8.MASALALU KITA

15 5 0
                                    

.

.

.

"Lun, lo gak pernah lupa?" tanya Dina memecah keheningan diantara dia dan Luna.

"Lupa? Gw udah lupa, gw paksa buat lupa." jawab Luna acuh dengan pertanyaan Dina yang membahas masalalu yang ingin Luna buang.

"Lo tau Haikal udah sembuh?" tanya Dina lagi.

"Udah lama. Lo aja yang begok, lo sendiri udah tau?" ujar Luna balik bertanya.

"Gw baru tau minggu lalu..." lirih Dina jelas rasa sakit itu masih melekat didalam hati ataupun pikiran Dina.

"Makanya jadi cewek jangan mau diperbudak cinta." ketus Luna sambil menghela nafas setelahnya berdiri dihadapan Dina.

"Lo terlalu lambat. Seharusnya saat punya kesempatan lo ambil dia lagi." ucap Luna.

"Gw gak bisa... Dia udah jadi milik orang lain..." ucap Dina dengan raut wajah sedih.

"Itu urusan lo, dan kalo memang Haikal milik orang lain buat itu jadi nyata. Berhenti ngeliatin Haikal, berhenti cari tau, dan lupakan. Gak ada untungnya buat lo." ucap Luna dan langsung pergi meninggalkan Dina dengan ribuan kesedihannya.

'Setelah dipikir pikir benar ucapan Luna. Aku hanya menyakiti diri sendiri, kasihan hatiku yang sudah berjuang untuk tetap kokoh. Aku ingin egois, tapi tidak ada untungnya. Dia masih sama hanya saja perasaan dan suasananya sudah berubah. Jika aku maju, maka cintanya akan menjadi terpaksa. Aku akan mundur.'

Dina menatap lekat kolam di depannya, sementara kucing yang tadinya banyak itu sudah menghilang dari pandangan Dina. Kucing itu muncul hanya saat Luna datang, bukankah hewan lebih setia daripada manusia?

Lucu, ya? Kadang kita menemukan sifat manusia di hewan dan sifat binatang didalam diri manusia. Zaman memang sangat jauh berubah sama seperti perasaannya saat ini.

Dina menatap lurus kedepan saat ia hendak berpapasan dengan Haikal. Bukan memalingkan wajah bak orang yang sedang bermusuhan, tapi Dina memilih untuk fokus dengan jalannya sendiri. Lagipula kalaupun Dina menegur Haikal belum tentu akan di berikan senyuman ataupun sekedar anggukan.

Mengingat Haikal berpacaran dengan Quin juga membuat Dina enggan untuk sekedar menyapa Haikal.

"Dina..." gumam Haikal saat tangannya hendak menyentuh tangan Dina, namun Dina berjalan lebih cepat sehingga Haikal hanya mendapatkan hembusan anginnya saja.

'Menghindar? Gak kayak dulu? Aku yang membuat kesalahan, maaf tidak akan cukup...' batin Haikal saat memilih untuk hanya menatap punggung Dina yang kian menjauh darinya.

Terlihat dua insan yang terjebak cinta di lingkungan sekolah sekarang saling berjauhan, dan memikirkan satu sama lain. Kadang hanya karena kesalahpahaman membuat hubungan terpisah sangat jauh.

'Ingin kugenggam tangannya, tapi mustahil karena dia bukanlah untukku. Mungkin...' itulah yang terus berputar didalam pikiran Dina.

Bukankah ini kisah kasih disekolah yang sesungguhnya? Sangat menyedihkan.

.....

Luna Di Ujung CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang