Bagian-6 || Ter-ulang kembali

29 11 0
                                    

"Alvaro! Kamu gak kapok sama skor selama tiga Hari. Mau kamu apa sih Alvaro! Kamu mau saya keluarkan dari sekolah. Alvaro dengerin saya kamu tuh salah satu siswa yang berprestasi di sekolah. jadi jangan malu-maluin dong!" Tegas pak heldan yang sedang menyidangkan masalah yang tadi terjadi.

Alvaro tidak menjawab sepatah kata ai hanya diam dan menunduk kan kepalanya ke bawah.

Alvaro, ganis begitu pun Leon mereka sedang di sidang di ruang BK oleh pak heldan dan juga Reno. Yah reno ia mendampingi pak heldan untuk sidang sekaligus sebagai ketua OSIS.

Ganis mengangkat tangannya. Arti ia ingin berbicara dan menjelaskan semua yang terjadi "Mohon maaf pak sebelumnya. Tolong izin kan saya dan menjelaskan semua kronologi kejadian tadi" pak heldan pun mengangguk dan membiarkan ganis untuk menjelaskan.

Ganis pun Mulai menjelaskan semua permasalahan yang terjadi. Ia berkata dengan jujur. tidak ada kebohongan yang ia katakan kepada pak heldan.

Tapi dengan cepat Reno membantah apa yang di katakan oleh ganis " maaf pak bapak jangan terlalu per-" belum sempat Reno menerus kan perkataan nya pak heldan dengan cepat menoleh ke arah Reno dan menyuruhnya untuk diam.

"Bapak tanya kepada kamu Leon! Apakah bener apa yang di katakan oleh ganis?!" Sebelum Leon menjawab seperti biasa ia melihat ke arah Reno. Dan Reno menggeleng kecil. Arti jangan. Jangan mengatakan lah yang sebenarnya.

Tapi Leon merasa dirinya adalah pengecut jika ia tidak mengatakan hal yang sebenernya. "Benar pak" jawab Leon dan langsung menundukkan kepalanya kembali.

Reno memalingkan wajahnya ke sembarang tempat ia kecewa karena sang teman tidak mengikuti sesuai dengan arahan nya "apa yang Lo lakuin leon!!. Dasar Leon bodoh" (batin Reno).

"Ya Tuhan Leon!" Pak heldan mencengkram kuat rambutnya. "Leon kamu tau! Ini sudah termasuk dengan pelecehan seksual Leon!"

"Alvaro ganis kalian keluar karena sekarang saya hanya membutuhkan penjelasan Leon bukan kalian. maaf kan saya sudah salah faham kepada kamu Alvaro. Maaf kan juga saya tadi saya terlalu emosi hingga saya menelepon ayah kamu al " -deg. Berarti ayahnya sudah tau bahwa ia masuk ruang BK kembali.

Gawat. Alvaro ke luar ruangan dengan lemas dan keringat dingin keluar secara tiba-tiba membasahi sekujur tubuhnya.

Alvaro sempat berhenti di depan pintu keluar karena ia merasa sangat pusing yang hebat dan jantung yang berdetak dengan cepat. Hati nya merasa gelisah entah mengapa. "Alvaro maneh baik-baik aja kan" tanya ganis.

Pusing nya hilang dan jantungnya berdetak dengan normal kembali hati yang tadi merasa sangat gelisah sekarang hilang secara tiba-tiba. Aneh bukan. Sangat aneh.

"Eh kak gue gak papa kok" jawab Alvaro.

*****

Alvaro pulang dengan ketakutan. Ia takut kejadian tiga hari yang lalu terjadi kembali.

Ia membuka pintu dengan perlahan dan ia melihat sang ayah yang sedang memperhatikan dirinya. Tak jauh dari pintu rumah "masuk kamu Alvaro" dengan nada marah.

Alvaro pun masuk dan tidak lupa ia menutup pintu kembali. "Yah maafin ak-" belum sempat Alvaro meneruskan perkataannya Tiba-tiba Rendra memotongnya.

"Maaf lagi! maaf, maaf dan maaf itu yang kamu katakan kepada ayah ketika kamu membuat masalah di sekolah kamu" ujar Rendra seraya berjalan ke arah Alvaro.

Bughh!!

Tanpa aba-aba Rendra melayangkan tinju ke arah Alvaro.
Hingga Alvaro jatuh dan tersungkur ke lantai.

"Itu yang kamu lakukan terhadap kakak kelas kamu kan! Mau jadi jagoan kamu hah!!" Tegas Rendra dengan amarah yang sudah berapi-api.

Alvaro pun berdiri dan meninggalkan sang ayah yang sedang marah kepada dirinya.

"Alvaro!" Panggil Rendra namun tidak sama sekali di ubris oleh Alvaro ia terus berjalan menuju kamarnya. Namun saat ia ingin menaiki tangga tiba-tiba.

Bruk.

Alvaro terjatuh ke Belakang karena Rendra menarik tas Alvaro hingga sang anak terjatuh.

Alvaro meringis kesakitan dan menahan tangisannya karena punggungnya yang lebih dulu terjatuh ke lantai.

"Sakit?" Tanya Rendra. Lalu ia tertawa setelah anggukan kecil dari sang anak

"Nah itu yang rasain sama kakak kelas kamu tadi. Dia di hajar habis-habisan oleh kamu tanpa ampun" lalu Rendra menampar pipi Alvaro dengan beribu-ribu tamparan.

Alvaro sudah pasrah dengan semua ini ia diam. Ia hanya diam membiarkan sang ayah menampar pipinya. Tanpa sadar Sekarang butiran-butiran air mata yang ai tahan sejak tadi sekarang lolos keluar tanpa henti.

"RENDRA!!" Teriak rumi yang baru menyiram tanaman di halaman belakang. Ia dibuat terkejut karena sang putra yang sedang menampar pipi sang cucu dengan posisi sang cucu terletak di lantai.

Rendra pun berdiri karena teriakan sang ibu dari arah sana. Rumi pun dengan cepat menghampiri sang cucu yang tengah tergeletak di lantai.

"Bangun pelan-pelan nak" Rumi membantu Alvaro untuk bangun.

Rumi menopang tangan Alvaro untuk berdiri dan tanpa basa-basi Rumi membawa Alvaro ke kamarnya.






I need perental love!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang