Bab 12 : 7th Month

17K 823 5
                                    

"selamat ulang tahun Papa"
Dyo memeluk Papanya. Berganti Audrey yang memeluk Papa mertuanya.
"panjang umur ya Pa" Audrey berkata lembut sambil tersenyum.
"terimakasih Dyo, Audrey"
"Ayah dan Bunda mana?" Mama bertanya sambil memeluk Audrey.
"oh ya, Ayah dan Bunda titip salam untuk Papa dan Mama, mereka sedang mengantar Kenzo yang mau mendaftar kuliah di Aussie"
"Kenzo jadi kuliah di Aussie Ka?" Daffa menyambar saat mereka duduk bersebrangan di sofa. Dyo masih berbincang dengan Om dan rekan kerja Papa nya.
"iya Daff, itu keinginan Kenzo. Ya kamu tahu sendiri, Kenzo harus selalu diikuti keinginannya"
"iya Ka" Daffa mengangguk. Kenzo memang impulsif, keinginannya harus selalu di penuhi. Bunda khawatir sebenarnya melepas Kenzo untuk kuliah di luar negeri tetapi Bunda tidak mampu menahan karena Ayah sangat mendukung 100%. Audrey sempat berdebat dengan Ayah tentang ini namun Audrey selalu kalah.
"so, kamu mau kuliah dimana Daff?"
"belum tahu mas, Mama minta kuliah disini tapi rasanya Daffa mau eksplor"
"will be better, kamu kuliah disini, nanti Mama akan nangis 7 hari 7 malam kalau kamu kuliah di negara lain. Dan kamu tahu siapa yang akan kerepotan? Mas Dyo dan ka Audrey" Daffa tertawa mendengar ucapan Dyo. Audrey hanya tersenyum melihat kakak beradik yang sangat mirip ini, bedanya Dyo lebih mirip wajah Mama nya.
"minum Drey?" Dyo membawakan segelas softdrink untuk Audrey. Audrey menerimanya tanpa menatap mata Dyo. Mereka kembali saling diam saat Daffa beranjak meninggalkan mereka berdua.
Sejak tadi pagi hingga malam ini, Dyo dan Audrey saling diam. Mereka berkecambuk pada pikiran masing-masing. Dyo meyakini bahwa Audrey masih menginginkan pengecut yang sudah menghamilinya dan tidak bertanggung jawab atas kehamilannya itu, sejujurnya Dyo kecewa karena Dyo tahu betapa bajingannya Radie saat mengatakan Audrey wanita murahan dan bisa saja tidur dengan banyak pria, sementara Audrey meyakini Dyo masih menginginkan Rachel kembali menjadi kekasihnya. Audrey merasa perlu menghindar selain tidak mau mengganggu mereka lagi, Audrey tidak mau perasaannya semakin dalam pada Dyo.
"jadi bagaimana? Kalian sudah mulai program untuk punya momongan lagi? Tante turut prihatin loh sama kalian" Audrey tersenyum saat tante Winda tiba-tiba saja ada di hadapan mereka. Mereka kembali berakting. Dyo menggenggam tangan Audrey.
"secepatnya tante, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat karena demi kesehatan Audrey juga" Dyo merangkul Audrey sambil tersenyum. Audrey mengangguk setuju atas kata-kata Dyo.
"padahal Mama mau secepatnya" Mama yang baru saja duduk di samping tante Winda bicara dengan lemas. Audrey hanya bisa menghela nafasnya.
"Audrey dan Dyo usahakan ya Ma" Audrey berkata pelan sambil tersenyum pada Mama. Mata Mama langsung berbinar mendengar pernyataan Audrey.
"Mama ingin cucu perempuan" Mama langsung berkata dengan excited. Belakangan Audrey mengetahui bahwa bayinya yang meninggal adalah bayi perempuan. Audrey sebenarnya masih sangat sedih bila membahas ini atau ada orang yang menyinggung tentang kehamilan. Meskipun peristiwa ini sudah 2 bulan yang lalu tetapi masih sangat membekas di hati Audrey. Aku bahagia pernah bersama anak Radie walaupun hanya 5 bulan, bisiknya dalam hati.
"iya Ma, whatever" Dyo menggelengkan kepalanya melihat tingkah Mama nya yang begitu excited. Apa Mama mau menerima cucu dari Dyo namun bukan dengan Audrey?
"by the way, Elena akan move ke Indonesia dalam waktu dekat" tante Winda bicara tentang seseorang. Dyo dan Mama nya langsung berbinar. Elena? Siapa?
"really?"
"ya Dyo, tante Eva mengatakan ini sama tante. Elena ingin liburan disini sekalian melakukan penelitian untuk tugas akhirnya. Dia belum tahu kalau kamu menikah Dyo, sepertinya dia akan adore pada Audrey" tante Winda tersenyum. Audrey ikut tersenyum meskipun tidak tahu apa yang dibicarakan mereka sebenarnya.
"Elena adik sepupu aku Drey, dia selama ini tinggal di Paris karena suami tante Eva orang Prancis. Elena sangat dekat sama aku"
"oh..." Audrey hanya mengangguk paham. Audrey belum pernah mendengar ini sebelumnya.
Pesta ulang tahun Papa begitu meriah dihadiri oleh rekan bisnis nya dan keluarga Mama. Dyo dan Audrey ikut larut dalam pesta sehingga mereka lupa bahwa mereka sedang saling diam satu sama lain.Tengah malam, mereka baru pulang dari rumah Mama. Audrey terlalu lelah hingga terkapar di mobil dalam perjalanan pulang. Dyo membiarkan Audrey tidur nyenyak. Dyo meraih jaketnya di bangku belakang dan menyelimutinya di badan Audrey. Dyo mengusap kepala Audrey, Audrey bergerak menyamankan posisinya.
Drey, kenapa semuanya terasa semakin tidak mungkin? Kenapa kamu masih menginginkan Radie padahal aku berniat untuk menjadi suami permanen kamu, bisik Dyo dalam hati. Tapi Dyo sungguh tidak bisa bersama dengan orang yang masih memikirkan orang lain saat bersama dengan dia. Ini akan menjadi sesuatu yang menyakitkan bagi Dyo.
"Drey, udah sampai Drey" Dyo mengguncang pelan tubuh Audrey. Audrey masih mengumpulkan fokusnya. Dyo turun lebih dulu dan meninggalkan Audrey. Dyo menyerahkan kunci mobilnya pada Pa Rusman.
10 menit kemudian, Audrey baru terbangun. Dirinya sudah sendirian didalam mobil hanya dengan jaket Dyo yang menyelimutinya. Audrey melepas stiletto nya dan berjalan telanjang kaki menuju kamarnya sambil memakai jaket milik Dyo. Audrey melihat lampu kamar Dyo sudah menyala. Sial, jadi Dyo meninggalkannya di dalam mobil??? Dyo sangat menyebalkan, teriak Audrey di dalam hati. Audrey lalu membanting pintu kamarnya. Dyo yang sedang menonton tv terkejut. Jadi Audrey marah di tinggalkan didalam mobil?? Dyo terkekeh.
***
Audrey tidak bicara dengan Dyo selama 3 hari ini. Entah apa yang terjadi pada dirinya hingga bisa semarah ini pada Dyo hanya karena Dyo meninggalkannya di mobil sendirian dalam keadaan tidur tempo hari. Audrey sangat kesal pada Dyo. Dyo tidak ada upaya untuk bicara dengannya. Dyo mendiamkan Audrey. Sebenarnya Audrey tidak marah karena peristiwa sekecil itu, tetapi kemarahan Audrey menumpuk bersama kekecewaannya pada Dyo. Hal ini membuat mood Audrey berantakan sudah 3 hari ini.
Malam itu, Audrey baru saja sampai rumah sakit dan akan menangani pasiennya di delivery room. Audrey bertanya pada beberapa suster yang membantu. Audrey ingin melihat rekam medis pasiennya, namun semuanya tidak tahu. Mood Audrey semakin rusak malam itu.
"suster Rachel kemana? Dia yang memegang rekam medis pasien ini !!" nada bicara Audrey agak tinggi membuat 3 suster yang sedang bicara padanya terkejut.
"iya dok, saya akan mencari Rachel dulu"
"bagaimana bisa saya menangani pasien ini jika saya tidak membaca rekam medisnya. Dia pikir saya bisa mengingat apa yang terjadi pada semua pasien saya??" Audrey bicara tegas dan keluar dari delivery room. Audrey berjalan menuju ruangannya. Saat Audrey berbelok di lorong, tampak Rachel sedang bicara dengan Dyo. Dyo?? Oh my God !! Ini bukan saatnya !! Audrey sangat marah, bagaimana pun juga Rachel sedang bekerja.
"kalau kamu mau kembali sama aku, ceraikan dokter Audrey !!" Rachel berkata tegas, mengultimatum Dyo. Rachel terisak. Dyo memegang tangan Rachel dengan wajah kebingungan. Audrey sangat terkejut dengan apa yang didengarnya. Audrey dengan cepat berjalan mendekat, hanya hentakan stilletto Audrey yang terdengar. Dyo terlihat sangat terkejut saat Audrey tiba-tiba saja menampakkan dirinya diantara mereka.
"saya tidak suka ada suster yang sibuk mengurus kepentingan pribadinya sementara saya butuh rekam medis untuk memberikan penanganan. Kamu sangat tidak profesional" Audrey menunjuk wajah Rachel lalu mengambil map yang di pegang Rachel dan melengos pergi. Hati Audrey teriris. Sebenarnya Audrey sangat ingin menangis saat itu juga. Selama ini Audrey melupakan sesuatu. Dia akan bercerai dengan Dyo 5 bulan lagi, Audrey melupakan ini. Audrey menyesali perasaanya berkembang pada Dyo dalam kurun waktu 7 bulan.
***
Tengah malam, Audrey baru pulang menuju rumahnya. Belakangan Audrey tidak pernah pergi atau pulang bersama Dyo bahkan Dyo tak lagi menjemputnya selama 3 hari ini. Audrey menenteng stilletto nya menuju kamar. Audrey memutuskan untuk meregangkan ototnya dengan berendam mandi air hangat. Audrey memejamkan matanya, air matanya kembali menetes. Teringat akan kata-kata Rachel yang meminta Dyo menceraikannya. Jelas saja, Dyo pasti akan melakukan apapun demi Rachel. Audrey tahu pada akhirnya dia akan kembali di buang seperti sampah yang tidak berharga, menunggu ada pria lain yang mau memungutnya lagi. Oh, semuanya gara-gara Radie. Audrey merasa menjadi wanita kotor sejak Radie menyentuhnya, menghamilinya bahkan tak mau tanggung jawab !!!
Setelah selesai, Audrey sudah siap tidur. Audrey keluar dari toilet dan terkejut melihat Dyo duduk di ranjangnya. Audrey mendekat ragu.
"ada apa kamu kesini?"
"sepertinya kita perlu bicara"
"apa?"
"kamu menghindari aku selama 3 hari ini"
"kamu mendiamkan aku !" Audrey berkata penuh penekananm berusaha membela dirinya. Dyo menatapnya dengan tatapan yang selalu menghangatkan hati Audrey.
"oke, maaf Audrey" Dyo meraih tangan Audrey yang berdiri di hadapannya. Audrey langsung merasa luluh. Dirinya mengira Dyo akan mendebatnya karena ini, tetapi Dyo malah melemah dan meminta maaf. Mereka saling diam. Audrey duduk perlahan disamping Dyo sambil pandangannya menerawang. Sungguh Audrey merindukan Dyo sebenarnya.
"jangan pedulikan apa kata Rachel"
"kata-kata Rachel justru membuat aku sadar bahwa sebenarnya tugas kamu sudah selesai sejak 2 bulan yang lalu Dyo dan 2 bulan lagi, kita harus bercerai" Audrey bicara bergetar karena menelan tangisnya. Dyo menggenggam tangan Audrey. Audrey menunduk, enggan menatap Dyo.
"aku masih ingin menjaga kamu, Drey"
"aku bisa menjaga diri aku sendiri Dyo. Ceraikan aku, kembali pada Rachel" Audrey sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. Air mata Audrey mulai menetes tak terkendali. Entah apa yang membuatnya seperti ini. Audrey sesungguhnya tidak mau bercerai dengan Dyo. Audrey menyayangi Dyo, bahkan lebih dari sahabat. Audrey menginginkan Dyo menjadi suami seutuhnya.
"aku ga menginginkan Rachel lagi Drey, aku.....aku menginginkan kamu"
"no Dyo, kamu ga boleh menginginkan aku. Aku ga pantas untuk kamu. Kamu....berhak mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari aku. Aku....wanita kotor Dyo, aku sudah di hamili mantan pacar aku, aku sudah di buang seperti sampah...aku ga pantas untuk kamu" Dyo langsung memeluk Audrey erat. Audrey menangis, menangisi nasibnya yang tragis karena kebodohannya sendiri.
"stop Audrey !! Jangan bahas itu lagi, kamu tetap wanita baik, lembut dan cerdas yang aku kenal"
"no Dyo...."
"apa aku salah, kalau aku menginginkan kamu?"
"salah besar !! Kamu pria baik dan pantas mendapat yang terbaik, aku yakin Rachel tepat untuk kamu. Dia mencintai kamu, dia wanita yang baik untuk kamu"
"listen to me Drey, yang baik belum tentu yang terbaik, begitupun sebaliknya" Dyo merangkum wajah Audrey. Menghapus air matanya. Audrey dan Dyo terdiam. Audrey mencoba mencerna kata-kata Dyo. Detik ini Dyo merasakan dirinya benar-benar menginginkan Audrey dan harus melindungi serta menjaga Audrey seumur hidupnya.
"aku berniat untuk permanen menjadi suami kamu Drey" Dyo berkata pelan sambil menggenggam tangan Audrey, menatapnya dalam-dalam. Namun Audrey menolak ditatap seperti itu. Audrey langsung mengalihkan pandangannya. Audrey masih terdiam enggan mengatakan apapun.
"aku mau kamu pikirkan ini Drey, karena aku tidak mungkin menceraikan kamu"
"apa kamu tidak pikirkan perasaan Rachel? Aku tidak pernah diajarkan untuk bahagia diatas penderitaan orang lain Dyo" Audrey berkata tegas sambil memandang Dyo tajam. Audrey berusaha meyakinkan Dyo bahwa Audrey tidak pantas untuk Dyo dan Dyo tidak boleh menginginkannya.
"jadi karena Rachel?"
"I don't know" Audrey berbisik. Audrey menggelengkan kepalanya, menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Audreynandya, apa kamu juga menginginkan aku?" Dyo berkata lirih, menatap Audrey nanar. Dyo memutar wajah Audrey hingga menghadap ke arahnya, Dyo menatap Audrey lekat-lekat. Mata Audrey berkaca-kaca.
"ceraikan aku, kamu akan lebih bahagia. Trust me" air mata Audrey mengalir lagi dari ujung matanya. Dyo mengecup kening Audrey, hidung lalu bibirnya. Tangan Dyo menyentuh wajah Audrey.
"let me kiss you, Drey"
"no....aku..." Audrey berbisik pelan, namun Dyo langsung melumat bibir Audrey saat belum sempat Audrey melanjutkan kata-katanya. Dyo tetap melakukannya dengan lembut. Dyo mencium Audrey dengan sangat intim, lebih intim dari ciuman pertama mereka beberapa hari yang lalu. Dyo mengedarkan jemarinya pada tubuh Audrey, mengenal lebih dalam setiap jengkal tubuh Audrey. Seperti biasa, tubuh Audrey menggelenyar, Dyo kembali mengirimkan ribuan volt aliran listrik dari bibirnya yang hangat. Dyo mencium Audrey seperti tidak ada hari esok.
Suasana kamar Audrey dengan cahaya yang temaram membuat mereka hanyut dalam hangatnya malam itu, meskipun hujan deras merembes di jendela kamar Audrey. Perlahan, Dyo membuat Audrey berbaring di ranjangnya, Audrey sama sekali tidak keberatan. Dyo menopang tubuhnya dengan lengannya. Dyo melingkupi tubuh Audrey.
"touch me, Drey" Dyo bicara terengah. Audrey mulai mengedarkan tangannya menyentuh Dyo dan mengenali setiap jengkal tubuh Dyo. Audrey menikmati setiap serangan yang Dyo lakukan padanya. Karena sesungguhnya Audrey juga sangat menginginkan Dyo. Semakin lama, Audrey semakin tidak berdaya di tangan Dyo.Mereka tak saling bicara, namun mereka saling memahami apa yang mereka inginkan tanpa bicara. Semua ini di luar dugaan. Dyo dengan terampil melepas pakaian tidur Audrey dan Audrey tidak menolaknya sedikitpun.
"Drey, aku sangat menginginkan kamu. Biarkan aku melakukan ini" Dyo berbisik pada Audrey saat tubuhnya seperti akan meledak karena tidak mampu lagi menahan hasrat dalam tubuhnya yang bergejolak. Audrey tidak menjawab karena sibuk menahan hasratnya yang hampir meledak karena sentuhan jemari Dyo pada tubuhnya. Audrey menyerah dengan serangan Dyo. Gerakan tubuh Audrey semakin tak beraturan. Dyo semakin gencar merayu Audrey agar mau menyerahkan dirinya. Tangan Audrey meremas bahu Dyo, seolah meminta lebih. Dyo cukup mampu menangkap signal itu. Dyo dengan senang hati akan melakukan apapun untuk Audrey.
"I'll give you everything, Drey" Dyo perlahan menyatukan dirinya dengan Audrey. Semuanya terjadi begitu saja, tanpa paksaan Dyo atau tolakan Audrey. Audrey tak menyangka, orang yang berhadapan dengannya, yang menyatukan tubuhnya dengan tubuh Audrey adalah Frazdyo, pria yang sudah mengenalnya selama 21 tahun. Audrey merangkum wajah Dyo yang sangat bergairah malam itu. Dyo lalu kembali melumat bibir Audrey dengan tidak sabar. Dyo selalu bisa menahan dirinya dan memperlakukan Audrey dengan lembut. Dyo merasa bahwa dirinya kini semakin membutuhkan Audrey. Audrey kini seperti nafas bagi dirinya. Audrey adalah takdirnya.
"Dyo...." Audrey meremas lengan Dyo, Dyo lalu melumat bibir Audrey tanpa ampun. Dyo terus melakukan serangan pada Audrey. Sejujurnya, Audrey bahagia menerima serangan Dyo. Dyo memperlakukan Audrey dengan lembut dan tenang, Audrey menyukai itu. Audrey kelelahan setelah Dyo menyerangnya, tubuh Audrey lemas karena Dyo tak hanya mengirimkan ribuan volt yang mampu melemaskan lututnya, tapi kini Dyo mengirim jutaan bahkan milyaran volt ke tubuh Audrey dan membuat seluruh tubuh Audrey lemas. Mereka mencapai klimaksnya malam itu. Dyo dan Audrey merasa diri mereka menyatu satu sama lain. Audrey terlelap di dada Dyo, Dyo mengecup kening Audrey dan memeluknya dengan posesif.
"I love you, Audrey" Dyo berbisik. Audrey memejamkan matanya. Air mata kembali mengalir melewati hidung Audrey. I love you more, Dyo, bisik Audrey dalam hati.
***
Audrey terbangun pagi itu, melirik jam di nightstand, pukul 6:00. Audrey melirik Dyo yang masih pulas disampingnya. Sebelah lengannya masih memeluk Audrey. Audrey sedikit malu saat terbangun dengan naked dan tangan Dyo menyentuh langsung kulit tubuhnya. Untungnya, hari ini adalah sabtu, Audrey libur praktek begitupun Dyo. Mereka memiliki waktu yang banyak untuk bersama. Audrey meraih pakaiannya di atas karpet dan memakainya. Audrey lalu kembali ke ranjang, memperhatikan Dyo. Dyo, pria yang selalu ada untuknya selama 21 tahun, namun tidak pernah Audrey perhatikan sampai sedalam ini. Audrey kini menangkap Dyo tertidur tanpa sehelai baju. Hanya celana tidur yang masih di pakainya. Dyo tampan dengan alis tebal dan mata tajamnya, hidung yang tinggi, bibir kecil dan jambang yang tipis menghiasi wajahnya. Dyo tampan, cerdas, selalu bersemangat, dewasa, lembut dan good personality. Dyo tanpa cela, pantas Bunda selalu menginginkan Dyo menjadi menantunya. Dyo itu perfect !!
Audrey kembali memejamkan matanya menghadap Dyo lalu tertidur....
Audrey kembali terbangun karena mendengar ponsel bergetar di nightstand. Audrey meraih ponselnya di nightstand. Audrey menghela nafas, pasti ada pasiennya yang akan melahirkan. "halo? Halo....." Audrey berkata serak sambil mengumpulkan fokusnya. Audrey menaikkan posisi tidurnya bersandar ke kepala ranjang, namun Dyo menarik tubuh Audrey.
"sayang, masih terlalu pagi" Dyo berkata manja sambil menahan tubuh Audrey untuk tetap berbaring. Audrey mengalah dan membiarkan kepala Dyo tertidur di bahunya.
"halo? Ini siapa?" Audrey menyesali matanya yang sangat berat. Dyo mengeratkan pelukannya. Audrey lalu melihat layar ponselnya bertuliskan my Rachel. Audrey seketika membelalakan matanya. My Rachel???? Audrey kembali sadar saat ponsel yang di pegangnya ini bukan miliknya tapi milik Dyo. Audrey terperanjat, seketika kantuknya benar-benar hilang. Audrey melirik nightstand di sisi Dyo. Ponsel miliknya ada disana. Ponsel Audrey dan Dyo memang sama !! Arrghhhh Audrey telah membuat masalah baru bagi Dyo. Audrey menepuk keningnya, menyesali keteledorannya.
"kamu...kamu cari Dyo ya? Dyo masih tidur" Audrey menjawab setenang mungkin. Tanpa bicara apapun Rachel menutup sambungan teleponnya. Audrey meremas ponsel Dyo. Dyo mengangkat kepala dari bahu Audrey lalu tersenyum.
"sepertinya ada yang salah mengangkat telepon? Handphone kamu disini, yang di sana handphone aku" Dyo berkata santai lalu tengkurap memeluk bantal. Audrey membelalakan matanya, mengguncang tubuh Dyo.
"tadi Rachel yang hubungi kamu"
"Rachel???" Dyo terlihat begitu terkejut lalu mengambil handphone nya pelan dari tangan Audrey dan memeriksanya. Audrey cemas, bagaimana jika Rachel mengamuk pada Dyo dan Audrey kembali menjadi penyebabnya.
"kenapa kamu terlihat sangat takut? Kamu tahu, tingkah kamu itu seperti seorang selingkuhan yang tidak sengaja mengangkat telepon dari istri pacarnya"
"it's real !!"
"no, bagaimanapun juga, kamu istri aku, Rachel hanya pacar aku. Ikatan aku dengan kamu lebih kuat dibanding ikatan aku dengan dia, oke? By the way, thank for epic night" Dyo mengecup dahi dan bibir Audrey yang masih merenung.
"morning" Dyo beranjak dari ranjang Audrey dan memungut bajunya yang terjatuh di karpet. Dyo berjalan menuju pintu lalu menghilang di baliknya. Dyo selalu tidak bisa di tebak. Audrey menjadi amat sangat gemas pada tingkah Dyo. Kenapa dia bisa terlihat begitu santai? Bukankah dia baru saja berbaikan dengan Rachel??
***
"semalam aku tidak sengaja tidur di kamar Audrey"
Dyo melirik Rachel yang memberengut disampingnya. Hari ini mereka berniat untuk spending time dengan menonton film dan makan siang bersama.
"ini ketidak sengajaan yang keberapa kali?"
"Hel....."
"jadi kapan kamu akan menceraikan dokter Audrey?"
"I don't know"
"apa????"
"aku ga tahu Hel, aku memikirkan Mama. Tapi aku akan mencoba bicara dengan Mama demi kelanjutan hubungan kita" Dyo meringis akan kebohongannya. Sebenarnya Dyo sedang mencari cara untuk mengakhiri hubungannya dengan Rachel. Dyo menyesali mengapa hari itu, hari dimana Rachel memutuskan hubungannya, Dyo tidak mengatakan 'ya'. Dyo malah terus mengejar Rachel. Dyo menyesali perasaannya yang datang terlambat pada Audrey.
Dyo memarkirkan mobilnya di basement mall. Dyo berjalan menggandeng Rachel mesra seperti biasanya. Mereka asik bercengkrama sambil sesekali tertawa.
"mas !!" ada yang menepuk bahu Dyo dari belakang. Dyo langsung menengok. Oh my gosh !! DAFFA !!! Daffa terlihat agak kesal memandang Dyo yang merangkul Rachel mesra. Dyo seketika melepaskan rangkulannya pada Rachel. Rachel mengernyitkan dahinya. Dyo langsung menarik Daffa menjauhi Rachel.
"Daffa akan laporkan ini sama Mama"
"Daff ! Kamu....laporkan apa?"
"mas Dyo, Daffa kasih tahu ya ! Kalau mas mau selingkuh jangan di tempat ramai"
"siapa yang selingkuh Daff? Dia pacar mas"
"mas? Are you kidding me? Pacar? Mas lupa sama ka Audrey?" Dyo menggertakan rahangnya karena keceplosan. Dirinya menemukan kegawatan sekarang. Oh ini parah !! Dyo bisa mati berdiri jika Daffa laporkan ini pada Mama dan Papa nya.
"mas lebih baik pergi, karena Daffa akan ketemu Kenzo disini. Ini akan lebih parah kalau sampai Kenzo tahu" Daffa menepuk bahu Dyo dan melengos pergi sambil melirik Rachel tajam. Dyo segera menarik Rachel ke lift. Rachel agak terkejut.
"kenapa? Yang tadi itu siapa?"
"kita ga bisa jalan di tempat ramai lagi, lain kali lebih baik aku temui kamu di rumah atau kamu yang datangi rumah aku....ehm no !! Aku yang akan temui kamu di rumah" Dyo berjalan cepat menuju mobilnya. Rachel semakin heran. Dia menyamakan langkahnya dengan Dyo dan masuk dengan segera.
"dia siapa?"
"Daffa, adik aku. Aku ga tahu bagaimana jadinya jika Daffa laporkan ini sama Mama"
"itu bagus, kamu akan lebih mudah untuk menjelaskan siapa aku dan kamu akan lebih mudah menceraikan dokter Audrey"
"Hel, asal kamu tahu. Mama sangat menyayangi Audrey. Audrey itu bukan menantu Mama, tapi Mama sudha mengangapnya seperti anaknya sendiri" Dyo berkata tegas dan hal ini membuat Rachel terkejut. Apa yang Audrey lakukan hingga bisa memikat hati Mama Dyo seperti itu??
"Dyo, kita bisa pergi kemanapun kita mau, kita bisa menikah, kamu bisa hidup sendiri tanpa sokongan orang tua kamu lagi kan?"
"Rachel !! Kamu jangan gila. Aku bukan orang yang suka menghindari masalah"
"pantas kamu selalu menghadapi dokter Audrey, si pembuat masalah dalam hubungan kita" Dyo seketika geram mendengar kata-kata Rachel. Dyo meremas stir mobilnya kesal. Rachel mulai terisak melihat Dyo yang marah.
"Rachel, sekali lagi kamu katakan Audrey pembuat masalah, aku ga akan maafkan kamu"
"kamu membela dokter Audrey? Kenyataannya memang seperti itu !!! Dokter Audrey itu orang yang tiba-tiba masuk diantara kita, dia menghancurkan semuanya bahkan impian aku untuk menikah sama kamu. Dia pikir dia siapa???" Rachel berkata keras sambil menangis. Dyo selalu tidak tega melihat wanita menangis. Dyo langsung memeluk Rachel meskipun Rachel sempat menolaknya. Rachel menangis di pelukan Dyo sesegukan. Detik ini Dyo benar-benar merasa kebingungan atas apa yang terjadi dalam hidupnya saat ini. Dyo tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, dia akan menceraikan Audrey, wanita yang saat ini sangat dibutuhkannya dan merupakan menantu idaman keluarganya atau meninggalkan Rachel, wanita yang sangat mencintainya dan rela mengorbankan perasaannya demi Dyo meskipun sama sekali bukan kriteria untuk di terima di keluarganya. Orang yang di butuhkannya atau orang yang mencintainya? Sungguh ironis, Dyo terus bertanya kenapa dia dihadapkan pada pilihan sesulit ini.
***
Audrey berenang pagi itu. Hari ini Audrey akan praktek malam sehingga pagi hari bisa bersantai dirumah, itupun jika tidak ada telepon dari suster yang mengabari bahwa ada pasiennya yang mendadak melahirkan. Dyo berangkat pagi sekali ke rumah sakit. Jadwal praktek Dyo di rolling menjadi pagi sedangkan Audrey menjadi malam. Audrey beristirahat di pinggiran kolam sambil menikmati orang juice nya.
"permisi Bu, ada tamu" pa Rusman, driver Dyo tampak membungkuk bicara sopan pada Audrey, Audrey menengokkan kepalanya.
"siapa?...." Audrey melihat seorang wanita yang tidak asing lagi baginya. Rachel. Pa Rusman lalu permisi pergi setelah mengantarkan tamu Audrey ini.
"pagi dokter"
"oh ya, pagi. Dyo praktek pagi mulai hari ini. Apa kamu tidak tahu?" Audrey bicara sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"saya butuh bicara dengan dokter"
"tentang?"
"tentang...."
"pasien?"
"bukan"
"so?"
"tentang Dyo" Audrey memandang Rachel heran, namun berusaha untuk tetap tenang. Dyo? Apa yang mau dia bicarakan tentang Dyo? Audrey langsung beranjak dari kolam renang dan berdiri di hadapan Rachel.
"saya harus mandi, apa kamu mau menunggu?"
"ya, tentu dok, silahkan" Audrey mengambil kaleng orange juice di kulkas dan memberikannya pada Rachel sebelum memutuskan kembali ke kamarnya untuk mandi. Rachel duduk diam di pinggiran kolam renang. Rachel kembali mengagumi rumah Dyo dan Audrey ini. Sangat asri dan sejuk. Rachel berjalan menelusuri kolam renang berukuran olimpic itu. Rumah ini terlalu besar di huni oleh Dyo dan Audrey. Rachel berjalan ke ujung kolam yang menembus ke taman belakang yang di tumbuhi rumput sintetik dan terdapat cradle yang besar. Sepertinya nyaman tinggal disini. Rachel selalu membayangkan dirinya dapat menikah dengan Dyo, tinggal di rumah besar dan memiliki banyak anak. Rachel memejamkan matanya sambil duduk di kursi taman.
"apa yang mau kamu bicarakan? Lebih baik kita bicara didalam" Rachel di kejutkan oleh suara Audrey yang terdengar begitu dingin. Rachel memandangi Audrey. Audrey mempersilakan Rachel untuk duduk di ruang tengah. Rachel mengikuti Audrey dan duduk di hadapannya.
"saya ingin membicarakan masalah Dyo, dokter tahu, saya.....sudah lama menjalin hubungan dengan Dyo bahkan sebelum saya mengenal anda"
"ya....."
"sampai akhirnya saya harus menerima kenyataan bahwa Dyo harus di jodohkan dengan anda"
"hmmmm"
"saya sangat mencintai Dyo, saya rela melakukan apapun untuk Dyo bahkan mengizinkan Dyo menikahi anda. Sekarang, saya merasa hubungan saya semakin kacau dengan Dyo. Saya hanya ingin dokter menceraikan Dyo, tolong jangan mengganggu lagi hubungan saya dengan Dyo"
"saya tidak pernah merasa mengganggu hubungan kamu dengan Dyo !! Bahkan saya membebaskan kamu untuk tetap menjalin hubungan dengan Dyo meskipun saya dan Dyo sudah menikah !!" Audrey mendesis pada Rachel, Rachel seketika merasa takut pada Audrey.
"dok...saya dan anda sama-sama wanita. Anda mungkin tahu bagaimana perasaan seorang wanita jika pria yang dicintainya harus menikah dengan orang lain sementara pria tersebut menjanjikan sebuah pernikahan pada wanitanya. Saya mohon dokter mengerti atas apa yang saya rasakan. Dyo berjanji untuk menikahi saya jauh sebelum Dyo menikahi anda. Saya berusaha untuk memahami ini hingga mengizinkan Dyo menikah dengan anda. Saya mohon, ceraikan Dyo" suara Rachel terdengar bergetar menahan tangis. Audrey meringis melihat Rachel yang begitu memohon pada Audrey. Untung, dirinya cukup memiliki harga diri dan tidak mengemis seperti ini pada Nadine saat tahu Radie memacarinya.
"saya sama sekali tidak pernah menahan Dyo untuk tetap menjadi suami saya !! Kenapa kamu tidak meminta Dyo untuk menceraikan saya?"
"karena Dyo mengatakan bahwa sebenarnya Dyo menunggu anda yang menceraikan dia. Ini Dyo katakan saat baru satu hari pernikahan Dyo dengan anda" Rachel berkata pelan. Rachel terpaksa berbohong, padahal Dyo tidak pernah mengatakan ini. Hati Audrey berdesir, oh jadi Dyo menunggunya? Kenapa Dyo tidak katakan ini? Kenapa Dyo malah mengatakan bahwa dirinya menginginkan Audrey?
"sebenarnya, saya tidak menyukai ada orang yang memohon karena menginginkan sesuatu dari saya. Saya akan segera menceraikan Dyo" Audrey berkata tegas pada Rachel. Rachel tersenyum. Audrey seketika merasa tidak simpati lagi pada Rachel. Seharusnya seorang wanita tidak melakukan hal bodoh seperti ini. Audrey semakin tahu bahwa betapa Rachel terlalu memaksakan hubungannya dengan Dyo.
"terimakasih dok. Saya pegang kata-kata dokter" Rachel merasa cukup puas dengan pernyataan Audrey. Audrey tersenyum sinis pada Rachel. Rachel pulang setelah tujuannya tercapai. Rachel tersenyum penuh kemenangan. Memang ini yang harus dilakukannya agar bisa membuat Dyo kembali padanya.
Audrey merenung sambil terduduk di sofa. Menceraikan Dyo? Audrey lebih ingin di ceraikan Dyo. Audrey lebih baik disakiti dari pada menyakiti Dyo. Audrey tidak mau menyakiti Dyo seandainya memang perceraian ini menyakitkan bagi Dyo. Audrey tak habis pikir, untuk apa Dyo mengatakan masih ingin menjaganya lalu mengatakan menginginkan Audrey dan mencintai Audrey jika sebenarnya selama ini Dyo menunggu Audrey yang menceraikannya? Dada Audrey semakin sesak mengingat ini semua. Dyo berhasil mengobati hati Audrey yang sudah rusak dan terluka, bahkan Dyo berhasil memilikinya. Tapi kenapa Dyo kini malah merusaknya dan melukainya lagi?? Audrey tertegun. Air matanya mengalir deras. Dyo, ada apa dengan kamu sebenarnya?
***
Audrey lupa membawa kunci rumahnya, Audrey terpaksa menghubungi Dyo agar membukakan pintu untuknya. Sejujurnya, Audrey masih enggan bertemu Dyo. Saat tadi Dyo mengajaknya dinner, Audrey berbohong dengan mengatakan pasiennya banyak sehingga Dyo membatalkan dinnernya. Terdengar suara kunci di putar. Jantung Audrey berdetak lebih cepat.
"very late night" Dyo tersenyum lalu menarik Audrey ke pelukannya, mencium keningnya. Audrey terlalu lelah hingga tidak bisa melawan. Audrey hanya tersenyum paksa melihat Dyo. Audrey berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan Dyo di belakang.
"night Dyo" Audrey setengah berteriak karena Dyo masih di bawah, sepertinya Dyo melipir ke dapur untuk membawa minum.
"night Drey, have a nice dream" Audrey mengangkat bahunya saat Dyo berkata seperti itu.
Sungguh, dirinya merasa sangat sedih jika harus memiliki hubungan yang buruk dengan Dyo. Audrey selalu melewatkan setiap detik hidupnya dengan Dyo selama 21 tahun ini. Dyo selalu hadir dalam setiap moment penting dalam hidup Audrey. Audrey tahu, sedikit kesalahan akan menghancurkan persahabatannya selama 21 tahun ini.
Terkadang, Audrey menyesali apa yang terjadi antara dirinya dengan Dyo saat ini. Andai saja, Audrey tidak mengatakan dirinya hamil pada Dyo, andai saja Audrey memiliki pilihan lain saat Dyo mengajaknya menikah, andai saja perasaan Audrey tidak berkembang menjadi sebuah cinta, pasti semuanya akan baik-baik saja. Audrey sebenarnya takut kehilangan cinta dan kasih sayang Dyo sebagai sahabat. Dyo adalah sahabat terbaik Audrey, bahkan Dyo selalu menyelamatkan Audrey dalam hal apapun. Ketika SD, saat PR Audrey tertinggal, Dyo rela PR nya di miliki Audrey hingga dirinya yang di hukum di depan kelas. Ketika SMP, saat Audrey sakit tetapi harus ujian, Dyo rela menukar kertas ujiannya dengan Audrey dan menukar namanya hingga nilai Audrey bagus. Ketika SMA, saat Audrey ingin bermain dengan teman-temannya hingga malam, Dyo mengatakan pada mas Razka bahwa dirinya yang mengajak Audrey hingga Dyo meminta maaf pada Bunda dan mas Razka. Dyo selalu melindungi Audrey sebisanya, menolong Audrey semampunya dengan tulus. Bahkan sekarang Dyo mengorbankan hidupnya serta cintanya demi Audrey. Entah bagaimana jika Audrey tidak bisa lagi merasakan ketulusan Dyo. Audrey menangis sesegukan. Ketakutan menyerang batinnya. Aku hanya takut kehilangan Dyo, aku rela kehilangan apapun, asal jangan cinta, ketulusan serta kasih sayang Dyo selama 21 tahun ini, bisik Audrey dalam hati. Dyo, maybe I love you more than you know. Thanks for everything Dyo...sepertinya hubungan kita akan berakhir besok....
***
"kemarin Rachel menemui aku dan mengatakan semuanya"
Malam itu, Audrey dan Dyo bicara setelah mereka selesai menonton film. Audrey berusaha bicara dengan hati-hati.
"semuanya?"
"tentang kamu, tentang keinginan dia"
"maksud kamu?"
"aku tahu Rachel menganggap aku sebagai penghancur hubungan kalian, aku tahu kamu pernah menjanjikan sebuah pernikahan pada dia, aku tahu satu hari setelah pernikahan kita kamu berjanji untuk menceraikan aku secepatnya pada Rachel dan aku tahu sekarang kamu sedang menunggu aku yang menceraikan kamu" Audrey berkata pelan. Hal ini menyulut Dyo. Ini benar-benar kebohongan !!
"itu bohong !! Kamu jangan percaya atas kata-kata Rachel. Trust me Audrey !!"
"aku ga tahu harus mempercayai siapa sekarang" Audrey berkata pelan, air matanya menetes perlahan di pipinya. Dyo sangat bingung melihat Audrey menangis.
"Audrey...."
"Dyo, demi Tuhan, kenapa kamu tidak mengatakan ini sama aku? Kalau kamu menginginkan aku yang menceraikan kamu, kenapa kamu ga katakan ini sejak awal?"
"aku ga pernah menunggu kamu menceraikan aku !!"
"lalu?" Audrey menatap mata Dyo dalam-dalam, Dyo terlihat senewen.
"aku tahu, kamu pernah katakan bahwa kamu adalah orang yang selalu menepati janji bahkan kamu berani mengorbankan apapun yang kamu miliki demi menepati janji itu. Sekarang, kamu berjanji akan menikahi Rachel lalu kenapa kamu tidak katakan ini sama aku? Kalau kamu mau, aku bisa daftarkan gugatan perceraian kita secepatnya"
"no Audrey !! Kamu jangan percaya Rachel, aku menginginkan kamu dan aku ingin permanen menjadi suami kamu !!"
"kamu menginginkan Rachel, kamu mencintai dia, untuk apa kamu mengatakan ini sama aku kalau sebenarnya kamu menunggu aku menceraikan kamu??"
"Audrey jangan percaya Rachel !!! Aku benar-benar menginginkan kamu, aku mencintai kamu, Drey !!!" Dyo membentak Audrey, Audrey beranjak dan menatap mata Dyo. Audrey merasa kebakaran saat Dyo terus mengatakan bahwa dirinya menginginkan Audrey bahkan mencintainya.
"jangan pernah katakan itu lagi kalau pada akhirnya kamu membuang aku seperti sampah !! Lalu apa bedanya kamu dengan Radie??" Audrey mendesis sambil air matanya tak henti menetes, hatinya teriris perih. Sebenarnya Audrey tidak mau mendebat Dyo.
"jangan samakan aku dengan pengecut itu karena aku tidak mungkin membuang kamu Audrey !!"
"who knows? Pada akhirnya kamu dan Rachel akan menertawakan aku seperti apa yang dilakukan Radie dan Nadine !!"
"no Audrey !! Cukup !!!" Dyo memegang lengan Audrey sambil mengatur nafasnya yang memburu. Dyo snagat emosi bahkan terlalu emosi mendengar semua ini, sementara Audrey masih terisak.
"jangan pernah katakan itu lagi !! Aku ga mungkin melakukan itu pada kamu"
"aku ga pernah menginginkan kamu Dyo !! Menginginkan kamu sama sekali tidak pernah terlintas di benak aku, apalagi mencintai kamu. Hidup berdua dengan kamu sama sekali tidak pernah masuk ke dalam daftar rencana aku di masa depan !! Kamu berhak mendapat yang lebih baik dari aku. Sekarang lepaskan tangan kamu !!" Audrey berkata tegas, berusaha menahan tangisannya. Aku menginginkan kamu Dyo, aku mencintai kamu, hidup bersama kamu adalah ketidak mungkinan yang selalu aku semogakan, teriak Audrey dalam hatinya.
"kamu tidak menginginkan aku?"
"never Dyo...never !!" Audrey berteriak sambil menangis sesegukan. Hatinya sakit, bahkan lebih sakit dari pada saat Radie memutuskan cintanya. Audrey akan kehilangan sahabat sekaligus teman hidupnya saat ini. Dyo mengangguk, bahkan mata Dyo berkaca-kaca setelah mendengar penyataan Audrey. Hati Audrey semakin terluka. Dyo melepaskan lengan Audrey perlahan, Audrey langsung berlari ke kamarnya. Menenggelamkan wajah ke dalam bantal. Berteriak, menangis sepuasnya. Dia kini benar-benar kehilangan Dyo. Tak lama Audrey mendengar bantingan pintu dari seberang kamarnya. Dyo membanting pintu dengan sangat keras. Dyo, hanya maaf dan terimakasih yang ingin aku ucapkan, bisik Audrey dalam hati.
***

My Real HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang