BAGIAN DUA

3.2K 170 2
                                    

(~ —з—)~ ~(—ε— ~)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(~ —з—)~ ~(—ε— ~)

   "Abang juga pengin cerita sama kamu, tapi ini bukan sesuatu yang bisa kita pahami, sayang." Jelas Virgo, suaranya ikut bergetar.

Rahang Keana terkatup. Ingin marah pun rasanya percuma saja, toh Virgo tak akan memberikan jawaban yang semestinya. Pria itu lebih suka menyimpan semuanya seorang diri dengan harapan orang lain tidak khawatir.

Pemikiran bodoh sebenarnya. Keana juga membenci pikiran kolit semacam itu. Entah mau serapat apa Virgo menyembunyikan kebenarannya, semua akan tetap terbongkar hanya dengan melihat perubahan fisiknya yang amat drastis. Terlebih di dua tahun terakhir.

"Abang beneran, nggak mau jujur sama aku?" Tanya Keana, suara sedikit lebih lemah dari sebelum perdebatan dimulai.

Kedua alis Virgo merosot. "Sayang..."

Tanpa banyak kata, Keana berdiri, disusul Virgo yang menatapnya keheranan.

"Kamu mau ke mana?"

Keana tak menjawab. Dia hanya membenahi barang-barang dan bersiap untuk pergi, bahkan sebelum menyentuh makanannya.

"Sayang?"

Virgo yang melihat hal tersebut sontak langsung mencegah, hingga membuat Keana dengan sangat terpaksa menoleh. Dan sekali lagi, tanpa mengatakan apa-apa, Keana mendorong genggaman Virgo dari pergelangan tangannya hingga terlepas.

"Keana?"

Kaki Keana berhenti. Setelah sekian lama, akhirnya dia mendengar Virgo memanggil namanya. Hal ini bisa diartikan sebagai rasa frustasi Virgo terhadapnya. Keana akui sikapnya ini memang kekanakan, untuk ukuran wanita 30 tahun. Tapi bukan itu poin pentingnya, Keana hanya ingin Virgo bersedia terbuka dan membagi segala hal dengannya.

Terlebih keduanya memang memiliki niatan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Bayangkan saja serumit apa rumah tangga mereka nanti, jika salah satunya sibuk menutup diri, sedangkan yang lainnya memaksa pasangannya agar lebih terbuka.

"Abang tau kalo Abang salah. Abang akui itu, dan Abang minta maaf karena nggak pernah bisa jujur sama kamu."

Virgo menarik nafas panjang, lalu dihembuskan perlahan. Tanpa memedulikan beberapa orang pengunjung yang menonton perdebatan mereka, Virgo coba untuk menghampiri Keana. Tapi sekali lagi sentuhannya ditepis.

"Tolong kasih Abang waktu," pinta Virgo, kian putus asa.

"Aku harus meeting sama klien."

Kembali, Virgo mencekal pergelangan tangan Keana, hingga membuatnya mendengus. "Kalo gitu nanti malem ya? Nanti Abang jemput kamu, terus kita ke rumah Mama."

"Abang janji, Abang bakal jelasin semuanya. Oke?" Virgo menyambungkan, masih dengan nada suara yang sama, lembut dan cenderung putus asa.

"Aku udah terlambat."

LAST CHANCE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang