[ Part 13]

230 37 11
                                    

"Kau hancurkan diriku saat engkau pergi ... Setelah kau patahkan sayap ini ... Hingga ku takkan bisa tuk terbang tinggi lagi ...."

Regan bernyanyi menyuarakan isi hatinya. Suaranya yang pas-pasan mampu membuat mbak Mawar dan si Poci geleng kepala mendengarnya. Namun Regan tak peduli, dia berteriak sekeras mungkin. Mengingat Gista selingkuh sampai hamil membuatnya malas untuk melihat wajah pacarnya itu.

"AAAAA BABI EMANG!" teriaknya untuk kesekian kali, "Gue juga goblok banget mau percaya sama semua omongan dia!"

"Aaarrgh bajingan tuh anak!"

Regan kembali bernyanyi. Sesekali air matanya mengalir. Biarlah dia seperti ini, lagipula tak ada yang tau tangisannya. Yah tak ada, kecuali para hantu-hantu ini.

"Sama adek aja mas ...." ucap mbak mawar sambil cekikikan. Regan melirik tajam ke arah Kunti itu.

"Aaaa jangan ngomong! Jangan ngomong lo! Gue nggak mau denger apa-apa selain suara gue sendiri!"

"Yooo bro! Jangan gitu terus! Lu nggak bisa galau kayak gini melulu ... Tunjukan bro kalo lu kuat! Gue aja dibunuh istri bro gara-gara nggak sengaja mergokin dia selingkuh!" tutur si Poci. Mbak mawar membulatkan mata.

"Ya ampun, malang sekali nasib kamu ...."

"Ya kan? Lebih malang gua kan?"

Sepasang sandal milik Naya melayang ke arah si Poci, pocong itu tersentak begitu pula dengan mbak Mawar.

"Nggak usah adu nasib!" sentak Regan, pelaku yang melempar sandal Naya. Cowok itu mengacak rambutnya frustasi. Ini lebih menyebalkan daripada apapun.

"Oh iyaa, Naya kemana? Kok belum pulang?" tanya Poci ketika melihat sepasang sandal Naya.

"Masih kerja di cafe kali ...."

"Biasanya dia nggak kerja kalo hari Jumat ...."

Regan terdiam mendengar percakapan mbak Mawar dengan Poci. Cowok itu melirik jam dinding, benar saja, seharusnya Naya sudah pulang. Apa anak-anak olimpiade mengganggu Naya lagi? Sial. Perasaan Regan mendadak tak nyaman.

Cowok bangkit lantas berlari keluar dari rumah. Pikirannya hanya tertuju pada Naya. Dia takut hal buruk menimpa cewek malang itu.

****

"Naya ... Apa kamu ingin nilai tambahan? Agar nilai kamu melampaui anak-anak yang lain?"

"Ni--nilai tambahan? Bagaimana saya mendapatkannya?"

Pak Arga tertawa kecil, dia membuka kancing bajunya satu persatu. Pak Arga menyentak tangan Naya. Tangan pria itu menerobos masuk ke dalam baju seragam cewek itu.

Naya membulatkan mata. Dia berteriak seketika. Dia mendorong pak Agra dengan sekuat tenaga. Dia lantas  berlari dan membuka pintu. Soalnya pintu terkunci. Air mata Naya mulai berlinang. Jantungnya berdetak kencang.

Pak Agra tampak berbeda, tatapannya sangat mengerikan, seakan siap untuk menghabisi mangsa dihadapannya. Naya berteriak sambil menggedor-gedor pintu. Namun nihil, ruangan ini jauh dari kerumunan siswa.

Pak Agra menarik tangan Naya dan memaksa Naya melepas semua kancing seragamnya, tentu Naya memberontak. Sayangnya kekuatan nya kalah jauh dari pak Agra. Pria itu memeluk Naya dengan erat, air mata cewek itu mengalir deras. Dia amat ketakutan.

Kancing teratas Naya terlepas. Dia merasa gagal melindungi dirinya sendiri, harga dirinya sedang dihancurkan dengan sadis oleh guru pembimbingnya sendiri.

"WOYYY!"

Naya tersentak ketika mendengar teriakan Regan dari arah luar. Tak lama kemudian hantu cowok itu menembus masuk ke dalam ruangan. Tentu saja Regan terbelalak kaget melihat kejadian di hadapannya. Tanpa pikir panjang dia masuk ke tubuh Naya.

Gue Bukan Setan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang