-02-

98 15 4
                                    

Bumantara pun tak meninggi!
Lagipula siapa yang ingin pergi?
Sejak kapan manusia tidak munafik?!
Bodoh tertipu dunia khayalan sementara.
-NalaGraha

"Kepada seluruh pasukan di hadapan saya, saya ambil alih untuk seluruhnya SIAP GRAK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kepada seluruh pasukan di hadapan saya, saya ambil alih untuk seluruhnya SIAP GRAK."

Graha membungkam semua kebisingan pagi itu  dengan menata kembali barisan yang memang belum terlalu rapi.

"Rapikan barisannya sekarang juga, apa kalian ingin terus baris disini sampai nanti siang?" Tanyanya dengan tegas, berbeda dengan sahabatnya Jenan, yang terkesan mudah emosi saat melakukan kegiatan yang memang membutuhkan kesabaran extra.

Setelah melihat barisan mulai rapi, Graha pun beralih berbalik badan memanggil teman teman panitia lainnya untuk memulai perkenalan diri satu persatu.

"Mohon disimak dengan baik mengenai perkenalan yang akan dilakukan oleh Kaka panitia ya dek, jangan sampai kalian nanti tetap tidak tahu nama panitia padahal sudah berkenalan." Ucap salah seorang panitia perempuan berambut panjang terikat itu dengan tegas.

"Siap baik ka." Jawab semuanya serentak.

"Ayo mulai aja Gra." Sambung gadis itu.

"Satu, saya Kasagraha Bumantara. Ketua Osis SMA Nusantara selaku penanggung jawab event MOS." Ucap Graha seperlunya yang lalu dilanjutkan dengan perkenalan panitia lainnya.

"Dua, saya Jenandika Abbinata. Wakil ketua Osis SMA Nusantara selaku ketua event MOS."

"Tiga......"

"Empat...."

"-.........."

Total sejumlah 50 panitia yang memperkenalkan diri dengan sangat cepat membuat para peserta didik baru mendesah karena bingung, bahkan beberapa dari mereka tidak mendengar dengan jelas.

Bukan karena sekolah tidak mampu menyiapkan speaker atau mic, hei ini sekolah elit bertaraf internasional. Memang hanya saja kesengajaan panitia yang tidak menggunakan mic.

Hal tersebut membuat Nala menggerutu kesal, "Panitia tolol semua, mereka kira telinga kita se peka itu huh?"

"Lagipula mana kata bunda sama ayah ini sekolah elit, osisnya kere tuh? Bahkan ga mampu buat adain mic." Imbuhnya semakin kesal.

Tanpa Nala ketahui ternyata semenjak ia menggerutu, salah seorang panitia sudah ada di belakangnya. Menatap gadis itu dengan pandangan kesal, lalu menyeret paksa lengan Nala untuk membawa gadis itu ke depan.

Dia-

Jenan

Ya, anggap saja nasib Nala sedang sangat buruk hari ini. Oh ayolah dalam diam Nala merutuki mulutnya sendiri yang tidak bisa menahan ucapannya.

'Sial Lo Nala' gumamnya membatin.

"Ulangin apa yang kamu ucapin tadi, dek." Ucapnya penuh penekanan sembari menggeret Nala.

NALA GRAHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang