❗FOLLOW SEBELUM BACA❗
❗Plagiat jangan mendekat❗
Nala-Graha
18 tahun Graha hidup sebagai boneka dan pelampiasan untuk orang tuanya. Hingga saat Nala hadir Graha hanya mendoa untuknya.
Bumantara selalu mendoa, mengharap dan meminta.. "Tuhan, panjangk...
Perasaan itu rumit, jauh lebih rumit dibandingkan rentetan angka berpangkat. Untuk apa tetap memohon jika bahkan pintu itu tidak memiliki kunci ? Kan lelah berhati mengejar yang terkunci.
-NalaGraha
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"U-udah bangun?"
"Saa ingin bunda, ayah saa sakit yah tolong saa"
Nala mengerutkan dahinya, laki laki itu mengigau?
"Saa lelah , tolong lihat saa satu kali aja"
"Bunda saa lapar bunda saa ingin nasi bunda."
"Tolong saa, disini sesak sekali saa ingin mati."
Gumaman gumaman lirih yang terdengar sayup sayup dan menyakitkan itu berhasil membuat Nala meneteskan air matanya, sejenak gadis itu langsung menghapusnya kasar.
Hei Nala sadar bahwa laki laki ini adalah orang asing, akan tetapi hatinya merasa sangat sakit saat mendengar penuturan itu, sangat menyakitkan untuk didengar, apalagi untuk dikatakan? Kini Nala mulai berpikiran jauh mengenai laki laki tersebut.
Terhitung sudah 10 menit lebih Graha menggumam berbagai hal yang menurut Nala sangat menyakitkan, perlahan netra laki laki itu terbuka sayup sayup.
"Ini dima-na?" Tanyanya berbisik, sangat pelan hingga Nala harus mendekatkan wajah dan telinganya untuk mendengar apa yang laki laki itu ucapakan.
"Hah? Apa? Ga kedengeran."
"Ini di mana?" Ulang Graha yang masih sangat amat lirih.
"Rumah sakit. tadi kakak yang terhormat pingsan di lapangan, minta tolong kaya orang sekarat jadi aku tolongin karena ga tega, and.. Yeah, We end up here."
Ucapan gadis itu terdengar sangat nyaring di telinga Graha, hingga ia sesekali harus memejam karena dengungan di telinganya yang kembali hadir.
Perlahan tangannya meraba masker oksigen yang menempel di wajahnya dan berusaha melepas alat tersebut, namun dengan cepat tangan Nala menangkup tangan terinfus Graha.
"Eh No no no! Doctor said you have to use the oxygen mask a few moments after you wake up, I know it must be tight right?"
"Get off my hand."
Nala tersadar lalu melepas begitu saja genggaman tangannya, " O-okay.. I'm sorry."
"Jam berapa?" Graha kembali membuka percakapan.
"3 sore." Jawab Nala setelah melihat layar ponselnya.
"Jadi, kamu tidak mengikuti MOS?" Graha berucap dengan susah payah, tenaganya belum full terkumpul dan kini justru pikirannya dipenuhi oleh berbagai macam kekhawatiran mengenai event tersebut.