6. Batu

4 0 0
                                    

Karena berita yang menghebohkan satu kampus, Yoceline menjadi pusat perhatian. Dari ia masuk ke sekitar fakultas sampai ke dalam kelas rasanya semua mata tertuju padanya. Apalagi di dalam kelas, baru melangkahkan kakinya melewati pintu, ia sudah ditarik oleh teman- temannya. Tidak tahu bagaimana, kini ia sudah duduk di tengah- tengah kelas, dengan teman- teman hampir satu kelas yang mengelilinginya. Saat ini, ia seperti sedang berada di persidangan.

"lin, lu harus jelasin"

Belum sadar dengan keadaan sekarang, tiba- tiba saja di todong untuk bercerita, tentu Yoceline hanya menunjukkan wajah kebingungan.

"nggak usah planga plongo. Lu pasti ngerti maksud kita"

Ucapan tidak menjelaskan itu tentu membuat Yoceline semakin kebingungan.

"ini ada apaan sih?. Kenapa gue kayak tersangka gini?"

Yoceline mengitari pandangannya untuk meminta penjelasan pada teman- temannya yang lain.

"emang lu jadi tersangka sekarang"

Mendengar itu, Yoceline jadi mengernyitkan dahinya. Memang kesalahan apa yang sudah ia buat sampai ia jadi tersangka?. Hanya satu hal yang lewat dipikirannya sekarang.

"kalian nggak nuduh gue karena dompet Mayang hilang kan?"

Kemarin, di grup kelas mereka, memang sempat heboh tentang dompet salah satu temannya hilang.

"gue nggak ngambil ya"

Dengan tegas Yoceline segera menyanggah. Sementara teman- temannya hanya menghela nafas, membuat Yoceline semakin kebingungan dengan respon yang diberikan.

"bukan itu lin. Ini masalah lu sama kak Dewa"

Setelah diberikan klu, Yoceline akhirnya mengerti kenapa ia dilakukan sebagai sandera sekarang.

"gue kira apaan. Gue nggak deketin kak Dewa ya."

Dengan tegas Yoceline memperingatkan teman- temannya.

"Beneran?. Tapi yang di web kan ngomongnya lu deketin kak Dewa. Yang di postingan cewek itu juga."

Yoceline baru sadar, memang berita yang menyebar hanya cerita tentang dirinya mengejar Dewa. Ditambah cerita ngawur dari cewek bernama Vanessa. Rasa lelah menghampiri Yoceline yang sebelumnya sudah menjelaskan secara rinci kepada kedua sahabatnya. Rasanya ia sudah tidak mau menjelaskan kejadian kemarin, yang berakhir malah memancing emosinya. Tapi melihat tatapan teman- temannya sekarang, rasanya hampir tidak ada pilihan selain menceritakan apa yang terjadi.

"ya udah oke. Jadi.."

"kalian lagi ngapain?"

Semua orang kini melihat ke arah pintu. Terlihat seorang wanita yang kini menatap mereka satu persatu. Dengan secepat kilat, kini semuanya sudah duduk di tempat masing- masing. Yoceline yang juga sudah duduk di tempatnya, akibat tadi di tarik Kanzia hanya bisa tersenyum lega. Dalam hatinya, ia berterima kasih kepada sang dosen yang sudah menyelamatkannya. Ya, setidaknya dalam beberapa jam kedepan, ia tidak harus menjelaskan apapun.

Walau begitu, teman- teman sekelasnya terus melihat ke arah Yoceline, seakan mereka tidak menyerah untuk mendengar penjelasan dari wanita itu.

—--

Kelas segera berakhir. Tatapan teman- temannya sejak tadi membuatnya benar- benar tidak nyaman dan itu membuat Yoceline merasa lelah. Begitu dosen mengakhiri secara resmi kuliah hari ini, Yoceline yang duduk di bangku paling depan, dekat dengan pintu segera kabur begitu saja. Ia tidak memperdulikan dosennya yang bahkan belum beranjak dari mejanya.

Jika tidak buru- buru keluar, bisa- bisa ia disuruh menjelaskan apa yang terjadi kemarin, dan ia sudah tidak punya tenaga untuk melakukan itu. Secepat kilat ia meninggalkan kelas. Panggilan namanya terus terdengar, tetapi ia tidak memperdulikannya.

Hallo DewanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang