10.PUASA

3 2 0
                                    


.

.

.

"Lin! Mana lo?!" teriak Luna saat memasuki rumah, dengan pakaian yang basah kuyup.

"Kenapa sih, Luna?Teriak-teriak." ucap Rini yang terkejut dengan kedatangan Luna.

"Lin dimana, ma?" tanya Luna balik tidak menjawab pertanyaan yang Rini lontarkan.

"Di kamarnya." jawab Rini sambil menghela nafas, jelas lelah dengan sikap Luna yang tidak seperti gadis pada umumnya. Tidak ada sikap anggun yang Luna tunjukkan, malah Luna lebih seperti laki-laki.

Kadang sikap Luna membuat orang tuanya berpikir,apakah ini karena Luna di asuh oleh Lin?

"Abang!" teriak Luna masih sangat kesal kepada Lin. Luna berjalan menuju kamar Lin dengan langkah kaki yang bersuara keras di anak tangga.

Tanpa pikir panjang Luna langsung mengetuk pintu kamar Lin sekuat tenaga, membuat si empunya kamar terkejut.

"Apa sih, Luna?" tanya Lin sambil membuka pintu kamarnya.

"Kenapa gak jemput? Padahal lo gak ada ngobrol sama mama, papa!" marah Luna pada Lin.

"Ssssttt... Diem. Sana, pergi kekamar lo. Ganti baju dulu, terus baru lanjut marah." ucap Lin, yang membuat emosi Luna mencair.

"Oke." balas Luna singkat dan langsung mengerjakan apa yang di sarankan oleh Lin.

"Good girl." gumam Lin sambil tersenyum, jelas senang dengan kemenangannya karena berhasil membuat Luna diam.

"Tuh kan, gw bilang juga apa, El. Luna itu keras kepala, kan? Kadang teriak teriak gak jelas." ucap Lin sambil memegang foto Elzer, dan terlihat sedikit senyum di wajah Lin.

Lin membanting tubuh keatas tempat tidurnya dan menutup matanya sebentar. "Gw udah kayak orang gila, yah kan, El? Gw gak ada tempat curhat lagi, gak kayak dulu. Lo yang selalu ada buat denger keluh kesah gw waktu masih kuliah."

"Hidup sialan ini. Kenapa kita gak mati bareng aja, biar gw gak pusing. Apalagi ngurus perusahaan yang makin hari makin ngebuat kepala gw rasanya mau pecah. Di kira jadi pemimpin perusahaan itu gampang, yak. Shit." gumam Lin, sambil tetap menutup mata, siap untuk perjalanan ke alam mimpi.

.....

Keesokan harinya jam 3 pagi, dan Lin sibuk menyiapkan makanan untuk sahur hari pertamanya.

"Abang... Ngapain?" tanya Luna dengan nada yang masih mengantuk, dan menghampiri Lin yang masih memasak.

"Cuci muka sana, kita mau sahur." titah Lin sedikit bersemangat.

"Hm..." balas Luna sambil menganggukkan kepalanya, dan melenggang pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Sekitar 5 menit Luna kembali menghampiri Lin, kali ini wajah Luna terlihat lebih fresh, karena sudah mencuci muka. "Mama sama papa mana?" tanya Luna kepada Lin, saat Lin menyusun makanan diatas meja.

Dan pertanyaan Luna membuat Lin menghela nafas. "Tadi malam ada keperluan mendadak di curup, jadi mama sama papa pergi ke curup." jelas Lin.

Jelas urusan bisnis akan di dahulukan oleh orang tua yang gila kerja, seperti Rini dan Toni. Luna juga tahu tentang itu, mereka akan tetap menjadi nomer sekian,berbeda dengan pekerjaan orang tua mereka yang selalu ada di nomer satu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luna Di Ujung CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang