11 - PART BARU

4.9K 359 18
                                    





🪻 yang ini part baru ya gais, kali aja ada yg ke skip ngiranya ini part lama juga 🪻


Sesuai prediksi Rinjani, putra pertamanya itu benar benar heboh di sekolah hari pertamanya, Alden memang sedikit menangis di awal karna tidak mengenal siapapun di dalam ruang kelas tersebut di tambah pihak sekolah cukup ketat tidak mengijinkan orang tua maupun pengasuh untuk ikut masuk ke dalam kelas

Rinjani dan beberapa ibu ibu lain mengamati trial class itu melalui cctv yang sudah di sediakan di dalam ruang tunggu khusus wali murid, hatinya tak tega melihat putra sulungnya itu sesekali menatap ke arah jendela menunggu dirinya, waktu 3 jam yang terasa begitu lama bagi Rinjani akhirnya selesai juga

Alden Tirtana Wijaya keluar kelas dengan menyeret tas sekolahnya yang masih sedikit terlalu besar itu, dengan ekspresi wajah sedih bersiap menangis

"Hebatnya abanggg... " Rinjani menyamakan tingginya dengan Alden dan memeluk tubuh kecil itu

"Berani sekalii.. Mama bangga sekali sama abang" Mata Rinjani juga ikut berkaca kaca antara bangga dan tak tega, putranya tak menangis lagi sekarang.. Hanya sedikit sedih namun tak sampai menangis sejak keluar kelas tadi tentu saja Rinjani tersentuh saat beberapa siswa lain menangis Alden hanya hampir menangis itu adalah hal luar biasa untuk bocah kecil berusia dua tahun itu

Rinjani menggendong Alden membawanya ke halaman sekolah yang terdapat banyak permainan di sana, Rinjani memilih duduk di sebuah ayunan yang berhadapan dan mendudukan Alden disana

"Mama lama... " Protes pria kecil itu pada sang ibu

"Maaf ya.. Tapi kan mama jemputnya tepat waktu kan abang? " Alden mengangguk, bagaimana tak tepat waktu bahkan Rinjani tak tega meninggalkan tempat itu sama sekali

Rinjani membuka kotak bekal yang ia bawa dari rumah berisi sepotong ayam goreng tepung dan nasi putih kesukaan Alden

"Makan dulu ya, abang laper kan? " Tanya Rinjani

"Iya" Alden membuka mulutnya lebar lebar, ternyata menangis dan sekolah sama sama menguras energinya jadi ia sangat kelaparan sekarang

Telephone genggam Rinjani berbunyi tanda panggilan video masuk dari sang suami

"Assalamualaikum yangg" Sapa Rinjani

"Waalaikumsalam, gimana yangg? Aman ga abang? " Tanya Indra di sebrang sana, Rinjani memutar kameranya menjadi kamera belakang dan mengarahkannya pada Alden yang tengah mengunyah makan siangnya itu

"Waduuhhh kelaparan anak papa? " Goda Indra, Alden mengangguk dan mulai melengkungkan kedua sudut bibirnya ke bawah

"Eittt... Tadi abang sudah hebat ga nangis" Ucap Rinjani memperingatkan Alden

"Papaaaaa... Huaaaa..." Telat sudah, tangis yang sedari tadi coba di tahan anak kecil itu kini pecah seketika, bukannya panik baik Rinjani dan Indra malah tertawa

"Abang ceritain ke papa ya sekolahnya gimana ya? " Tanya Indra ketika di rasa tangis Alden mulai melemah

"Acen kolah juga ya" Ucap Alden pada Rinjani

"Belum dong.. Nanti kalau Arsen sudah sebesar abang baru Arsen bisa sekolah nak, Abang nanti taman kanak kanak baru Arsen sekolah kelompok bermain" Rinjani mencoba menjelaskan walau ia tau putranya itu tak sepenuhnya mengerti apa yang ia bicarakan

"Abang.. Nanti sore pergi sama papa berdua temenin papa potong rambut ya? " Ucap Indra

"No no.. Ama Acen juga" Bantah Alden

"Kalo sama Arsen sama mama juga dong, berdua aja... Nanti kita godain cewek cewek ga usah ajak mama" Indra memprovokasi sang putra

"Oke" Ucap Alden sambil menunjukan jempol kecilnya pada kamera, tawa Rinjani dan Indra pun kembali pecah

Kamu dan Negara S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang