When the Wind Blows

29 1 0
                                    

Aku berlari menyusuri lorong rumah sakit itu, aku sudah tidak peduli dengan tatapan orang yang mungkin melihatku sebagai pasien rumah sakit yang mencoba kabur. Aku memasuki kamar rawat itu dan mendapati Farrell yang terbaring kaku dan Tammy yang sedang menangis tersedu-sedu. Aku mulai menyadari kalau ada Sakya yang mengikutiku dan juga ada Narsyitha di kamar itu.

"Apa yang terjadi?" Napasku masih ngos-ngosan. Aku langsung berlari dari kamarku begitu mendengar Farrell masuk rumah sakit ini karena dicelakai oleh seseorang.

Aku memandang wajah Farrell yang pucat. "Apa yang terjadi?" Aku mulai meninggikan suaraku berusaha mendapatkan jawaban.

"Farrell terlibat perkelahian dengan Elam ketika ingin menyelamatkan Tammy. Elam tiba-tiba menusuk Farrell dengan pisau sampai Farrell kehilangan banyak darah dan diagnosa terakhir, dokter belum bisa memutuskan sampai kapan Farrell akan siuman." Narsyitha dengan runtut mulai mnejelaskan kepadaku.

Aku menggenggam tangan Farrell bermaksud menyampaikan rasa sedihku untuknya karena telah mengalami hal seperti ini. Selama ini dengan permintaan Farrell, aku terus berusaha menyembunyikan perasaannya yang masih mencintai Tammy. Aku sangat menyesal kenapa membiarkan Farrell dan Tammy berpisah walau tahu mereka masih saling mencintai. Ketika Tammy mulai berpacaran dengan Elam, aku harus melihat wajah sedih Farrell ketika melihat Tammy bermesraan dengan Elam dari jauh.

Aku selalu menanyakan ke Farrell tentang kenapa dia tidak memperjuangkan hubungannya dengan Tammy padahal mereka masih saling mencintai dan alasannya tetap sama. Farrell ingin Tammy bahagia dan jika Tammy bahagia bersama Elam maka Farrell akan merelakannya. Sama dengan Farrell, aku juga tahu kalau Tammy masih mencintai Farrell, tapi dia mulai terjebak dengan hubungannya bersama Elam.

Tammy adalah tipe perempuan yang akan terus mempertahankan hubungannya sebisa mungkin walau dia sudah menerima masalah berat sekali pun. Bahkan ketika aku tahu kalau Elam sering berbuat kasar ke Tammy, Tammy memintaku untuk tidak bilang apa pun ke Farrell karena takut nanti Farrell marah besar.

Aku mendatangi Tammy yang dari tadi masih menangis tersedu-sedu, aku tahu dia syok akan semua ini. "Udah, Tam, Farrell orang yang kuat kok. Dia pasti akan segera sadar. Kamu harus berpikiran positif dan dukung dia terus." Tammy hanya mengangguk.

Aku menggenggam tangan Tammy erat. "Tam, mulai sekarang jangan jauh dari aku atau pun Farrell dan blokir Elam dari kehidupan kamu, dia bukan orang baik, Tam! Dia terus melakukan hal kasar ke kamu, aku takut semakin lama dia akan melakukan hal jahat ke kamu seperti yang dia lakukan ke Farrell sekarang." Tammy mengangguk sambil menangis, dia pasti tahu kalau apa yang aku katakan saat ini itu benar.

"Aku ingin pergi dari sini, Ra." Aku ikut mengangguk mengerti, kita memiliki keinginan yang sama Tammy.

***

Sinar matahari masuk melalui celah jendela kamar rawat Farrell dan menyilaukan mata Tammy. Tammy terbangun dan mendapati hanya Narsyitha yang ada di kamar itu, matanya terarah ke Farrell yang masih tertidur dan dia mulai mengingat kejadian menyakitkan kemarin. Farrell yang cintanya begitu besar kepada Tammy nyatanya Tammy tidak melihatnya malah dia pergi meninggalkan Farrell, Tammy terlihat sangat bodoh.

Narsyitha ternyata sudah bangun sejak tadi. "Aku pengen ngomong sama kamu." Tammy menatap Narsyitha, dia kemudian mengangguk karena Tammy juga sama mempunyai banyak sekali pertanyaan untuk Narsyitha.

Mereka berdua berjalan ke bangku depan kamar Farrell, mereka terdiam, terlihat memikirkan kata-kata apa yang pas untuk memulai percakapan mereka. "Aku minta maaf, Tam." Sekiranya itu yang dapat keluar dari mulut Narsyitha.

Tammy menatapnya bingung. "Maaf untuk apa, Tha?"

"Aku yang sudah menyebarkan foto kamu dan Farrell di IG kampus untuk memberitahu orang-orang kalau kamu tukang selingkuh." Jujur itu sangat mengagetkan Tammy, tapi Tammy berusaha tenang.

Singularity (Rosekook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang