Bab 11 : 6th Month

13.5K 792 1
                                    

Sudah satu bulan ini Dyo tidak bertemu Rachel. Jujur, Dyo merasa kehilangan. Ada suster lain yang mengganti Rachel menjadi asisten Dyo. Setelah mencari tahu, Rachel ternyata terkena rotasi dan berpindah menjadi suster di obgyn center. Dyo memandangi fotonya bersama Rachel di ponselnya. Rachel baik, sabar, selalu ceria dan selalu menuruti apapun yang dikatakan Dyo. Rachel selalu sabar meskipun dirinya menjadi buah bibir para suster karena mengiranya berbohong telah memacari Dyo.
"Dyo?"
"hai Drey"
"what do you think?"
"ehm? Nothing" Audrey yang sudah memakai baju tidur menghampirinya. Dyo menepuk sofa, meminta Audrey duduk di sampingnya. Dyo langsung menyimpan ponselnya di meja.
"you miss her?"
"who?"
"Rachel !" Audrey melirik Dyo, Dyo tersenyum kecil.
"not really"
"kamu tahu Rachel sekarang menjadi suster di obgyn center kan?"
"ya..."
"apa kamu tahu dia sekarang seringkali terlihat berada di delivery room dan selalu menghindar bila dia tahu aku yang menangani pasien?"
"aku ga tahu tentang itu"
"aku rasa dia cemburu"
"Drey, aku dan dia sudah putus. Oke?"
"aku pikir, dia masih mencintai kamu, bukannya kamu juga masih mencintai dia?" Audrey melirik Dyo penuh makna, Dyo memutar bola matanya. Hal ini mengundang tawa Audrey.
"aku benci setiap kamu melakukan itu"
"melakukan apa?"
"rolled eyes"
"like this?" Dyo kembali memutar bola matanya, Audrey menjadi geli memandangi Dyo seperti itu. Audrey kembali tertawa sambil memukuli pelan lengan Dyo.
"aku mau tidur"
"aku juga" Dyo meraih remote tv dan mematikannya. Mereka berjalan beriringan menuju lantai 2.
"Drey...."
"ya?" Dyo mendekati Audrey dan berdiri di hadapannya. Dyo meraih pipi Audrey dan mengecup keningnya. Dyo melakukan hal yang sama seperti saat di rumah sakit. Mengecup kening Audrey dan menahannya beberapa detik. Audrey memejamkan matanya dan menyerap segala kehangatan yang Dyo kirim ke tubuhnya. Dyo menangkap Audrey memejamkan matanya, Dyo lalu meneruskan mengecup ujung hidung Audrey, mata Audrey masih terpejam.
"give me a kiss, Drey" Dyo berbisik lembut di telinga Audrey. Audrey seperti kesulitan membuka matanya. Audrey mengangguk pelan.
"go ahead" Audrey berbisik. Dyo mengecup bibir Audrey seperti saat di rumah sakit. Audrey lalu membuka mulutnya perlahan. Dyo langsung menyambutnya. Dyo melumat lembut bibir Audrey. Dyo memegang erat pipi Audrey dan perlahan mendesakan lidahnya kedalam mulut Audrey. Audrey memberikan akses sehingga Dyo dapat menciumnya lebih dalam. Sebelah tangan Dyo memeluk pinggang Audrey hingga tubuh mereka saling bersentuhan satu sama lain. Audrey menaikkan tangannya ke dada Dyo lalu melingkarkan lengannya di leher Dyo. Semakin lama, Audrey merasa tubuhnya semakin lemas, lututnya gemetaran menerima serangan Dyo yang begitu lembut tetapi mampu membuat Audrey lemas. Audrey melarikan jari-jarinya ke rambut short cut Dyo. Dyo mendorong perlahan Audrey hingga Audrey bersandar di pintu kamarnya. Audrey bersyukur karena setidaknya Audrey bisa bersandar saat kakinya merasa tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Nafas Dyo terdengar begitu memburu. Seperti berusaha keras menahan hasratnya.
"Audrey......" Dyo bicara terengah sambil memberikan kecupan kecil di leher Audrey. Audrey semakin tidak fokus. Tubuhnya seperti melayang-layang di udara.
"ehm?"
"apa kamu......menyukai ini?" Audrey diam. Tidak bisa berpikir jernih lagi. Iya Dyo, aku sangat menyukai ini dan akan selalu menyukai ini, teriaknya dalam hati.
"Dyo....enough...." Audrey bicara terengah. Audrey merasa dirinya akan pingsan sebentar lagi. Dyo sangat membuatnya menggelenyar seperti di setrum ribuan volt. Dyo menghentikan aktivitasnya dan memegang dagu Audrey, mengakhiri dengan kecupan lembut di bibir Audrey yang semakin merah setelah Dyo menyerangnya.
"good night"
"night" Audrey mengatur nafasnya. Jantung Audrey berdetak kencang tak karuan. Dyo memegang handle pintu kamar Audrey dan membuka pintu kamar Audrey.
"let's sleep"
"ya...." Audrey segera masuk ke kamarnya dan langsung melompat ke ranjang. Membenamkan wajahnya ke bantal. Oh my God !! Apa yang dilakukannya bersama Dyo tadi? Berciuman?? Audrey merasa dirinya begitu parah !! Audrey tidak pernah mimpi untuk berciuman dengan Dyo, bahkan terlintas di benak nya pun tidak sama sekali. Tapi kini apa yang telah mereka lakukan??? Berciuman dengan begitu lembut dan membuat jantung Audrey berdebar serta lututnya gemetaran?? Oh my God !! Jangan buat aku jatuh cinta pada Dyo....bisiknya dalam hati.
***
Audrey mengetuk-ngetukkan bolpoin ke mejanya. Pikirannya masih melayang pada kejadian semalam. Entah kenapa, Audrey sangat bahagia. Perasaan Audrey berkembang, yang semula menganggap Dyo sebagai sahabat, kini berkembang menjadi teman hidupnya. Apa mungkin Dyo juga merasakan ini sementara di benaknya masih ada Rachel? Atau jangan-jangan Dyo membayangkan dirinya berciuman dengan Rachel, bukan dengan Audrey? Tapi semalam Dyo menyebut nama Audrey di sela-sela ciumannya. Tidak seperti saat Radie berciuman dengannya, Radie pernah salah menyebut nama Audrey menjadi Nadine. Saat itu Audrey merasa sangat hancur dan membenci Nadine.
"dokter Audrey?" Audrey melirik ke pintu, ada Dyo berdiri disana. Sore itu mereka sudah selesai praktek. Audrey menunggu Dyo di ruangannya.
"hai dokter Frazdyo" Audrey tersenyum simpul menatap Dyo, Dyo masuk dan menutup pintu ruangan Audrey. Entah kenapa, Audrey agak salah tingkah saat bertemu Dyo karena kejadian semalam masih terekam jelas di benaknya. Dyo duduk lalu meriah tangan Audrey yang duduk di hadapannya.
"kamu mau antar aku beli kado untuk Papa?"
"boleh"
"kamu biasanya beri kado apa jika Ayah ulang tahun?" Dyo meraih tangan Audrey dan mengenggamnya erat. Mengusap punggung tangan Audrey dengan ibu jarinya.
"emmmmmm terakhir aku berikan jam tangan untuk Ayah. Apa kamu pernah berikan jam tangan untuk Papa?"
"aku belum pernah berikan jam tangan untuk Papa, sepertinya itu ide bagus"
"ya"
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan Audrey. Audrey mengatakan 'masuk' dan pintu terbuka. Seorang wanita berdiri sambil membawa tumpukan rekam medis pasien. Wanita itu terkejut saat melihat Dyo yang sedang menggenggam tangan Audrey mesra. Audrey terkejut melihat wanita itu dan langsung melepaskan tangannya dari genggaman tangan Dyo. Dyo keheranan melihat Audrey memakukan pandangan ke pintu. Dyo menengokkan kepalanya ke pintu yang ada di belakangnya. Dyo ikut terkejut.
"maaf dokter Audrey ini....ini....rekam medis pasien...ini" Rachel bicara terbata dan melangkah mendekati meja Audrey sambil menunduk. Rachel meletakkan tumpukan rekam medis itu di sisi meja.
"terimakasih Rachel" Audrey menjaga intonasi suaranya agar tidak terdengar senewen. Audrey melirik sekilas Dyo yang sepertinya lebih shock dibandingkan dirinya. Dyo menarik tangan Rachel yang melintas di hadapan mereka. Oh ternyata Dyo masih menginginkan Rachel. Hati Audrey sakit melihat adegan semacam ini. Dyo beranjak dan menarik paksa Rachel keluar. Dyo kasar sekali pada Rachel, Audrey marah di dalam hatinya.
Audrey berpura tidak mempedulikan apa yang terjadi di hadapannya. Audrey menyedekapkan tangannya. 15 menit kemudian Dyo kembali ke ruangan Audrey. Dyo kini terlihat lebih baik dari sebelumnya.
"sepertinya aku akan mendengar good news" Audrey melirik Dyo sambil tersenyum. Dyo mengulum senyumnya mengingat pembicaraannya dengan Rachel tadi.
"apa yang kamu bicarakan dengan Rachel?" Audrey berkata excited. Detik ini Audrey kembali menjadi sahabat Dyo yang selalu ingin tahu apa yang dilakukan Dyo.
"nothing. Aku hanya minta maaf sama dia tentang semuanya"
"apa dia mau memaafkan kamu?"
"ya, Rachel itu sangat penurut. Dia selalu mau melakukan apapun yang aku inginkan" Audrey memutar bola matanya, Dyo terkekeh.
"well, aku ikut senang. Aku berharap yang terbaik untuk kalian berdua. Maaf aku mengganggu dan menghancurkan hubungan kalian" Audrey berkata lemas. Dyo mengusap kepalanya.
"pulang sekarang?" Dyo mengalihkan pembicaraan dan tidak mempedulikan apa yang Audrey katakan. Dyo tidak suka Audrey menyalahkan dirinya sendiri. Audrey menaikkan alisnya menatap Dyo. Audrey meraih tas nya dan beranjak. Dyo menggandeng tangan Audrey mesra. Mereka berjalan menuju lift, namun Rina yang merupakan resepsionis memanggilnya.
"dokter Audrey dan dokter Dyo, ini ada undangan pernikahan dari dokter Soni" Rina tersenyum ramah dan memberikan undangan pada Dyo dan Audrey.
"apa dokter Soni akan menikah lagi?" Dyo berbisik, Audrey memukul lengannya pelan. Rina tertawa mendengar celoteh Dyo, pasalnya dokter Soni ini sudah berusia 60 tahunan. Audrey memandangi undangan berwarna gold dan tosca itu. Ada inisal huruf N dan R besar di cover nya.
"thanks Rina"
"sama-sama dokter Audrey"
"bye Rina"
"bye dokter Dyo" seketika Rina gemetaran disapa dokter Dyo yang begitu muda dan tampan. Hanya saja, dokter muda ini sudah menikah dengan dokter Audrey. Tetapi mereka pasangan yang amat sangat serasi, dokter Dyo tampan, dokter Audrey cantik dan mereka sama-sama cerdas. Oh perfect couple. Ini sudah seperti fairy tale, bisik Rina dalam hati.
Dyo dan Audrey melambaikan tangannya pada Rina dan memasuki lift. Mereka lalu berjalan di area parkir basement.
"dokter Soni tidak pernah mengatakan akan menikah lagi" Dyo masih melanjutkan celotehannya sambil membuka jas dokternya dan menyimpannya di bangku belakang. Audrey melipat jas dokternya dan menyimpannya juga di bangku belakang.
"dokter Soni itu super charming, mungkin beliau mau menambah istri" Audrey berkata datar sambil membolak-balik undangannya. Dyo meraih leher Audrey dan mengecup pipinya.
"kamu tahu, kata-kata kamu itu lebih parah dari aku" Audrey tertawa geli karena Dyo terlihat amat sangat gemas padanya. Dyo menatap Audrey yang sedang sibuk membuka ikatan pita di kartu undangan. Dyo belum menyalakan mobilnya, menunggu Audrey membaca undangan itu.
"apa menurut kamu yang akan menikah itu dokter Soni??" Dyo memegang tangan Audrey sehingga menghentikan gerakan Audrey. Audrey memutar bola matanya.
"Frazdyo !!" Audrey menggeram, lalu memalingkan pandangan ke depan, ada dokter Keanu yang melambaikan tangan pada mereka. Dyo menurunkan kaca.
"hay dok, tugas malam?"
"ya, kamu akan pulang?"
"ya dok"
"Kean, long time no see, bagaimana kabar Syd, Ziva dan Thalla?"
"fine" Kean tersenyum lalu melambaikan tangannya sambil menunjuk jam tangan. Dyo dan Audrey menganggukkan kepalanya. Sudah beberapa bulan ini Audrey tidak bertemu sahabatnya Syd juga Naurra dan Shaneen.
"ayo buka" Dyo tidak sabar ingin tahu siapa yang menikah, apakah dokter Soni? Audrey membuka lembar pertama undangannya, lalu membuka lembar kedua. Audrey membelalakan matanya saat melihat nama 2 orang yang bersanding di kartu undangan. Nadine Debrina & Radieka Alvino. WHAT????? Apa hubungan mereka dengan dokter Soni?
Seketika mata Audrey berkaca-kaca, air matanya menetes tak terkendali. Dyo langsung merebut undangannya dan membaca dengan seksama.
"oh shit !!!" Dyo tak kalah shock. Dyo membaca seksama undangan itu. Ternyata dokter Soni adalah Ayah Nadine. Dyo lalu melirik Audrey yang masih menunduk mengusap air matanya. Dyo tahu, Audrey pasti sangat terluka. Baru saja dirinya mengalami peristiwa pahit kehilangan anaknya, kini Audrey harus menerima undangan pernikahan si pengecut ini !!!
Tak lama Audrey mengangkat wajahnya yang merah. Audrey terlihat sekuat tenaga menahan kesedihannya, menelan tangisnya. Mungkin karena ada Dyo. Audrey selalu tidak mau membuat orang disampingnya mengkhawatirkannya apalagi mengasihani nya.
"Drey, you okay?" Dyo menatap Audrey, Audrey meliriknya lalu mengangguk. Dyo menarik Audrey ke pelukannya. Mengusap punggung Audrey.
"kita bisa cari alasan untuk ga datang ke acara itu"
"tapi.....kamu kan cukup dekat dengan dokter Soni"
"no problem Drey, aku bisa atasi. Everythung's fine, Drey" Dyo mengusap kepala Audrey. Dyo sengaja membatalkan rencananya membeli kado untuk Papa karena tidak mungkin Audrey diajak dengan kondisi mood berantakan seperti ini. Akhirnya Dyo melajukan mobil menuju rumah. Audrey diam sampai Dyo memasukkan SUV nya di garasi.
"kenapa kita pulang?"
"masih ada waktu untuk beli kado Papa"
"tapi Papa kan ulang tahun besok?"
"ya, besok malam, besok siang kita masih ada waktu" Audrey mengangguk pelan. Mereka turun dari SUV Dyo. Audrey berjalan lebih dulu Dyo mengikutinya dari belakang. Dyo agak kecewa melihat reaksi Audrey tadi. Sepertinya Audrey masih menginginkan Radie. Audrey menuju dapur dan meraih gelas untuk minum. Dyo menghentikan langkahnya saat melihat nama Rachel di layar ponselnya. Audrey memandangi Dyo, ingin tahu siapa yang menghubunginya.
"halo, Hel" Dyo berkata lembut lalu mengulum senyumnya. Hati Audrey berdesir melihat ini. Mungkin Dyo sudah berbaikan dengan Rachel. Audrey kecewa tapi entah apa yang di kecewakannya. Bukankah ini yang diinginkannya? Bukannya Audrey ingin Dyo dan Rachel berbaikan??
Audrey melengos naik ke lantai 2 bersamaan dengan Dyo mengakhiri perbincangannya dengan Rachel. Sampai di depan pintu kamarnya, Dyo memanggil.
"Drey....." Audrey langsung membalikkan badannya, mengurungkan niat untuk membuka pintu kamarnya.
"boleh aku tanya sesuatu?"
"apa?" Audrey menatap Dyo nanar. Rasanya tak ingin dulu bicara dengan Dyo saat ini. Pikirannya begitu kacau setelah melihat undangan pernikahan Radie ditambah mengetahui bahwa kini Dyo telah berbaikan dengan Rachel.
"apa kamu masih menginginkan Radie?" Dyo berkata pelan dan berdiri lebih dekat dengan Audrey. Mata Audrey langsung terasa panas dan berkaca-kaca.
"kenapa kamu tanyakan ini?"
"I just....I just want to know about it" Dyo berkata terbata. Audrey menatap mata Dyo dalam-dalam. Kenapa Dyo ingin tahu tentang ini?
"apa kamu masih menginginkan Rachel?" Audrey bertanya sambil menahan air matanya agar tidak menetes. Dyo terdiam mendengar pertanyaan itu. Hati Dyo tak menentu. Kenapa Audrey bertanya seperti ini?? Dyo terdiam, entah apa yang harus dikatakannya.
"sebenarnya kamu tahu jawaban aku, karena kamu juga merasakan apa yang aku rasakan. Dan kamu ga perlu menjawab pertanyaan aku karena...."
"aku ga menginginkan Rachel lagi Drey" Dyo berkata tegas, namun enggan menatap mata Audrey.
"dan aku tahu kamu sedang berbohong. Good night" Audrey mengusap lengan atas Dyo lalu masuk ke dalam kamarnya. Audrey terduduk di balik pintu, menangis tersedu-sedu. Bukan karena undangan Radie tapi entah karena apa. Mungkin Audrey kini benar-benar menginginkan Dyo untuk menjadi suami nya secara nyata, bukan berpura-pura seperti ini. Tapi apa mungkin itu terjadi? Sementara Audrey tidak pernah mau mencintai seseorang diatas penderitaan orang lain. Lagi pula, Audrey tidak pernah melihat bayang dirinya di mata Dyo. Dyo masih mencintai Rachel, bahkan sangat mencintai Rachel. Dan Audrey, bukan tercipta untuk Dyo !!!
***

My Real HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang