya di kening Audrey. Audrey mengangguk lalu memejamkan matanya. Nafas Audrey perlahan teratur, Audrey tertidur di pelukan Dyo. Dyo membiarkan Audrey tertidur nyenyak di pelukannya. Dyo asik memandangi wajah Audrey yang cantik meskipun tertidur. Dyo tidak mau bergerak sedikitpun, takut membangunkan Audrey. Dyo tersenyum lalu mengecup kening Audrey sekali lagi. Dyo lalu mengusap pipi Audrey dengan jemarinya. Wajah Audrey begitu pucat. Dyo cukup khawatir melihat ini.
"Audrey manja kalau sakit" Bunda tiba-tiba muncul dan duduk di hadapan Dyo. Dyo mengangkat wajahnya lalu tersenyum simpul pada Bunda. Bunda melarang Dyo untuk beranjak karena pasti akan membuat Audrey bangun.
"tadi wajah Audrey tiba-tiba pucat. Bunda cek ternyata dia demam lalu badannya dingin. Mungkin kelelahan. Cuaca sedang tidak menentu"
"iya Bunda, mungkin karena kemarin Audrey harus berjaga malam lalu prkatek pagi. Bunda apa kabar?"
"baik Dyo, bagaimana keadaan Papa?"
"membaik Bun, hai mba"
"Hai Dyo, sepertinya sejak tadi Audrey tunggu kamu sampai bosan" mba Lintang terkekeh melihat Audrey tampak nyaman di pelukan Dyo.
"Dyo, tolong jaga pola makan Audrey ya, dia sering melupakan makannya"
"iya Bunda, Dyo sebisa mungkin selalu mengontrol Audrey"
"kenapa datang terlambat?"
"iya mba, tadi pasien sangat banyak jadi Dyo tidak bisa tepat waktu"
"well, kapan kalian akan punya anak?" mba lintang yang cantik ini melirik Dyo lalu saling pandang dengan Bunda.
"secepatnya mba, sebenarnya Dyo sangat tidak sabar"
"Bunda ingin cucu perempuan, cucu laki-laki sudah ada" Bunda berbisik sambil tersenyum simpul, Dyo hanya menganggukkan kepalanya.
"soon Bunda, doakan saja"
"eh, kita sudah waktunya makan malam, kamu bangunkan Audrey, Bunda dan mba Lintang ke meja makan duluan ya"
"iya Bun" Bunda dan mba Lintang meninggalkan Dyo dan Audrey. Dyo berusaha membangunkan Audrey perlahan.
"sayang, wake up....kita makan malam ya?"
"nanti Dyo"
"sekarang, Bunda sama Ayah sudah menunggu kita"
"hmmmm" Audrey beranjak dari pelukan Dyo lalu menggeliat. Dyo memegang kening Audrey. Audrey sudah tampak lebih baik. Dyo tersenyum memandangi istrinya yang sangat cantik ini.
"better?"
"hmmmm" Audrey mengangguk. Dyo mengusap kepala Audrey.
"mungkin kamu hanya ingin aku cepat pulang, oh itu penyakit rindu"
"norak !" Audrey memukul pelan lengan Dyo, Dyo lalu mengecup kening Audrey. Audrey tampak sehat dan tidak pucat lagi.
Semuanya menggoda Audrey karena saat Dyo datang, Audrey mendadak sembuh. Audrey tersipu malu karena mas Razka sangat bersemangat menggodanya. Audrey rasanya ingin melempar piringnya pada mas Razka. Audrey juga merasakan keanehan dalam tubuhnya. Kenapa dia bisa mendadak sembuh saat Dyo datang? Ah ini hanya perasaannya saja, ucap Audrey dalam hati.
***
Dyo melirik ponselnya yang di simpan di nightstand. Dyo mengaktifkan mode silent agar tidak mengganggu Audrey yang sedang tertidur di pelukannya. Nama Rachel terus berkedip di layar. Untuk apa Rachel menghubunginya semalam ini? Dyo berusaha mengabaikan namun rasa penasaran begitu menghantuinya. Dyo melirik Audrey yang sudah pulas. Dyo meletakkan kepala Audrey di bantal dengan hati-hati. Dyo meraih ponselnya sambil membawa gelas. Jika Audrey terbangun, Dyo akan berpura-pura mengambil minum ke bawah. Dyo segera keluar kamar dan mengangkat telepon Rachel. Sudah ada sekitar 10 missed call yang berisi Rachel.
"halo?"
"Dyo...." Rachel terisak di telepon, entah apa yang terjadi pada Rachel, semalam ini menangis sambil menelpon Dyo. Dyo merasa panik namun berusaha tetap tenang.
"ada apa Hel?"
"aku ingin minta tolong, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa selain kamu" Rachel bicara serak, Dyo mengernyitkan keningnya.
"tolong? Meminta tolong apa?"
"Ibu sakit dan butuh uang untuk operasi ginjalnya, operasi ini harus secepatnya. Aku....ga mungkin dalam satu malam mendapatkan uang sebanyak itu" Rachel bicara tersendat. Dyo paham, Rachel bukan berasal dari keluarga berada. Rachel merupakan tulang punggung keluarganya dan dari gajinya, Rachel harus membiayai kebutuhan rumah tangga serta menyekolahkan adiknya.
"berapa yang kamu butuhkan?"
"50 juta, aku janji aku akan kembalikan secepatnya Dyo"
"aku akan transfer ke rekening kamu besok pagi"
"aku akan temui kamu besok" Terdengar suara Audrey memanggil Dyo. Dyo langsung mengisi air di gelasnya.
"jangan hubungi aku lagi Hel" Dyo menutup teleponnya lalu me non aktifkan ponselnya. Dyo segera memenuhi gelasnya dan kembali ke kamar. Ternyata Audrey terbangun dan duduk di ranjang. Dyo tersenyum pada Audrey.
"kamu kemana?" Audrey berkata manja, Dyo naik ke ranjang dan mengecup kening Audrey.
"aku haus, aku tadi ambil minum" Dyo memeluk Audrey. Dyo begitu tak tenang telah membohongi Audrey. Dyo lalu membiarkan Audrey kembali tertidur di pelukannya.
Akhir-akhir ini Audrey tidak pernah lepas dari Dyo. Audrey selalu ingin dekat dengan Dyo.
"lanjutkan tidur kamu sayang, besok kamu harus praktek pagi dan ada operasi kan?"
"ya, kamu kenapa belum tidur?"
"aku masih belum ngantuk. Aku masih ingin menyimak NCIS" Dyo menunjuk ke arah tv. Audrey tersenyum lalu mengangguk mengerti. Dyo mengusap punggung Audrey hingga Audrey terlelap.
Setelah Audrey pulas, pikiran Dyo kembali melayang pada Rachel. Kasihan Rachel, dia harus menanggung beban berat keluarganya. Ayah Rachel yang sudah lama meninggal membuat Rachel bertahan untuk menghidupi keluarganya. Itu yang Dyo kagumi dari Rachel. Meskipun begitu, Rachel tetap menjalani harinya dengan ceria. Memang gaji Rachel tak seberapa, tapi Rachel selalu mencari tambahan.
Dulu, Dyo selalu melarang Rachel bekerja terlalu keras dan meminta Rachel untuk menerima uang dari Dyo, namun tak jarang Rachel menolak karena Rachel mengatakan bahwa dirinya belum menjadi istri Dyo sehingga Dyo tak perlu membantunya dengan mengirimkan uang ke rekening Rachel. Meskipun sesekali Rachel sering meminjam uang Dyo untuk membayar uang sekolah adiknya jika gaji Rachel menjadi suster terlambat. Namun Dyo selalu menolak untuk menerima gantinya. Dyo ikhlas membantu Rachel, Dyo selalu ingin melindungi dan menjaga Rachel dalam menghadapi hari-harinya yang berat. Hal ini yang membuat Dyo merasa jatuh hati pada Rachel. Kegigihan, ketekunan, dan kerja keras Rachel membuat Dyo kagum. Dyo mengenal baik ibu Rachel. Seorang ibu yang lembut dan juga pekerja keras, hanya saja Rachel melarang ibunya untuk bekerja karena ibunya sakit-sakitan. Semoga Ibu Rachel baik-baik saja, bisik Dyo dalam hati.
***
Audrey berdiri di depan washtafel sambil menatap cermin. Audrey sednag menunggu reaksi testpack nya. Audrey tahu testpack tidak selamanya akurat, tetapi Audrey hanya ingin mencoba saja. Audrey mengetukkan stilleto nya tak sabar. Audrey masih memiliki waktu 10 menit lagi sebelum berangkat ke rumah sakit siang itu.
"28...29...30...Please !" Audrey membuka matanya perlahan dan Audrey seketika terperanjat.
Positif !! Oh thank God ! Audrey menutup mulutnya, menahan diri agar tidak berteriak. Audrey ingin mengabari ini pada Dyo namun Audrey ingin menjadikan ini kejutan untuk Dyo. Audrey menyimpan 1 testpack di saku jas nya sementara 2 lainnya Audrey simpan di laci washtafel.
Audrey tersenyum simpul dan penuh rasa syukur. Audrey tak sabar ingin menemui Dyo. Dyo pasti akan bahagia. Audrey segera keluar kamarnya dan bergegas menuju ke rumah sakit. Awalnya Audrey berniat menemui Dyo ketika sampai, tetapi karena tadi jalanan sangat macet, Audrey harus segera ke ruangannya untuk praktek. Mungkin nanti sore setelah praktek Audrey akan memberitahu Dyo tentang ini.
Audrey merasa sangat bersemangat hari ini, karena Audrey sangat menunggu kehamilannya ini sejak 3 bulan yang lalu.
"dokter Audrey, akan ada 6 pasien hari ini"
"oke" Audrey mengangguk. Suster Nancy sangat senang melihat dokter Audrey begitu bersemangat, mood nya membaik sejak selalu tampil mesra dengan dokter Frazdyo. Suster Nancy memanggil satu persatu pasien Audrey hingga sore. Audrey bergeliat di kursinya karena begitu lelah, sementara suster Nancy sedang membereskan peralatan Audrey.
"apa dokter akan langsung pulang?"
"ya, saya ingin istirahat, saya merasa lemas hari ini"
"saya malah melihat dokter sangat bersemangat hari ini" suster Nancy tersenyum pada Audrey. Audrey hanya menaikkan alisnya menanggapi senyuman suster Nancy.
"well, saya akan pulang sekarang, kamu tidak masalah kan saya tinggal?"
"tidak masalah dok, saya juga sebentar lagi selesai"
"apa kamu jaga malam hari ini?"
"ya dok"
"oke, happy working. Bye Nancy"
"bye dok" suster Nancy tersenyum karena ini pertama kalinya dokter Audrey mengucapkan happy working padanya. Audrey beranjak membawa tas nya dan bergegas menuju ruangan Dyo. Audrey sangat excited akan memberi tahukan kabar ini pada Dyo. Audrey mengeluarkan testpack dari saku jas nya. Audrey lalu tersenyum simpul. Ah ini sangat menyenangkan, bisik Audrey dalam hati. Lorong menuju ruangan Dyo tampak sepi, hanya ada beberapa bruder berkelebatan sambil tersenyum ramah pada Audrey.
Tanpa mengetuk, Audrey langsung membuka pintu ruangan Dyo. Audrey mendengar Dyo sedang berbincang dengan seseorang. Apa Dyo masih ada pasien? Gumam Audrey. Audrey melihat siluet Dyo dan seorang wanita dari luar ruang sekat tempat konsultasi. Audrey melangkah masuk menuju ruangan sekat namun saat Audrey baru saja melongokkan kepalanya, Audrey melihat Dyo sedang memegang tangan wanita itu sambil mengusap pipinya. Wanita itu tampak menangis dan Dyo berusaha menenangkannya. Oh my God !! Wanita itu Rachel. Audrey terpaku melihat adegan dramatis itu. Seketika sekujur tubuh Audrey seperti kebakaran melihat ini.
"Audrey..." Dyo tampak terkejut lalu beranjak dari kursinya.
"sorry..." Audrey menggelengkan kepalanya lalu keluar dari ruangan Dyo. Dyo langsung mengejar Audrey dan meraih lengannya. Dyo melihat mata Audrey berkaca-kaca, wajahnya memerah.
"aku bisa jelaskan Drey"
"aku ga mau mendengar penjelasan apapun, oke? Ternyata aku salah menilai kamu selama ini !!" Audrey berkata kesal dan mencoba melepaskan tangan Dyo.
"Audrey, please aku hanya mau bantu Rachel"
"bantu apa? Jadi ini yang kamu lakukan di belakang aku? Kamu masih berhubungan dengan dia?"
"aku sama sekali ga ada hubungan apapun dengan Rachel, Drey. Aku sudah putus dengan Rachel"
"oke, terus kamu bohongi aku sampai puas ! Apa sekarang sudah puas? Atau belum?"
"Audrey dengarkan aku ! Aku ga pernah bohongi kamu"
"whatever Dyo. Aku ga peduli. Lepaskan tangan aku Dyo !"
"Audrey...."
"sekarang !!" Audrey bicara penuh penekanan sambil menggeram kesal. Dyo mengalah dan membiarkan Audrey pergi menghilang di balik lift. Dyo tidak bisa mengejar Audrey karena masih ada yang harus di kerjakannya. Pikiran Dyo begitu kacau melihat Audrey yang sangat marah. Dyo mengurut pelipisnya, oh my God ! Masalah baru, gumam Dyo dalam hati.
***
Audrey berjalan cepat menuju SUV nya, membanting pintu dan menangis tersedu-sedu. Apa yang terjadi tadi? Apa Rachel meminta Dyo untuk kembali padanya? Atau memang sebenarnya mereka belum benar-benar putus? Oh Tuhan, Audrey menyesal tidak menanyakan ini pada Dyo dengan detail. Audrey tidak benar-benar tahu bahwa Dyo sudah putus dengan Rachel atau belum.
Kenapa Audrey selalu di bodohi oleh pria yang di cintainya. Apa selama 3 bulan ini sebenarnya Dyo masih intens berhubungan dengan Rachel di belakangnya? Oh my God...Audrey menepuk keningnya. Lalu sekarang Audrey hamil, apa Audrey akan mengulang peristiwa kemarin? Hamil lalu ditinggalkan? Oh my God ! jangan sampai itu terjadi.
Banyak skenario berkelebatan di kepala Audrey sepanjang perjalanan menuju rumah, sampai akhirnya Audrey berpikir bahwa dirinya butuh waktu untuk sendiri hingga Dyo mau memutuskan untuk tetap bersamanya atau tidak. Entah bagaimana, Audrey sudah sampai di rumahnya. Audrey berjalan cepat menuju kamar dan memasukkan baju-bajunya dan barang-barang yang diperlukannya ke dalam koper. Audrey memutuskan untuk pulang ke rumah Bunda. Tidak peduli Ayah, Bunda dan mas Razka akan bertanya apa tentang Audrey dan Dyo yang jelas Audrey akan pulang sekarang !!
Audrey membawa kopernya ke bawah, mbok Yem tampak ingin bertanya namun Audrey terlihat sangat marah hingga mbok Yem mengurungkan niatnya. Audrey memacu SUV nya menuju rumah Bunda yang memang agak jauh dari rumahnya dengan Dyo.
"Dyo keterlaluan ! Aku ga mau maafkan dia kalau memang dia masih berhubungan dengan Rachel di belakang aku !" Audrey berkata keras sambil memukul stir SUV nya. Air mata Audrey mengalir deras dari matanya. Audrey di hantam rasa kecewa yang mendalam pada Dyo. Apa sebenarnya yang Dyo inginkan? Jika dia masih ingin bersama Rachel, untuk apa Dyo menginginkan Audrey untuk tetap menjadi istrinya 3 bulan yang lalu????
***
Bunda agak heran saat anak perempuan satu-satunya ini bisa mengunjungi rumahnya di hari kerja dan se sore ini. Audrey turun dari mobilnya dan langsung memeluk Bundanya yang berdiri di dekat pintu garasi. Audrey diam, hanya pelukan Bunda yang dia perlukan saat ini. Audrey memeluk Bunda nya dengan erat, seolah menumpahkan segala kesedihannya sore itu.
"sayang, tumben kamu kesini di hari kerja?" Bunda merangkum wajah Audrey. Audrey tersenyum getir. Bunda mengerutkan alisnya saat melihat wajah Audrey yang merah dan mata yang sembab. Audrey tidak menjawab pertanyaan Bunda dan langsung melengos masuk.
"bi Sumi tolong turunkan koper saya di mobil lalu bawa ke kamar saya"
"iya non"
"Drey?" mas Razka mencegat Audrey saat akan masuk ke kamarnya. Kamar Audrey kebetulan bersebelahan dengan kamar mas Razka. Mas Razka dan mba Lintang memandangi Audrey heran. Audrey tidak menghiraukan mereka dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Dari belakang, bi Sumi membawa koper Audrey menuju kamarnya. Mas Razka saling bertatapan dengan mba Lintang, Bunda yang tampak khawatir berdiri di tangga.
"sepertinya ada masalah dengan Audrey" mas Razka hendak mengetuk kamar Audrey, namun istrinya menahan.
"biarkan Audrey tenang dulu, Raz" mba Lintang bicara pelan. Mas Razka mengangguk mengikuti apa kata istrinya. Mereka lalu turun mendekati Bunda yang berdiri di tengah tangga.
"nanti Razka akan coba bicara dengan Audrey, Bun. Bunda jangan khawatir"
"apa mungkin dia bertengkar dengan Dyo"
"ya, mungkin Bunda" Bunda meringis, Audrey terkadang selalu membuat Bunda nya khawatir sehingga mas Razka dan Kenzo selalu berusaha menenangkan Bunda. Maklum, Audrey adalah anak perempuan satu-satunya hingga Audrey selalu menjadi pusat perhatian keluarganya. Meskipun terkadang Audrey lebih pintar dan seringkali luput dari perhatian mereka sehingga peristiwa kehamilan Audrey yang terdahulu bisa terjadi.
***
"apa ini sebuah masalah jika Audrey kesini lalu membawa koper? Audrey hanya mau tinggal beberapa hari disini"
Audrey berkata sedikit kesal pada mas Razka terus bertanya tentang kedatangan Audrey secara tiba-tiba ke rumah Bunda.
"bukan masalah jika kamu belum menjadi istri siapa-siapa, tapi sekarang kamu telah menjadi seorang istri dan kamu datang kesini sendirian sambil membawa koper itu artinya ada masalah besar Audreynandya"
"oke, Audrey akan pulang" Audrey beranjak dari ranjangnya namun mas Razka segera memegang lengan Audrey, membuat gerakan Audrey tertahan.
"apa ada masalah dengan Dyo?" Mas Razka bertanya pelan. Audrey seketika terdiam, enggan untuk menjawab. Audrey hanya menunduk sambil bersandar ke kepala ranjang. Mas Razka masih menunggu jawaban Audrey sambil mengusap lengan atas Audrey. Tak lama mba Lintang masuk membawakan makan malam untuk Audrey. Mba Lintang naik ke ranjang Audrey dan duduk di sisi kanannya.
"jadi ada masalah dengan Dyo?" Mas Razka langsung menyimpulkan diam nya Audrey adalah jawaban 'iya'
"Drey, jangan pernah pulang ke rumah Bunda saat kamu ada masalah dengan suami kamu. Selesaikan masalah kamu sendiri, be mature Drey"
"it's so hard mas"
"seberat apapun sayang, jangan menghindar dengan kabur seperti ini ke rumah Bunda saat ada permasalahan rumah tangga" mba Lintang berkata pelan sambil menatap Audrey. Audrey terisak lalu menjatuhkan kepalanya di bahu mba Lintang. Mba Lintang langsung merangkul Audrey sementara Mas Razka mengusap kepalanya.
"jangan beri tahu Dyo aku disini mas, please ! Aku hanya butuh waktu untuk sendiri" Audrey berkata pelan sambil memegang tangan mas Razka. Mas Razka menggelengkan kepalanya.
"be mature Audreynandya !"
"Audrey hanya butuh waktu untuk sendiri mas !" Audrey berkata mengotot pada mas Razka. Mas Razka menatap Audrey heran, sementara mba Lintang memberikan kode pada mas Razka untuk tidak mendebat adiknya ini.
"oke, beri tahu mas sampai kapan kamu butuh waktu untuk sendiri?"
"I don't know" Audrey menggelengkan kepalanya sambil menatap mas Razka. Mas Razka sudah kebingungan menghadapi Audrey yang kadang keras kepala.
"Drey, tidak baik meninggalkan suami kamu terlalu lama sayang"
"Dyo yang akan tinggalkan aku, mba. Aku mau cerai dari Dyo"
"jangan asal Audrey !! Pikirkan matang-matang sebelum kamu bicara" mas Razka langsung memprotes keras kata-kata Audrey dan menatapnya tajam. Audrey mengangkat bahunya, sungguh saat ini pikirannya sangat kacau.
"mas Razka itu ga mengerti permasalahan aku !"
"Audrey, setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, jangan pernah mengatakan cerai. Cerai adalah pilihan terakhir yang diambil" mba Lintang bicara pelan. Audrey terdiam dan kembali meneteskan air matanya. Sebenarnya Audrey butuh tenang, bukan malah di debat oleh mas Razka seperti ini. Mba Lintang meminta mas Razka untuk meminta maaf pada Audrey. Mas Razka meraih tangan Audrey lalu menggenggamnya erat.
"sorry kalau tadi mas bicara keras sama kamu" mas Razka yang merasa bersalah langsung merengkuh Audrey ke dalam pelukannya. Audrey tidak membalas pelukan mas Razka karena Audrey masih sedikit kesal. Audrey hanya mengangguk sesaat setelah mas Razka melepaskan pelukannya. Mba Lintang meminta mas Razka untuk meninggalkan kamar Audrey dan membiarkan Audrey tenang. Mas Razka mengecup kepala Audrey sebelum memutuskan keluar dari kamar Audrey.
"ga masalah kalau kamu mau disini untuk menenangkan diri. Tapi kamu kabari Dyo ya, Dyo pasti khawatir"
"ga perlu mba, Dyo ga akan mencari aku"
"Dyo pasti mencari kamu atau.....biar mba yang kabari Dyo, ya?"
"no, mba. Audrey ga mau Dyo tahu Audrey disini"
"it's oke, lebih baik kamu makan malam dulu ya. Kamu kelihatan sangat pucat" Audrey menggeleng. Dirinya sama sekali tidak nafsu makan. Pikirannya sudah tersita pada Dyo. Bayang-bayang Dyo bersama Rachel tadi sore masih tergambar jelas di benak nya.
"sedikit saja Drey, supaya perut kamu ga kosong dan kamu bisa tidur nyenyak" mba Lintang menyapu rambut Audrey yang menghalangi pandangannya. Audrey perlahan mengangguk. Audrey baru ingat dirinya kini sedang hamil dan janin Audrey butuh nutrisi meskipun Audrey sedang sangat kesal pada ayah dari anaknya.
"mau mba bantu?"
"Audrey bisa sendiri"
"kalau begitu mba tinggal ya, habiskan Audrey" mba Lintang tersenyum simpul sambil mengusap kepala Audrey dan mengecupnya. Mba Lintang perlahan beranjak dari ranjang Audrey dan menutup pintu kamar Audrey dengan pelan. Audrey sangat senang memiliki kakak ipar yang perhatian dan pengertian seperti mba Lintang.
Audrey perlahan mengambil nampan di nightstand lalu mencoba makan. Audrey sebenarnya sangat tidak bersemangat, sakit hati sedang mendominasi pikiran dan tubuh Audrey saat ini. Meskipun hatinya meronta-ronta ingin bertemu Dyo namun ego nya menolak keras perintah hati Audrey. Audrey tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, apa dia akan kembali di tinggalkan pria yang di cintainya setelah di hamili? Apa Audrey akan merasakan ini untuk yang kedua kalinya? Tuhan, kenapa ini terjadi sampai 2 kali di hidupku. Air mata Audrey kembali bercucuran, sesungguhnya dia tidak mau ditinggalkan Dyo, suami yang sangat dicintainya dan sudah menjadi pemilik hatinya sekarang. Namun siapa yang tahu wanita mana yang sebenarnya menjadi pemilik hati Dyo saat ini. Apakah Audrey atau masih Rachel?
***
Malam itu, sepulang dari rumah sakit, Dyo tergesa memasuki kamarnya mencari Audrey, namun nihil. Audrey tidak ada disana. Kamarnya rapi seperti biasanya. Dyo membuka pintu toilet di kamarnya, namun Audrey tidak disana juga. Dyo terduduk di tepi ranjang, mencoba menenangkan diri. Kemana Audrey? Apa dari tadi dia belum kembali ke rumah? Lalu dia kemana? Dyo sudah mencoba berkali-kali menghubungi Audrey namun ponselnya tidak aktif. Hal ini membuat Dyo semakin panik.
"Oh my God ! Audrey kamu dimana sayang?" Dyo menjatuhkan setengah tubuhnya di atas ranjang, membiarkan kakinya tetap menyentuh lantai. Dyo terus mengirim Audreypesan lewat chat dan sms bahkan voicemail. Tidak ada yang Audrey jawab.
"Audrey please kamu dimana??" Dyo menggeram kesal sambil meremas ponselnya. Dyo memejamkan matanya sejenak, sungguh dirinya sangat lelah hari ini. Selain tenaganya terkuras, emosi Dyo pun terkuras hari ini. Dyo benci di hadapkan pada keadaan seperti ini.
Dyo memutuskan untuk mandi dan berendam untuk menenangkan pikirannya sejenak. Hingga Dyo menghabiskan waktu 20 menit di toilet, Audrey masih belum juga membaca chat yang Dyo kirim. Dyo melemparkan ponselnya ke ranjang dan menghela nafasnya berat. Dirinya kini di selimuti ke khawatiran dan keresahan mendalam. Apa Audrey pergi dari rumah?
Dyo melangkah ke ruang wardrobe untuk mengambil baju. Dyo menarik asal tshirt dan celana yang akan di pakainya. Namun pandangan Dyo teralih pada sisi lemari pakaian Audrey yang sedikit terbuka. Dyo mendekat, berniat untuk menutupnya rapat, tetapi seketika dyo terkesiap saat mendapati lemari Audrey kosong.
What???? Dyo terperanjat melihat ini. Dyo mengecek koper Audrey yang biasanya di simpan di sudut ruang wardrobe dan koper Audrey tidak ada.
"oh, shit !! Drey where are you, dear?" Dyo mengurut pelipisnya, otaknya sudha tidak bisa berpikir lagi. Audrey benar-benar pergi? Lalu aku harus mencari kemana?? Teriak Dyo dalam hati. Dyo segera meraih jaket, ponsel dan kunci mobilnya lalu berlari tergesa ke bawah. Dyo melihat si mbok yang sedang beres-beres di dapur.
"mbok apa tadi Audrey pergi?"
"nggih mas, tadi sekitar jam 4"
Dyo mengepalkan buku-buku jarinya. Dyo kesal bercampur marah karena Audrey yang memilih jalan kabur dari rumah tanpa mau menyelesaikan masalahnya dengan Dyo. Bukankah pergi dna menghindar adalah sebuah tindakan yang childish??? Geram Dyo dalam hati.
Dyo melarikan SUV nya tanpa tujuan. Ponsel Audrey masih di non aktifkan sehingga Dyo sulit mencari keberadaannya. Dyo mencari nomor ponsel yang bisa di hubungi tapi Dyo bingung harus menghubungi siapa. Mama? Pasti Mama marah besar jika tahu Audrey pergi dari rumah. Bunda? Ayah? Mas Razka? Mba Lintang? Kenzo? Dyo belum mau menghubungi mereka meskipun sangat mungkin Audrey pulang ke rumah orang tuanya. Dyo mengitari setiap sudut kota. Dyo berniat menghubungi Syd tetapi Dyo tidak tahu nomor nya. Dyo lalu menghubungi dokter Keanu untuk meminta nomor Syd. Mudah-mudahan saja dokter Keanu tidak sednag sibuk.
"halo?" seorang wanita mengangkat ponsel dokter Keanu. Ini pasti Syd.
"halo Syd, ini aku Dyo"
"oh Dyo, handphone Keanu tertinggal dirumah, apa ada pesan?"
"Syd aku ingin bicara dengan kamu, apa kamu sedang bersama Audrey?" Dyo berkata cepat karena tidak mau membuang waktu. Syd terdiam di ujung telepon.
"no, memangnya Audrey pergi?"
"ya dan handphone nya non aktif. Aku hanya khawatir"
"mungkin dia bersama Naurra atau Shaneen"
"boleh aku minta nomor nya?"
"ya, aku akan kirimkan ke nomor kamu Dyo"
"thanks Syd"
Dyo menepikan mobilnya sambil menunggu nomor Naurra dan Shaneen. Tak lama sms Syd mengirim nomor Naurra dan Shaneen mampir di ponsel Dyo. Dyo mencoba menghubungi Naurra dan Shaneen, namun nihil. Dyo mendapat jawaban yang sama dengan Syd. Dyo meremas stir mobilnya. Dyo kebingungan dan tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Dyo menyesal, seharusnya Dyo bicara pada Audrey saat akan membantu Rachel. Dyo terus menghubungi ponsel Audrey namun masih tidak aktif. Sampai pada Dyo mengedipkan matanya berkali-kali saat melihat nama mas Razka tertulis di layarnya. Oh my God, disaster !! Apa mas Razka akan menggoreng Dyo hidup-hidup karena telah menyakiti hati Audrey??
"Mas Razka?"
"ya Dyo. Kamu dimana?"
"Dyo...Dyo sedang cari Audrey mas" Dyo berkata ragu sambil menggigit bibir bawahnya. Tamat sudah riwayat Dyo jika mas Razka tahu Audrey kabur dari rumah karena perbuatan Dyo.
"Audrey ada disini, dia baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir"
"Audrey....Dyo akan kesana sekarang mas" Dyo merasa sangat lega mendengar ini. Setidaknya Audrey berada di bawah kontrol keluarga nya sehingga Audrey akan lebih aman.
"jangan Dyo, beri Audrey waktu untuk tenang. Sepertinya dia sangat down. Biarkan dia sendiri"
"oh....oke mas"
"sebenarnya ada permasalahan apa?"
"hanya......salah paham"
"oh ya, baiklah. Tunggu sampai Audrey siap menerima penjelasan kamu, karena kalau sekarang rasanya percuma, Audrey tidak akan mau mendengar apapun penjelasan kamu. Nanti mas akan kabari kamu jika Audrey sudah lebih tenang"
"ya, thanks mas"
"oke, kamu tidak perlu khawatir Dyo. Sekarang lebih baik kamu pulang, tidak perlu cari Audrey lagi. Audrey aman disini"
"ya, thanks mas" Dyo menyimpan ponselnya lalu menggosok pelan wajahnya dengan kedua tangannya. Dyo akhirnya bisa bernafas lega setelah 3 jam berputar-putar mencari Audrey. Dyo lalu pulang dengan tenang, hanya saja kini di kamarnya terasa sepi. Biasanya Audrey selalu menyambutnya dengan pelukan dan kecupan setiap kali Dyo pulang atau kata-kata manja Audrey yang selalu membuatnya rindu rumah. Kini Audrey tidak ada. Mudah-mudahan saja Audrey tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tenang. I miss you Drey, sorry untuk kesalah pahaman ini, gumam Dyo pelan.
***
"apa aku perlu bicara dengan dokter Audrey?"
Rachel bicara di telepon dengan Dyo. Rachel menghubungi Dyo dan meminta maaf atas kejadian sore itu. Rachel kini sudah mengetahui bahwa mantan pacarnya ini sudah memutuskan untuk tetap bersama dokter Audrey. Rachel berusaha keras menerima kenyataan ini. Merelakan mantan pacar terbaiknya ini bersama orang lain. Rachel menyadari bahwa dirinya tidak dapat terus memaksakan kehendaknya untuk tetap bersama Dyo. Toh, hubungan mereka cepat lambat akan berakhir juga karena keluarga Dyo tidak akan merestui mereka.
"nevermind, aku bisa atasi ini. Well, bagaimana keadaan ibu?"
"membaik Dyo, hanya sekarang sedang masa pemulihan. Dyo, aku janji akan kembalikan uang itu secepatnya. Aku baru memiliki setengah dari uang itu"
"kamu tidak perlu kembalikan uang aku, anggap saja itu bantuan aku untuk pengobatan Ibu"
"no Dyo, itu jumlahnya sangat besar"
"no problem, lebih baik uang itu kamu gunakan untuk biaya rumah sakit Ibu, dari pada kamu kembalikan uangnya sama aku"
"Dyo, aku sangat malu sebenarnya. Aku pernah menyakiti kamu bahkan menempatkan kamu pada posisi sulit, berniat memisahkan kamu dengan dokter Audrey. Tapi sekarang kamu membalas kejahatan aku dengan sebuah kebaikan yang tak ternilai, bahkan bantuan kamu menyelamatkan nyawa Ibu aku. Aku minta maaf untuk semuanya Dyo" Rachel berkata lirih, detik ini Rachel benar-benar merasa bersalah pada Dyo. Rachel hampir saja meneteskan air matanya karena merasa bersalah pada Dyo.
"itu masa lalu Hel, kamu jangan terlalu memikirkan itu. Aku bukan manusia pendendam yang selalu memikirkan kesalahan yang orang lain perbuat sama aku. Sekarang kita berteman dan tidak ada salahnya jika kita saling membantu"
"thank Dyo"
"you're welcome, sampaikan salam aku untuk Ibu dan adik kamu"
"pasti Dyo" Dyo menutup teleponnya. Ya, meskipun hubungan mereka berakhir karena peristiwa yang tidak mengenakkan, Dyo tetap ingin memiliki hubungan baik dengan Rachel. Dyo memang selalu memiliki hubungan baik dengan semua mantan kekasihnya dan Audrey sendiri tahu itu. Audrey tidak mempermasalahkan Dyo berteman baik dengan mantan pacarnya, tetapi Audrey sangat mempermasalahkan Rachel. Mungkin karena saat itu Audrey mulai mencintai Dyo sehingga Audrey sangat cemburu melihat Dyo dengan Rachel masih berhubungan baik. Terkadang Dyo tak habis pikir dengan Audrey, dia selalu gengsi mengatakan cinta tetapi dia bisa semarah ini karena cemburu. Berarti, sebenarnya Audrey sangat mencintai Dyo. Dyo terkekeh, mudah-mudahan saja dugaannya benar. Meskipun Dyo paham, Audrey pernah kehilangan orang yang dicintainya karena seorang mantan kekasih...
***

My Real HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang