Pertemuan LouLie dan Raynis

122 6 136
                                    

Ellie menyusuri lorong sekolahnya. Seperti yang kita tahu, para gadis cantik ini tidak memiliki teman-teman lain di sekolah kecuali circle keenam gadis itu. Karena Ellie tidak ikut teman-temannya, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di lorong sekolah.

Tapi saat sampai di ruang musik, ia mendengar suara musik. Padahal teman-temannya tidak ada yang ke ruang musik, Ellie berpikir kalau itu adalah orang lain. Ellie memutuskan untuk mengintip dari balik pintu ruang musik tersebut.

Di dalam ruang musik.....

"Hey, aku mohon istirahat sebentar, ya? Aku lelah." Ucap Rayden.

"Aish, kau ini....Baiklah kalau begitu. Istirahat sebentar saja." Louis menatap malas temannya yang satu ini.

Rayden memutuskan untuk pergi dari ruang musik dan pergi entah kemana.

Ellie segera bersembunyi dan pergi melihat Rayden pergi dari ruang musik. Ellie melihat Louis yang terlihat stres karena latihan musik. Ellie memutuskan masuk ke ruang musik tersebut dan mendatangi Louis.

"Kau kenapa?" Tanya Ellie basa-basi.

Louis menatap tajam kearah Ellie.

"Kau siapa? Kenapa kau masuk kesini, hah?!" Tanya Louis yang agak tidak sabaran.

"Hey, tenang....kau tidak perlu marah-marah. Aku hanya penasaran saja." Ellie menjawab dengan tenang.

"Ck, ya sudah jika begitu." Louis malas menanggapi Ellie.

"Hey! Kau belum menjawab pertanyaan ku!" Ellie merasa berbicara dengan Louis, sama dengan menguras tenaga.

"Terserah." Louis menatap malas Ellie.

"Cepat jawab!" Ellie melotot tajam.

"Ck, iya-iya baiklah. Aku stres karena alat-alat musik ini." Louis mendengus sebal.

"Benarkah?" Ellie menaikkan alisnya tidak yakin.

"Hem, ya." Louis hanya menatap Ellie malas.

"Ck, kau saja yang bodoh. Alat-alat musik itu tidak salah." Ellie berdecih pelan.

"Hey! Jangan bicara sembarangan ! Memang kau pintar, hah?!" Louis menatap Ellie horor.

"Ck, tentu saja....sini." Ellie mengambil gitar elektrik dari tangan Louis.

"Hey!" Louis tidak memberikan gitar elektrik itu pada Ellie.

"Sudah berikan saja. Kita akan lihat, siapa yang bodoh disini." Ellie tersenyum misterius.

"Ck, baiklah ini." Louis memberikan gitar elektrik nya pada Ellie.

Ellie mengambil gitar elektrik itu dari tangan Louis. Ellie mulai memainkan gitar tersebut dengan sangat lihai. Jari-jari mulai bermain sesuai irama dan petikan.

Louis yag melihat itu hanya menganga tidak percaya. Disisi lain ia terkejut melihat Ellie yang cekatan dalam memainkan gitar elektrik itu, disisi lain dia juga sebal dengan Ellie yang mahir bermain gitar elektrik. Bisa saja Ellie nanti akan mengolok-oloknya.

Ellie selesai memainkan gitar elektrik tersebut. Ellie kemudian menatap tajam pada Louis dan tersenyum remeh pada Louis.

"Jadi? Bagaimana?" Tanya Ellie sambil tersenyum sinis.

"Apanya?" Tanya Louis balik tapi dengan jengkel.

"Ck, jangan berpura-pura bodoh. Aku tahu kau terkejut karena aku pintar memainkan gitar ini kan?" Ellie mengejek Louis.

"Hey! Jangan terlalu percaya diri! Aku tidak seperti itu. Lagipula, permainan gitar elektrik mu itu sangat biasa....aku bahkan bisa." Louis menatap Ellie intens.

"Benarkah? Kalau begitu ayo tunjukkan padaku." Tantang Ellie.

Louis tidak menjawab, melainkan dia mengambil gitar elektrik itu dari tangan Ellie. Dia mulai memainkan nya dengan sangat mahir dan cepat.

Ellie menatap Louis yang sedang memainkan gitar elektrik itu dengan sinis.

Louis selesai memainkan gitar elektrik nya. Dia menatap sinis pada Ellie.

"Jadi?" Tanya Louis dengan nada sinis.

"Ck, terserah mu. Intinya, aku lah yag terbaik disini." Ucap Ellie yang tak terima.

"Terserah." Louis pergi dari ruang musik. Dan dengan sengaja, ia menyenggol bahu Ellie dan kuat.

Ellie yang tidak terima langsung memukul punggung Louis dan langsung pergi.

"Gadis gila." Decih Louis dan pergi ke kelas nya ke arah kanan.

"Lelaki sinting." Gumam Ellie pelan dan pergi ke taman sekolah untuk menemui Beth. Dan dia pergi ke arah kiri dari ruangan musik tersebut.

Di sisi Rayden....

Rayden malas untuk kembali ke ruang musik lagi. Dia sudah kelelahan secara fisik dan mental disana. Jadi dia memutuskan untuk duduk di bangkunya di kelas.

Tapi pandangan Rayden tertuju pada seorang gadis dengan pakaian serba biru yang duduk sendirian di bangku milik gadis itu, di dekat jendela. Gadis itu terlihat duduk dan menundukkan kepala nya.

Yap, kita sudah tahu siapa. Dia adalah Dennis Rowan.

Rayden memutuskan untuk menghampiri Dennis. Dia penasaran dengan gadis ini.
Dia menarik kursi yang ada di depan bangku Dennis. Dennis ini duduk di belakang, jadi tidak banyak yang memperhatikan nya.

Rayden mulai duduk dan bertanya pada Dennis. Dia sangat penasaran sekarang.
Apalagi mereka satu kelas tapi mereka tidak pernah mengenal satu sama lain. Bahkan namanya saja tidak tahu. Itu karena mereka terbiasa hanya berteman di cicle mereka masing-masing.

"Hai, kau sendirian?" Tanya Rayden basa-basi.

"Apa kau tidak melihat kalau aku sendirian?" Tanya Dennis dengan nada tajam tapi dia masih menundukkan kepalanya.

"Ya kan aku hanya bertanya." Ucap Rayden dengan nada tidak terima.

"Terserah mu." Dennis akhirnya mengangkat kepala nya.

"Mmm....bolehkah aku bertanya?" Tanya Rayden gugup.

"Tanya kan saja." Jawab Dennis.

"Kau menderita gangguan penglihatan ya?" Rayden menatap lekat Dennis.

"Hey kau, kau masih punya mata kan? Jika sudah tahu aku tidak bisa melihat, ya tidak perlu bertanya." Sahut Dennis sebal.

"Ck, kau ini pemarah sekali." Rayden bergumam.

"Maaf, aku bukannya pemarah. Aku seperti ini karena aku sudah lelah dengan pertanyaan seperti itu. Banyak mereka yang selalu bertanya hal itu padaku, dan pada akhirnya aku diejek oleh mereka." Kata Dennis panjang × lebar.

"M-maaf, aku tidak tahu...." Ucap Rayden menyesal.

"Tidak masalah. Mungkin karena kita tidak mengenal satu sama lain." Kata Dennis memaklumi.

"Hey, kau kan tidak bisa melihat. Kok bisa kau tahu kalau kita tidak pernah mengenal?" Tanya Rayden bingung.

"Kita kan satu kelas." Dennis masih tenang.

"Lah? Darimana kau yakin jika kita satu kelas?" Rayden semakin curiga.

"Kau bodoh atau bagaimana sih? Jika ini bukan kelas mu, kenapa kau disini? Lagipula biasanya kelas lain tidak pernah dekat dengan kelas ini." Dennis kesal dengan Rayden.

"Hey, kau ini! Aku tidak bodoh ya! Aku kan hanya bertanya." Rayden mendengus kesal pada Dennis.

Rayden berpikir, bagaimana bisa gadis di depannya ini mengatakan kalau Rayden bodoh? Dia tidak bodoh. Dia hanya playboy yang berpikir dengan lutut. Itu saja.

Rayden: Woy thor!! Diem lu! Malah ngomongin gw. *Gak terima.*

Me: Ya serah gw lah😏🤪

Skip. Abaikan yang diatas.

"Sudahlah, berbicara dengan mu ternyata sungguh menyebalkan." Rayden beranjak pergi meninggalkan Dennis.

"Lelaki tidak sadar diri." Gumam Dennis pelan yang sama sekali tidak terdengar oleh Rayden.





Monkart Story (secret relationship) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang