Selamat membaca 🥂
*** *** ***
Setelah menghabiskan waktu 17 menit 48 detik, Naza kembali dengan menggunakan balutan kaus oversize dan rok pink selutut nya. Menuruni anak tangga seraya membawa hairdryer di tangan nya guna mengeringkan rambut hitam berwangian soft milk itu.
"Udah nehhh, ayok nyalain microwave nya!"
Pasya berdiri dari sofa, berjalan di belakang Naza dan memegang bahu Naza. Sontak gadis itu terperangah membelalakkan mata, menghadap Pasya.
"NGAPA LAGI siii~?"
Pasya kaget bukan kepalang, sampai ia mundur kebelakang.
"Obatin dulu kaki Lo," Pasya pergi mengambil air untuk campuran detol.
Urung mereka menggunakan microwave, malah terduduk di sofa ruang tv tempat biasa nya Rafly dan Papa menghabiskan waktu.
"Lo dapet dari mana ini kotak P3K?"
Naza memerhatikan kotak tersebut nampak itu bukan milik nya, berbeda dengan yang ada di rumahnya. Ia memegang benda kubus berwarna hijau tersebut, tak lama Pasya datang merebutnya dan memposisikan duduk di carpet tepat nya di samping kanan Naza, sementara Naza berada di sofa.
Mengambil kapas lalu mencelupkan ke dalam antibiotik dan mengusapkan secara perlahan pada kaki Naza yang tergores. Sangat pelan, agar Naza tidak merasakan perih akibat gesekan antara kapas dan kulit yang terluka itu.
"B-bbiar gue aja," Ujar Naza dengan gugup, ia tak menyangka bahwa Pasya akan telaten mengobati nya. Hati nya terenyuh.
Plak
Pasya memukul punggung tangan Naza yang hendak merebut kapas. Terdengar rintihan dari gadis itu namun Pasya abaikan. Setelah nya, ia kembali menuangkan alkohol pada kapas berikutnya.
"Sorry,"
Ujar nya sebelum mengusapkan pada kaki Naza, gadis itu hanya bergeming memerhatikan Pasya. Jika di lihat dalam keadaan seperti ini, ketampanan Pasya jauh bertambah seribu kali lipat. Jujur, Naza tak mampu mengalihkan pandanganya sedetik pun! Bahkan saat alkohol menempel pada kaki nya yang luka pun tak terasa sakit.
"Tadi gue yang hampir nabrak Lo di deket gerbang, pas balik sekolah," Seraya mengganti kapas dengan obat merah.
"Lain kali kalau nyebrang liat kiri-kanan."
Mengoleskan obat merah pada kaki gadis itu, sedari tadi tak terdengar rintihan sama sekali dari bibir mungil nya. Pasya pun mendongakkan kepala, mata nya bertemu dengan mata Naza. Pipi merah merona dan mata yang tak berkedip dengan mulut sedikit terbuka, itu lah yang Pasya lihat di wajah Naza.
"hah? ya.. iya," Naza mengalihkan pandangan, sial! batin nya.
Pasya tersenyum tipis, ia paham sekali bahwa wanita itu pasti salting. Jujur sebenarnya ia juga senang di tatap seperti itu, seperti orang spesial. Harus kah Pasya menabrak Naza setiap hari agar bisa seperti ini juga setiap hari nya?
"Sebenarnya ban motor Lo gak kena gue sih, ini luka karena gue terlalu shock dan menjatuhkan diri ke aspal," Jelas nya dengan senyum tengil itu.
Pasya menyudahkan acara pengobatan nya di akhiri dengan plester pink yang ia tempelkan, ia beranjak dan duduk di samping Naza. Alih-alih duduk bersebelahan gadis itu malah bangkit, menuju kulkas. Dan datang dengan sekotak susu di tangan kiri, cappucino kaleng di tangan kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGASHAKA
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.] • • • DRRUUMMMM~ cklek Seseorang memberhentikan motornya tepat di samping kanan Naza, "Siapa sih ni orang?" Gumam nya sembari melirik motor tersebut. "Ojek mbak.." "Nggak Mas, makasih."...