3. GIM: "Hana dan kursi roda."

600 99 3
                                    

• Good In Me •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Good In Me •





























































































Kini, menanti Hana datang ke toko bunga nya di kala mentari perlahan tenggelam sudah menjadi hobi baru seorang Amanda. Ia senang sekali ketika melihat Hana yang sibuk memuja indahnya bunga mawar kuning terang yang terpajang di area luar tokonya. Manda menyukai bagaimana indahnya senyuman Hana ketika perempuan itu melihat bunga-bunga kesukaannya.

Dan, satu hal yang baru Manda ketahui— jika nama Hana sendiri memiliki makna kebahagiaan, sama seperti jenis bunga mawar yang selalu menjadi dambaan perempuan mungil itu.

Tiap kali bertemu, keduanya tak pernah banyak berbicara— hanya sebatas Manda yang melayani Hana sebagai seorang pembeli, dan Hana yang mengucapkan terimakasih atas buket bunga yang telah Manda buatkan teruntuk nya.

Selalu seperti itu.

Sebenarnya, jauh di dalam lubuk hatinya Manda ingin sekali mengenal Hana lebih jauh. Ia penasaran dengan cerita dibalik kursi roda yang perempuan itu kenakan. Tapi, rasanya akan sedikit lancang jika Manda yang bukan merupakan orang terdekat Hana menanyakan perihal itu.

Satu lagi, Manda tak ingin jika Hana membuka kembali luka yang hinggap di hati perempuan itu.

"Hana gemes banget, kayak bukan guru TK— malah keliatan kayak temen seumuran anak-anak disana," gumam Manda yang tengah memantau perempuan itu dari balik jendela tokonya.

Ia bisa melihat Hana dengan senyuman manis nya itu tengah menyambut kedatangan anak-anak di taman bermain. Sesekali Hana tampak mengelus lembut pucuk kepala anak-anak disana.

Lalu, tatapan Manda teralihkan— ia melihat kearah kedua kaki Hana yang duduk di atas kursi roda.

Kira-kira, kedua kaki perempuan itu lumpuh permanen atau bagaimana?

Setelahnya Manda pun segera menepuk-nepuk kedua pipinya, sembari bibirnya mengoceh jika dirinya tidak boleh penasaran terhadap urusan orang lain. "Ga boleh, Manda— itu ranah pribadi."

Manda tidak tahu saja, jika Hana yang diseberang sana diam-diam melihat kearah perempuan jangkung itu. Seutas senyuman tipis tercipta di wajah Hana kala melihat Manda yang kini sibuk menata bunga-bunga di area luar tokonya.

Detik berikutnya, tatapan Hana turun kearah kedua kakinya. Sorot matanya saat ini hanya satu, yaitu perasaan sedih.

Astaga, Hana. Tidak, ia tidak boleh menangisi kondisi nya saat ini. Lagi pula, Hana kan sudah melewati hari-hari nya sebagai seseorang yang disabilitas selama  lima tahun kebelakang ini.

Good In Me | Bbangsaz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang