bagian-7 || Raka🥀

34 13 1
                                    


Alvaro terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah jam dinding dan menunjukkan pukul setengah tujuh. Berarti ini sudah malam. Ia terlalu terlelap tidur.

Alvaro ingin mendudukkan badannya namun punggungnya masih terasa sakit bukan sakit lagi punggungnya terasa akan remuk.

Ia melamun seraya memandangi lelangitan kamarnya.
Ia berpikir mengapa ayah nya selalu jahat terhadap dirinya
Mengapa hidupnya tidak seindah anak lain.

"Kenapa ayah sama ibu jahat sama gue"

"Kalo tau bakal gini, dari awal gue bakal memohon ke tuhan supaya gak terlahir di keluarga ini" gumamnya.

"Ya Allah aku udah capek, bawa aja aku pulang aku udah nyerah"

Gumamman nya terhenti dan lamunannya membuyar saat nada dering telepon yang berasal dari ponselnya bergetar.

Ia pun segera mengambil ponselnya yang ada di meja pinggir kasur.

"Raka. Ngapain dia nelpon?" Heran nya karena tidak biasanya sang teman menelponnya.

Ia pun segera mengangkat telpon itu.

"Halo"

"Halo Al" (dengan nada Raka yang sangat panik dan bergetar)

"Raka! Lo kenapa" (cemas Alvaro)

"Al. Lo bisa bantuin gue gak"

"Bantuin apa ka"

"Bapak al" (sekarang Raka sudah menangis di sebrang sana karena ia tidak bisa lagi menahan tangisannya itu)

"Pakde kenapa ka"

"Bapak ngedrod dan masuk kerumah sakit"

"Innalilahi" (Alvaro sekarang sudah di ambang panik. Saat mendengar ayah temannya masuk rumah sakit)

"Terus sekarang gimana? Pakde udah di tanganin oleh dokter"

"Belum karena gue gak megang uang sepeser pun Al. Makanya gue minta tolong sama Lo siapa tau Lo punya pegangan uang"

"Sharelock rumah sakitnya dimana. Gue bakal nyusul Lo ke sana. Lo tenang dulu yah"

"Iya Al. Makasih Al, makasih"

"Iya-iya sama-sama gue tutup dulu yah"

Alvaro pun menutup telponnya. Dan mengambil jaket juga kunci mobilnya. Lalu ia membawa dompet dan tidak lupa ia menelpon Abian.

Ia turun dengan cepat tidak ada waktu untuk menoleh kesana kemari karena ini menyangkut nyawa ayah sang teman.

Rendra dan Nanda yang sedang asik menonton televisi melihat sang anak turun dengan muka paniknya tanpa menoleh ke arah mereka sedikitpun. Rendra pun berdiri dari duduknya.

"Mau kemana kamu Alvaro! Keluyuran" teriak Rendra namun tidak sama sekali di ubris oleh Alvaro.

"Liat Nanda" tunjuk Rendra kearah Alvaro sedang berjalan menuju pintu keluar. "Tuh anak kamu! Keras kepalanya minta ampun" ucap Rendra seraya duduk kembali dengan muka yang menahan amarah

Alvaro menjalankan mobil sport nya seperti orang kesetanan. menyelip pengendara lain. Hingga umpatan demi umpatan keluar dari pengendara lain namun ia tidak pedulikan sama sekali.

Alvaro memarkirkan mobilnya. Dan ia pun turun dari mobil
Ia berlari dan masuk dan mendapati Abian dan Raka yang sedang menunggu dirinya.

"Ayo kita bayar dulu administrasi nya" Abian dan Raka mengangguk kecil dan mengikuti langkah kaki Alvaro.

Raka menangis saat melihat sang ayah yang di bawa memasuki ruang operasi. Alvaro pun memeluk tubuh Raka dan membiarkannya menangis semaunya.

"Jangan ditahan ka. Nangis lah semau Lo" kata Alvaro seraya mengusap-usap punggung sang teman.

"Kita berdo'a aja sama tuhan minta yang terbaik buat pakde" sahut Abian.

lampu ruang operasi pun menyala dan memperlihatkan lampu berwarna hijau. Arti operasi yang stabil. Raka mondar-mandir kesana kemari karena ia terlalu cemas terhadap sang ayah.

Abian yang sedari tadi mengepalkan tangannya dan berdoa sambil menutup matanya. Abian berdo'a tak henti untuk ayah temannya supaya di lancarkan operasinya.

Begitupun dengan Alvaro ia juga terus berdo'a kepada Allah SWT untuk dilancarkan operasi ayah dari temannya karena jujur pakde Karwo adalah orang yang sangat baik dan juga sayang kepadanya. Ia juga sering curhat kepada ayah temannya itu kalo Alvaro sedang main ke rumah Raka dan pakde Karwo juga pernah bilang bahwa ia sudah anggap Alvaro dan Abian sebagai anaknya sendiri.

Lampu ruang operasi pun mati. Dan keluarlah tim medis dan dokter. Raka dengan cepat menghampiri sang dokter untuk menanyakan bagaimana keadaan sang ayah.

Alvaro dan Abian pun segera mengucapkan 'amin' secara bersamaan. Dan berdiri dari duduknya.

"Gimana dok keadaan ayah saya?" Tanya Raka.

Dokter menghembuskan nafasnya dengan berat dan tersenyum tipis ke arah Raka lalu dokter itu menepuk bahu Raka. "Operasi kami lancar. Namun"

I need perental love!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang