MPTA || 40. Dia Kembali

705 49 1
                                    

— بسم الله الرحمن الرحيم —

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

— اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Lima tahun kemudian...

Lima tahun sudah berlalu dengan sangat cepat. Dan tanpa terasa Huma sudah lumayan lama mondok di sini, dan ternyata Huma semakin betah di sini. Di sini dirinya diajarkan tentang kesabaran, tentang fiqih wanita, dan di sini juga membuat ilmu Huma semakin bertambah. Huma juga sudah lancar untuk mencoret kitab dan perlahan-lahan ia mulai memahaminya, dan untuk hapalan Al-Qur'an Huma sudah hapal sebanyak 30 juz, karena niat dan tekadnya yang sangat kuat mampu mendorong Huma untuk terus menghapal dan mengingat apa yang ia dengar.

Huma juga semakin istiqomah dalam berpakaian syar'i, dengan cadar yang akhir-akhir ini dirinya pakai. Mencoba untuk terus istiqomah meski ujian terus datang silih berganti.

"Eh Gus Mumtadz katanya hari ini mau pulang," celetuk Shanum.

"Yang bener kamu Shanum?" tanya Fanny menatap Shanum dengan tatapan yang penuh selidik.

"Iya Fanny, udah beredar kabarnya. Kamu sih ketinggalan info," ucap Shanum membuat Fanny mencebikkan bibirnya.

"Gus Mumtadz? Siapa?" tanya Huma yang membuat mereka membulatkan matanya.

"Ha? Kamu nggak tau?" tanya Fanny, membuat Huma menggeleng polos.

"Ya Huma sama Bira kan waktu ke sini, Gus Mumtadz nya  udah berangkat ke Mesir. Kamu gimana sih?"

"Eh iya ya." Fanny menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, seraya menyengir.

"Gus Mumtadz itu anaknya Umi Fatimah sama Abi Khalil. Beliau itu udah lama menempuh pendidikan di Mesir, selama lima tahun lho beliau nggak pulang-pulang," jelas Shanum membuat mereka mengangguk paham.

"Gus Mumtadz ganteng lho, Hum," goda Fanny menaik-turunkan alisnya.

"Saya nggak mau sama Gus, soalnya kalo jadi ning harus paham banget sama agama. Saya nggak sanggup," ucap Huma, Huma hanya sadar diri bahwa dirinya hanyalah wanita biasa yang tidak mempunyai gelar mulia, rasanya tidak pantas jika harus bersanding dengan orang yang mempunyai gelar mulia. Ilmu agamanya juga tidak akan bisa menyemai mereka.

"Yakin nih?" Bira ikut menggoda Huma.

"Yakin atuh."

"Tapi ilmu agama kamu lumayan tau Huma, aku aja kalah kalo sama kamu mah. Ilmu fiqihnya itu lho bikin aku insecure," terang Bira karena jika dibandingkan dengan dirinya Huma jauh lebih cerdas, sehingga cepat mengerti walaupun hanya satu kali dijelaskan.

My Promise To Allah [END-Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang