FA. Bab 17

2.9K 103 0
                                    

Malam harinya, Aisyah kembali berkutat di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya, Aisyah kembali berkutat di dapur. Lumayan banyak makanan yang dia masak. Cukuplah untuk dua orang. Mumpung suaminya masih di rumah, Aisyah berencana ingin meminta maaf perihal salah paham tadi sore.

Fadel keluar kamar memakai baju santai, kaos dan celana pendek. Ia masuk ke dapur untuk mengambil air minum.

"Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammadin.... Thibbil qulubi wa dawa-iha wa 'afiyatil abdani... Wa syifa-iha wa nuril abshari wa dliya-ihaa wa 'ala alihî wa shahbihi wa sallim..."

Tiba di dapur, telinganya sudah di suguhi suara merdu dari sang istri. Aisyah bersholawat sembari memasak dengan semangat. Hati Fadel merasa nyaman mendengar suara merdu sang istri, bersamaan dengan jantung yang memompa lebih cepat.

Aisyah berbalik ingin menuangkan sup ayam didalam mangkok, namun malah dikagetkan dengan keberadaan sang suami yang berdiri meminum air.

Aisyah menggeleng-gelengkan kepala.

"Duduk Mas kalau minum," ucap Aisyah lembut.

Fadel meliriknya tajam dan menyimpan gelas di meja secara kasar hingga menimbulkan bunyi dentuman kuat.

"Ini saya sudah masak makanan kesukaan Mas Fadel. Ayo kita makan bareng, Mas," ajak Aisyah antusias.

"Makan aja sendiri. Gue gak sudi makan masakan lo!" sarkasnya, segera berlalu dari sana meninggalkan Aisyah yang tertegun.

"Ya Allah..." lirih Aisyah menatap sendu makanannya di meja.

🤵🧕

Fadel tengah duduk di sofa didepan tv. Ia bermain ponselnya tanpa peduli dengan tv yang dibiarkan menyala.

Aisyah menghampiri suaminya dan ikut duduk di sofa samping Fadel.

"Mas, sudah makan?" tanya Aisyah lembut.

Fadel meliriknya sekilas lalu kembali menatap ponselnya. Aisyah menghela nafas panjang.

"Mas, lukanya sudah nggak sakit? Atau masih ada yang sakit? Atau badannya Mas Fadel ada yang pegal?" tanya Aisyah beruntun, mencoba meluluhkan sifat keras sang suami dengan perhatiannya.

Fadel menghela nafas berat, menyugar rambut basahnya kebelakang sebelum menatap tajam Aisyah.

"Bisa gak sih sehari aja lo gak usah bikin gue badmood? Sumpah gue capek ladenin lo. Gue muak lihat muka lo. Sana-sana... pergi dari sini sebelum gue main tangan sama lo!" usir Fadel me gibaskan sebelah tangannya dengan wajah datar.

Aisyah menelan salivanya gugup. Bukannya pergi Aisyah justru masih diam di tempat.

"Saya punya banyak salah ya sama Mas Fadel sampai Mas muak lihat muka saya? Kalau boleh tahu, salah saya dimana, Mas? Kalau misalnya Mas kasih tahu kesalahan saya, Insya Allah saya akan memperbaiki diri agar gak melakukan kesalahan yang sama lagi," ucap Aisyah hati-hati.

Fadel & Aisyah (our destiny)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang