-01-

143 15 11
                                    

Katakan pada mereka, mereka itu hina!
Mana bisa, berlagak bak semesta?
Mana bisa? Bertindak bak Bumantara.

-NalaGraha

Seorang laki laki yang masih lengkap dengan seragam Osis SMA itu nampak terkulai lemas di lantai sebuah ruangan berdebu dengan seragam penuh darah, hadiah dari ayahnya hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang laki laki yang masih lengkap dengan seragam Osis SMA itu nampak terkulai lemas di lantai sebuah ruangan berdebu dengan seragam penuh darah, hadiah dari ayahnya hari ini.

Kasagraha Bumantara, panggil saja Graha. Laki Iaki itu tersenyun miris meratapi nasibnya, sesekali Graha bersyukur setidaknya hidupnya masih berguna bagi Ayahnya. Berguna sebagai samsak.

Graha harus keluar dari ruangan ini, gudang madsudnya. Ayahnya hanya akan membiarkan pintu gudang terbuka dan memberi kesempatan Graha keluar dalam waktu 15 menit setelah pemberian 'hadiah'

Graha memejam sejenak, merasakan setiap gejolak sakit yang tengah menghujaminya. Terlebih di area dadanya, laki laki itu meremasnya dengan kuat. Sesak, panas, nyeri, bahkan oksigen pun rasanya tak sudi untuk hinggap. Graha membuka mulutnya, meraup oksigen dengan tamak saat hidungnya ia rasa sudah tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal.

"Bangun."

"Bun-da?" ucapnya tersengal-sengal.

"Gudang mau di pakai, cepat keluar." ujar seorang wanita dengan raut wajah datar menatap Graha yang masih terkulai pada di lantai.

"Ma-af bun, tol-ong beri Kasa sedikit waktu la-gi. Badan Kasa sak-it bun, Ngga bisa di gerakin." jawabnya dengan tangan yang semakin kencang meremas area jantungnya.
Tuhan, is benar benar sudah tidak bisa bernafas.

SRET!

"Akkhhh... " Graha meringis saat sang bunda tiba tiba menariknya paksa untuk berdiri, pandangannya sudah mengabur, bahkan sosok sang bunda di hadapannya pun sudah berganda. 

PLAK!

"Lemah! Keluar dasar tidak tahu diri!"

Brakk!

Tanpa berperasaan, Aleysa sang bunda memukul kepala Graha lalu menarik brutal baju penuh darah laki laki itu sebelum kemudian ia dorong tubuh ringkih Graha keluar gudang.

Dorongan Aleysa membuat Graha terjatuh dengan kepala yang sempat membentur ujung laci di depan Gudang, tentu darah dengan cepat kembali mengalir dari kepalanya.

Malam itu, sama seperti malam sebelum dan sebelumnya, Graha hanya bisa berpasrah. Perlahan netra itu mulai terpejam, Graha ingin beristirahat sejenak, mengistirahatkan jiwa, raga, serta hatinya.

Aleysa yang keluar dari gudang dan mememukan anaknya terkulai tidak sadarkan diri hanya berhenti sejenak, memandangi sekilas tubuh Graha sebelum kemudian berjalan begitu saja.

Bahkan heels tinggi yang wanita itu gunakan menginjak dengan sengaja telapak tangan Graha yang terkulai di lantai.

"Astaga, tangan sialan!" umpatnya lalu menendang tangan Graha yang sudah tidak sadarkan diri dan meninggalkannya begitu saja.

NALA GRAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang