2.HILANG

46 16 2
                                    

"Cewek gila, dunia ini gak semudah yang lo pikirin. Suatu hari nanti lo akan mendapatkan banyak ujian." ucap Lin lagi kali ini menghela nafas panjang.

"Iya, aku tau kok. Aku bukan anak kecil yang harus dikasih tau terus. Aku tau dunia luas, aku tau semuanya." balas Luna enteng.

"Kamu masih anak kecil kemarin sore, Lun." ucap Lin frustasi mendengar jawaban adiknya.

"Aku gak bakal kesusahan aku kan punya abang! Iyakan, bang?" ucap Luna saat pandangannya beralih menatap wajah Lin.

"Abang gak bisa terus ada disamping kamu, Luna. Abang juga punya jalan sendiri dan kamu, kamu gak selamanya mau ada dibawah kontrol abang." jelas Lin tegas. "Suatu hari nanti mau ataupun gak nya kamu harus usaha sendiri." sambung Lin sambil beranjak dari kasur Luna.

"Abang nerima perjodohan itu!!?" seketika air mata Luna berjatuhan, tidak siap kehilangan Lin dalam bentuk apapun itu.

"Abang mau ninggalin aku!!? Cewek itu jelek, bang! Aku gak suka!!" teriak Luna ditengah isak tangisnya sambil melempar bantal kearah wajah tampan Lin.

"Abang punya pilihan sendiri, kamu gak perlu tahu semuanya." ucap Lin kali ini benar-benar meninggalkan Luna sendirian.

"Abang..." lirih Luna pelan sambil menjaga suara tangisnya agar tidak ada orang lain yang mendengar.

"Aku kuat... Tapi gak tanpa abang... Aku maunya abang.." lirih Luna lagi.

Hal yang paling Luna takuti mau tidak mau datang. Luna akan mengikhlaskan hal lain yang hilang tapi bukan Lin, kenapa? Karena sejak kecil Lin adalah tempat Luna bermanja. Walaupun ada mama ataupun papa tapi Lin adalah tempat Luna merasa aman.

Tapi mendengar pembicaraan Rini dan Toni membuat Luna marah, ingin rasanya menolak tapi ucapan Lin ada benarnya, ini adalah pilihan Lin sendiri.

"Kalo abang pergi berarti gak ada lagi kisah-kisah seru. Pasti monoton, gak ada lagi kejar-kejaran di jalan?" gumam Luna sambil membenamkan wajahnya di bantal.

Akan ada rasa sakit yang sangat dalam saat yang kita anggap berharga dipaksa hilang, bukan?

*****

Waktu seperti biasanya sangat ccepat berlalu. Kini yang tadinya malam sudah berganti pagi, sinar rembulan yang dikelilingi awan hitam kini berganti dengan sinar mentari pagi dan langit biru yang sedikit berawan.

Cklek...

Pintu kamar Luna terbuka, menampilkan seorang laki-laki tampan dengan baju kaos putih berdiri didepan pintu kamar Luna.

"Dek, bangun." ucap sang laki-laki siapa lagi kalau bukan bang Lin.

"Hm, 5 menit lagi..." gumam Luna sambil menarik selimut hangatnya.

"Oge." balas Lin membiarkan Luna tertidur lebih lama.

Lin memilih kembali ke kamarnya sendiri dan menyibukkan diri didepan Bastian, laptop kesayangannya.

"Anjay, film bagus nih! Bad And Crazy aktornya juga bagus. Kayaknya memang seruh..." ucap Lin sambil mengklik judul film Korea yang ia baca.

Luna Di Ujung CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang