Singularity

59 3 0
                                    

"Aku mendengar sesuatu yang hancur

Tiba-tiba itu membangunkanku

Aku mendengar sesuatu yang aneh

Kucoba untuk menutup telingaku, tapi aku tidak bisa kembali tidur."


Aku terbangun ketika alarm hpku mulai berbunyi, sejujurnya bukan alarm itu yang membangunkanku, tapi mimpi buruk dan suara-suara yang bersarang dalam kepalaku. Suara yang sangat indah, tapi sangat menakutkan untukku karena diiringi dengan mimpi yang sangat buruk bahkan hampir membunuh jiwaku. Aku berusaha untuk tidak memikirkan suara aneh itu, tapi nyatanya suara itu selalu menghantuiku hingga akhirnya membuatku terbiasa.


"Tenggorokanku terus sakit

Kucoba untuk menutupinya

Tapi aku tak punya suara

Begitu juga hari ini, aku mendengar suara itu."


Sejak hari di mana aku pertama kali mendapatkan mimpi buruk itu sampai hari ini, hari yang ke 100, aku telah lelah menangis, berteriak dan memohon. Aku hanya diam dan menerima semuanya karena aku tidak akan mendapatkan kesempatan itu lagi. Aku tidak mau terus larut dalam mimpi buruk ini maka dari itu aku tidak mau menangisinya lagi. Walau pada akhirnya suara itu akan selalu bergema dalam otakku, aku akan selalu berusaha untuk mengabaikannya.


"Suara itu berbunyi lagi

Retakan lainnya terbentuk di danau yang membeku ini

Kutinggalkan diriku di danau itu

Kukubur suaraku demi dirimu."


Mungkin aku sudah gila karena sebenarnya suara itu sangat indah bagi orang yang normal.

"Aku mencintaimu."

"Terima kasih."

Itu adalah kalimat-kalimat yang sangat indah, bukan? Tapi bagiku, itu sangat menyakitkan bahkan menghancurkanku berulang-ulang kali. Aneh, bukan? Karena suara itu telah membuat hatiku retak dan pada akhirnya juga mengambil suaraku. Aku tidak salah kan membenci kalimat-kalimat itu berbeda dari orang normal biasanya?


"Di atas danau musim dingin di mana aku ditinggal sendirian

Ada lapisan es yang tebal

Bahkan dalam mimpiku yang sesaat

Khayalan yang menyiksaku masih sama."


Aku menatap hpku, beberapa pesan yang masuk dari orang-orang yang menyayangiku nyatanya masih membuatku sepi. Seperti aku membuat duniaku sendiri yang hanya ada aku di dalamnya dan tidak ada orang lain. Aku tahu kalau aku akan sakit jika aku terus seperti ini maka aku putuskan untuk tidak menyiksa pemikiranku sendirian lagi.


"Apakah aku kehilangan diriku?

Atau apakah aku mendapatkan dirimu?

Aku mulai berlari ke danau

Di dalamnya aku melihat wajahku."


Mereka tampak bahagia dan aku terpaksa mengeluarkan senyum palsuku agar mereka tahu aku baik-baik saja. Aku telah kehilangan diriku sebagai gadis yang ceria dan sepertinya aku juga tidak mendapatkan dirimu walau kau telah bahagia. Jika aku tidak bisa mendapatkan keduanya lalu kenapa tidak aku ulang dari awal dan membahagiakan diriku sendiri?

Singularity (Rosekook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang