3.KUAT

22 9 0
                                    


.

.

.

"ADEGAN KEKERASAN GAK BOLEH DITIRU YAH ADIK-ADIK. INGAT BIJAK DALAM MEMBACA!!"
.

.

.

Setelah bel istirahat berdering merdu di telinga Luna, akhirnya hukuman Luna dianggap selesai oleh diri Luna sendiri.

"Udah nih, tinggal cari-cari hiburan." gumam Luna full senyum.

"Lepasin! Saya kan gak ngeganggu kakak!" teriak seseorang dari belakang kelas 12 IPA 3 , kelas Luna.

"Ini anak, lo berani-beraninya jawab ucapan kita." ucap seorang gadis sambil menjambak rambut siswi yang sedang mereka bully.

"Memangnya apa salah saya, kak?" tanya Kena sambil meringis kesakitan.

"Lah dia pura-pura gak tau!" sahut Quin, seorang gadis yang satu kelas dengan Luna.

"Saya gak tau, kak! Lepasin saya!" teriak Kena lagi.

"Ck, diem gak lo!" tegas Quin sambil menampar pipi Kena sehingga terlihat pipi Kena mendapatkan cap lima jari.

BRUK!

Tubuh Quin terjatuh kedepan dan menabrak tubuh kena yang membuat keduanya terbaring dilantai.

"Eh? Maaf yang di belakang gw gak sengaja." ucap Luna santai sambil menjambak rambut Quin.

"Lo kan anak pak Hasan yah, kok bisa kesasar?" tanya Luna menggoyangkan kepala Quin kebelakang dan kedepan.

"Cewek gila!" teriak Quin mencoba menggapai tubuh Luna, sementara Kena menatap heran 'kakak ini siapa? Kuat banget kayak wonderwoman..' pemikiran itulah yang terbersit di pikiran Kena.

"Lah malah ngatain gw lo. Lo beneran anak pak Hasan atau Jamal?" tanya Luna lagi.

"Anak pak Qhoiril gw!" teriak Quin merintih kesakitan sama seperti yang dirasakan kena.

"Nah, kan, selesai." ucap Luna santai sembari berdiri dan menendang santai tubuh Quin.

Luna menghela nafas lelah bak orang yang bekerja menjadi kuli seharian penuh. Tangan Luna menggapai tangan Kena, dan Luna membantu Kena berdiri.

"Makasih kak..." lirih kena ketakutan melihat sikap Luna, bagaimana tidak saat Luna menyerang Quin dua orang teman Quin malah melangkah mundur melupakan persahabatan mereka.

"Sama-sama, gak usah takut gitu. Gw gak bakalan makan lo." ucap Luna dengan nada dingin.

Beginilah Luna, emosinya sering berubah-ubah kapanpun dia mau. "Lo dari kelas berapa?" tanya Luna kepada kena.

"Saya dari kelas 10 IPA 1,kak." jawab kena pelan.

"Halah! Formal amat, santai. Nama, sapa nama?" ucap Luna kali ini dengan nada bicara yang santai dan Luna menepuk-nepuk pelan pundak Kena.

Luna Di Ujung CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang