Dokter Chankimha [Completed]

16

"Fred," aku mendengar Freen menggeram, tetapi aku tidak menoleh ke arah mereka berdua. Aku berlari menyusuri jalan setapak dengan sangat cepat sehingga salah satu sandal jepitku tersangkut di tepi batu bata dan aku hampir jatuh, tetapi aku berhasil berdiri. Aku masuk ke dalam mobil, menyalakannya, dan melaju pergi, harus segera sampai di jalan sebelum air mata mulai mengalir di wajahku.

Ponselku berbunyi dengan sebuah pesan teks ketika aku berlari pulang, tetapi aku tidak membacanya. Aku masuk melalui dapur dan langsung naik ke lantai atas setelah melambaikan tangan kepada ibuku. Dia sedang berbicara di telepon, tetapi melambaikan tangan. Aku bergerak begitu cepat sehingga dia tidak sempat menyadari bahwa aku menangis.

Tripod, Lab hitam penyelamat kami, menaiki tangga di sampingku. Kamu tidak akan pernah tahu dari cara dia bergerak bahwa dia kehilangan satu kakinya. Ibuku mungkin tidak menyadari suasana hatiku, tetapi anjingku yang bermata elang tahu.

Setelah aku berada di lantai atas di kamarku, duduk di lantai dengan punggung menghadap tempat tidur, aku menarik lutut ke dada dan memindai layar ponselku. Tripod duduk di sebelahku, menggenggam tanganku yang bebas saat aku mencoba membaca.

Dr. Chankimha : Apa kamu baik-baik saja?

Aku menyelipkan lenganku ke dalam hoodieku, mengangkatnya sambil menyeka air mata yang mengering di wajahku dengan lengan baju, dan mengacungkan jempol untuk membalas.

Ya.

Tiga titik melintas di layar dan kemudian menghilang. Seperti saya, dia sepertinya tidak tahu harus berkata apa lagi.

Bagaimana keadaannya?

Kesal. Aku mencoba untuk berbicara dengannya, tapi dia pergi.

Alarm berbunyi di sistemku. Fred pergi? Sebelum aku sempat bertanya, lebih banyak titik-titik muncul di layar.

Dia tinggal bersama Evan malam ini. Mungkin dia akan menyadari bahwa dia adalah seorang bajingan dan meminta maaf padamu.

Itu akan menyenangkan, tapi aku tidak akan menahan nafas.

Apa kabar? Aku minta maaf kamu harus melihatnya.

Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja.

Aku menyandarkan kepalaku ke tempat tidur dan memejamkan mata, mencoba menjernihkan pikiran. Bagaimana jika Fred pulang lima menit kemudian? Dia akan memergokiku dan Freen bersama. Aku membayangkan kami dengan celana di sekitar pergelangan kaki kami, Freen menyetubuhiku dari belakang sementara dia membuat aku membungkuk di sisi sofa.

Bayangan itu membuatku menggigil hangat.

Tuhan, apa yang salah denganku? Fred terluka dan yang aku pikirkan hanyalah ayahnya dan bagaimana aku berharap kami tidak harus berhenti. Aku sangat ingin mendengar semua fantasi kotor Freen dan melihat berapa banyak dari mereka yang sesuai dengan fantasiku.

Teleponku berdering lagi, membuat mataku terbuka.

Apakah kamu ingin membicarakannya?

Kata-katanya yang marah 'persetan denganmu, Becky' terngiang-ngiang di kepalaku dan aku ingin itu hilang. Ada hal lain yang harus aku pikirkan. Sesuatu yang lain sebelum rasa sakit hatiku berubah menjadi kemarahan. Tiga tahun bersama dan itu adalah hal terakhir yang dia katakan kepadaku. Persetan denganmu, Becky.

Mataku mengembara di sekitar kamar tidurku dan hanya memperburuk keadaan. Kenangan tentang dia ada di mana-mana. Sungguh menakjubkan betapa dia telah menjadi bagian dari hidupku di sekolah menengah, dan kamar itu seperti kuil baginya. Bahkan tempat tidurku pun ternoda oleh kenangan saat aku memberikan keperawananku padanya. Aku mengerang dan mendorong diriku untuk berdiri, berharap bisa mengusir rasa marah yang merayap di kulitku. Tripod mengangkat kepalanya dan mulai waspada.

Foto Fred dan aku di pesta dansa kami ada di rak bukuku, dan aku menatap foto kami yang sedang tersenyum. Aku merasa tidak berdaya melawan kenangan dan kemarahanku. Meniduriku, Fred? Tidak. Persetan denganmu.

Aku menatap ponselku dan pertanyaan Freen apakah aku ingin membicarakannya. Aku putus asa untuk mendapatkan kekuatan kembali.

Ya. Boleh aku datang lagi?