⚠️TW: balas dendam, kata-kata kasar, adegan kekerasan fisik-verbal⚠️
.
.
.
.
.Tiga hari Zafran di rumah sakit, banyak kisah baru yang telah lahir. Mama Zafran tak pernah pulang ke rumah suaminya lagi setelah menangis histeris di suatu malam, yaitu ‘malam pengungkapan’ yang dilakukan oleh Sahih.
Sahih ke rumah untuk mengambil keperluan-keperluan pribadinya saja. Dilakukan saat Kemal sedang bekerja sebab memegang kunci cadangan, juga karena sangat enggan bertemu ayahnya yang menakutkan. Lalu, akan kembali ke rumah sakit dan menjadikan tempat itu rumah sementara.
Orang-orang terdekat sudah tahu—seorang sepupu Darsih dan keluarganya turut membantu. Menyokong dengan tenaga, dukungan moral, sedikit uang, dan kepedulian lainnya. Lalu, pasien di sebelah Zafran dan ibunya juga sudah tahu—mereka telah keluar rumah sakit omong-omong. Dokter yang menangani Zafran, juga tahu. Kemudian, sebagian teman dekat Sahih pun sudah tahu. Mereka sangat suportif, jangan takut. Terakhir, warga-warga Kompleks Lokanta telah heboh. Namun, mereka diam seolah belum tahu apa pun.
Kok bisa?
Kemarin, Lily dan ibunya mulai menceritakan kisah miris ini ke orang sekitar. Bahkan, Lily memviralkannya di media sosial Twitter atau X. Membuat utas panjang, lantas unggahannya banyak dikomentari serta dibagi ulang sebab topik yang dianggap menarik: Cowok Tuli 20 tahun—namanya disamarkan—dilecehkan secara seksual oleh bapak tirinya hingga membuat cowok itu sakit fisik dan mau bunuh diri.
Semua atas persetujuan Darsih, yang berubah total bak matahari terbit di sebelah barat saat akan kiamat. Ia tak lagi memedulikan nama baik suaminya. Walau Darsih sedikit ‘bermasalah’, nuraninya sebagai ibu masih lurus rupanya. Namun, ia jadi bringas tak mau memberi ampun pada Kemal. Biar saja pria itu malu seumur hidup karena aib dan keburukan yang dibongkar.
Tuhan memang maha kuasa membolak-balikkan hati.
Akan tetapi, bagaimana dengan Sahih?
Anak itu terluka. Juga, masih sangat muda dan banyak bingungnya. Namun yang ia yakin pasti, ayahnya keterlaluan jahat dan memalukan. Itu menyakitinya begitu dalam. Sahih belum bisa teguh harus bagaimana memutuskan, tetapi ia memilih membela Zafran yang jelas-jelas adalah korban. Maka, ia ikuti semua keputusan ibu tirinya selaku ibunda Zafran.
“.... Karena ada penetrasi atau penembusan paksa yang kasar, Zafran mengalami Fisura Anal atau Fisura Ani. Gampangnya, anus robek, Bu. Gejalanya seperti yang dirasakan Zafran sekarang ini. Buang air besarnya berdarah, nyeri tajam saat buang air besar atau duduk dan berjalan, dan rasa terbakar serta gatal.”
Sudah tiga hari, penjelasan dokter penyakit dalam bernama Irene itu terus terngiang-ngiang di telinga Darsih. Meski tak banyak membalas ucapan sang dokter, pikiran Darsih makin berisik setelah mendengarkannya dengan teliti.
Ibunda Zafran itu kini sedang berada di perjalanan. Dibonceng oleh pria pengemudi sepeda motor ke suatu tempat. Bukan siapa-siapa, itu seorang pengojek online.
“Tapi fisik Zafran sepertinya bagus lho, Bu. Banyak perubahannya setelah tiga hari di sini. Sudah bisa duduk agak lama, kan? Kalau besok kita cek nggak ada infeksi, atau pembengkakan, atau peradangan, Zafran sudah boleh pulang dan rawat jalan.”
“Untuk masalah mentalnya juga butuh diperhatikan, Bu. Pasti Zafran mengalami trauma karena kejadian ini. Meskipun dia sudah 20 tahun, bukan anak-anak lagi, kita nggak boleh sepelekan keadaan mentalnya. Kita nggak tahu seberapa besar traumanya kalau nggak diperiksa. Syukur kalau nggak terlalu parah mungkin karena umurnya, tapi tetap nggak boleh ambil risiko. Bagaimana kalau trauma yang dia rasa ternyata berat? Kasihan, kan?”
![](https://img.wattpad.com/cover/350831714-288-k380990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DENGARKAN ZAFRAN SEBENTAR ✔️
General FictionMenjadi tunarungu tidak terlalu membuat Zafran sedih. Ada sebab-sebab lain. Baiknya menunggu bumi berbaik hati atau mati saja agar semua orang tak perlu melihatnya yang ternyata tak punya arti? Adakah yang akan menolong Zafran keluar dari keterpuruk...