Adeeva Humaira Laskar Khaizuran. Seorang wanita yang jauh dari kata agama dan tidak mengenal apa itu agama, selain tidak ada niat untuk berubah dia juga tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya.
Pada suatu hari, dia mendapatkan sebuah hidayah yan...
Bahkan lebih baik aku tenggelam ke dalam lautan yang luas, daripada aku tenggelam ke dalam pesonamu. — Adeeva Humaira Laskar Khaizuran
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. .
.
"Apa itu kamu?" gumam Bintara seraya terus memperhatikan gadis yang tadi berlari pergi.
Bintara menghiraukan itu semua mungkin itu hanya halusinasinya saja, Bintara tersenyum dan menyapa para santri lalu pergi menuju ke dalam untuk menemui umi dan abinya.
"Assalamu'alaikum umi.."
Mata Bintara seketika berkaca-kaca ketika melihat wanita tidak bersayapnya yang sedang duduk dan menatapnya dengan tersenyum, melihat itu seketika Bintara berlari dan memeluk kaki ibunya.
"Umi maafin Abang, kalo selama ini Abang sering bikin umi sedih, sering bikin umi marah dan sering bikin umi kesal Abang minta maaf umi. Abang minta maaf umi karena dulu Abang sering ngebantah Umi sering bentak-bentak Umi padahal umi mau yang terbaik untuk Abang. Abang minta maaf karena hati Umi sempat sakit karena kelakuan Abang dulu. Umi terimakasih untuk do'anya berkat do'a dan ridho umi, Abang berhasil mendapatkan ilmu di negeri orang. Umi terimakasih karena selalu sabar dalam mendidik Abang walaupun Abang nggak pernah denger apa yang umi katakan. Umi terimakasih dan maaf untuk semuanya," isak Bintara sembari memeluk kaki uminya yang selama ini sabar dalam mendidiknya. Bintara bangun dari duduknya lalu mengecup lama pipi uminya dan menghapus lembut air mata yang mengalir di kedua pipi wanita paruh baya itu.
Umi Fatimah tersenyum lalu menangkup wajah putranya yang semakin tampan. "Abang, dari dulu sebelum Abang minta maaf, umi udah maafin Abang. Umi nggak bisa marah sama anak-anak umi, maafin umi juga ya karena dulu umi sering marah-marah dan sering cerewet sama Abang. Anak umi yang dulu masih SMA masih bandel-bandelnya sekarang udah pulang dari negeri orang dengan sudah menjadi laki-laki dewasa. Bertahun-tahun umi ngelepas Abang di negeri orang masih dengan keadaan Abang yang nakal, yang masih kecil sekarang Abang udah pulang dengan keadaan yang dewasa. Umi do'akan semoga ilmunya barokah dunia dan akhirat," ucap umi Fatimah lalu mengecup kening putranya.
Putra kedua nya yang dulu sangat nakal kini telah berubah setelah menempuh pendidikan di Mesir, dengan membawa ilmu yang wajib untuk diamalkan. Bertahun-tahun umi Fatimah memendam rasa rindu kepada putranya agar putranya lebih fokus untuk menimba ilmu.
"Maa syaa Allah Abang!" seru Abi Khalil yang baru saja masuk ke ndalem. Bintara dengan lembut melepaskan pelukan dengan uminya lalu berlari menuju ke pelukan sang Abi.