• Good In Me •
Semakin hari, Hana bisa merasakan jika Manda seperti menaruh rasa untuknya.
Manda memang tidak pernah berkata ataupun mengungkapkan isi hatinya secara langsung kepada Hana. Namun, Hana bisa merasakan perasaan itu melalui tiap tindakan penuh afeksi yang wanita jangkung itu berikan.
Hana akui jika dirinya sudah lama sekali tidak merasa bagaimana jatuh cinta itu, sampai-sampai ia sempat lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Tapi, kali ini Hana mengakui jika kehadiran Manda seolah membuatnya ingat akan sensasi yang mendebarkan nan menyenangkan itu.
Bagaimana rasanya kupu-kupu mulai beterbangan mengisi nan menggelitik rongga perut nya seolah ingin memberitahu Hana, jika ia benar-benar mengalami yang namanya jatuh cinta.
"Manda itu baik. Tapi, apakah aku pantas untuknya— dengan kekurangan yang aku miliki?" Monolog nya, dengan tatapan sendu yang sedaritadi tak pernah lepas dari wajah bulatnya.
Hana sebenarnya ingin sekali menikmati fase jatuh cinta selayaknya seperti manusia-manusia di luar sana pada umumnya. Namun, Hana kembali mempertanyakan nilai yang ia miliki— pantaskah dirinya menerima cinta dari Manda, disaat Hana sendiri memiliki keterbatasan fisik?
Rasanya, Manda bisa menerima perempuan yang jauh lebih sempurna daripada dirinya.
Hana takut, ia takut sekali jika dirinya berakhir menjadi beban Manda dikarenakan kondisi kedua kakinya yang lumpuh ini.
"Selamat sore, nona Hana," sapa Manda yang menyambut kedatangan nya di depan pintu toko bunga.
Manda pada sore hari ini terlihat sangat cantik. Rambut panjang nya berwarna hitam legam yang biasanya di kuncir kuda itu kali ini dibiarkan terurai bebas begitu saja, membuat tiap helai rambutnya sesekali tertiup angin— semakin menambah pesona kecantikan yang Manda miliki.
Bagi Hana, Manda itu jauh lebih sempurna daripada dirinya. Lihat saja tiap fitur wajahnya yang terpahat begitu rapih dan sempurna, mulai dari alis lurus nya yang lebat, sorot matanya yang tajam namun terkesan polos disaat yang bersamaan, hidung mancung bak prosotan, garis rahangnya yang tegas, serta bibir nya yang tebal dan merah merona. Hana yakin sekali, Manda diciptakan ketika Tuhan tengah tersenyum.
"Sore juga, Manda," balas Hana lengkap dengan senyuman manis dan lengkungan bulan sabit di kedua matanya.
Senyuman itu entah sejak kapan sudah menjadi senyuman kesukaan Amanda.
Manda pun dengan sigap membuka lebar-lebar pintu toko nya, lalu mempersilahkan Hana untuk segera masuk ke dalam. Kali ini, Manda tak lagi mendorong kursi roda itu ke dalam. Ia ingat sekali jika Hana pernah berkata bahwa perempuan itu bisa menggerakkan kursi rodanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good In Me | Bbangsaz
Random[Newjeans lokal AU, Bbangsaz; Kim Minji & Pham Hanni] . Ketika dunia memandang rendah kepada mereka yang tak berdaya, Manda dan Hana hadir untuk saling menyempurnakan kekurangan mereka miliki. ©hyewonjoo, 2024