8. GIM: "Alat bantu dengar."

505 91 4
                                    

• Good In Me •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Good In Me •













































































































































'kamu gapapa kan?'

Seharusnya Hana lah yang melontarkan pertanyaan itu kepada Manda yang saat ini tengah duduk bersandar di atas brankar. Beberapa luka kecil tampak menghiasi area dagu dan tulang pipi perempuan jangkung itu, yang sebelumnya mengalami kecelakaan ringan.

Hana membuang pandangannya, merasa tak memiliki keberanian yang cukup tinggi untuk bersitatap dengan sepasang obsidian yang masih menatap dirinya dengan binar bahagia itu.

Sepenting itukah kehadiran nya di dalam kehidupan Manda?

Sementara itu, Manda yang masih terduduk di atas brankar pun hanya bisa menanti Hana untuk membalas bahasa isyarat nya. Hati nya pun berharap cemas, tak ingin jika Hana kembali menghindar dari nya seperti hari-hari sebelumnya.

Manda ingin Hana tahu, jika dirinya hanya ingin— ah ralat, sangat ingin mencintai dan menyayangi perempuan mungil yang berprofesi sebagai seorang pengajar di taman kanak-kanak itu dengan sepenuh hatinya. Manda bahkan tidak mempermasalahkan keterbatasan fisik Hana, sebab dirinya tahu jika ia pun memiliki kekurangan juga.

Seperti perkataan nya waktu itu— jika mereka bisa saling melengkapi layaknya kepingan puzzle yang perlahan utuh, ataupun seperti separuh air yang akan terisi penuh.

Dan Manda pun kini percaya, jika cinta memang membutakan segalanya. Manda dibuat buta oleh perasaan nya sendiri terhadap Hana.

Sepasang obsidian nya yang berbinar sejak melihat keberadaan Hana itupun terus menatap lawan bicaranya. Meskipun ruangan ini— ataupun lebih tepatnya dunia Manda terasa sunyi sebab gangguan pendengaran yang ia miliki serta alat bantu dengar nya sudah rusak, akan tetapi pikiran nya tetap terasa penuh. Terlalu banyak suara yang mengisi ruang pikirnya, dan itu selalu tentang Hana.

Lalu, Manda yang berharap cemas menanti jawaban dari Hana pun akhirnya penantian nya terbayar juga. Sepasang iris kecoklatan milik Hana menatap Manda dengan penuh penyesalan dan perasaan bersalah. Perempuan yang ingin ia cintai sepenuh hati itupun menggerakkan kursi rodanya agar mendekati ranjang yang ditempati Manda.

Kedua tangan mungil milik Hana pun terangkat untuk menciptakan bahasa isyarat.

'saya minta maaf untuk kecelakaan yang menimpa kamu hari ini.'

Astaga. Kenapa malah Hana yang meminta maaf?

Disaat Manda baru saja ingin membalas bahasa isyarat itu, Hana terlebih dahulu menggerakkan kedua tangannya lengkap dengan sepasang iris kecoklatan nya yang sudah berkaca-kaca.

Good In Me | Bbangsaz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang