***
- Nala Graha -
***
Sampai di pekarangan rumahnya, Graha melepas helm dan segera masuk ke dalam rumah.
Tangannya meneteng sebuah paper bag berisikan banyak coklat beraneka bentuk, hasil dari membeli di jalan sepulang dari sekolah.
Niatnya Graha ingin memberikan itu kepada Nala, sebagai ucapan permintaan maaf? Entah mengapa hatinya merasa tidak enak kepada gadis itu.
Latar belakang pemilihan coklat adalah saat pertemuan keluarga, beberapa kali Graha melihat Nala memakan banyak coklat yang disediakan Aleysa sebagai Snack. Gadis itu tampak menikmati, jadi Graha pikir mungkin Nala menyukai coklat.
Tapi karena coklat itu Graha terlambat pulang, ia berbalik ke arah motor untuk memasukkan kantong coklatnya kedalam jok. Lalu laki-laki itu bergegas masuk kedalam rumah.
Graha hanya tak mau coklat itu hancur, ia tak tau bisa mengamankannya atau tidak jika dibaaa masuk ke dalam rumah. Jangankan coklat, dirinya sendiri saja belum tentu aman.
"Duduk."
Graha menurut, mendudukkan badannya pada sofa.
Disana sudah ada Ayah, Ibu, bahkan Sanskara kakaknya.
"Maaf Graha telat, tadi ada beli barang sebentar."
Hening, tak ada jawaban, tumben sekali batin Graha. Biasanya jika melakukan kesalahan, detik pertama masuk rumah saja ayahnya sudah membabi buta.
Sanskara tersenyum sinis, "Lo mau hukuman yang sakit atau Lo mau di hukum setengah sadar? Yaa, setengah sadar paling ngga Lo ga akan denger ucapan ucapan kita nantinya." Celotehnya.
Graha menunduk tersenyum, selang beberapa detik pandangannya kembali menghadap depan. Tangannya mengambil sebuah barang terlipat yang ternyata adalah pisau lipat dari tas nya.
"Pake ini aja kak." Ucapnya menyodorkan barang tersebut.
"Tusukkin ke sini, biar cepet. Tapi jangan terlalu cepet di cabut, kira kira udah ga bernyawa aja baru di cabut. Ah, atau bisa berkali kali aja biar lebih terasa puas?" Sambungnya tersenyum dengan hari telunjuk yang menunjuk area jantungnya.
Sanskara terkekeh hingga tertawa terbahak-bahak. Detik setelahnya tanpa perkiraan dan aba-aba laki laki gila itu mengambil pisau yang Graha sodorkan lalu menusukkannya pada lengan Graha. "Gini?"
Graha meringis pelan, "Salah kak, disitu gaaakan-"
"SUDAH CUKUP! CUKUP KARA, JANGAN GEGABAH PADA ANAK SIALAN ITU." Aleysa menengahi, dalam hati kecilnya wanita itu sedikit terkejut atas tindak lakukan Sanskara.
Sanskara menurut, ia menarik kasar pisau itu hingga darah muncrat ke sembarang arah.
Plak!
KAMU SEDANG MEMBACA
NALA GRAHA
Teen FictionNala adalah bibit api, sementara itu Graha selalu menjadi mata air sejuk. Amarah Nala, selalu dapat Graha redam. Mudah bagi Graha, karena ia sang peredam handal.