Chapter 4

21 4 0
                                    

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah beberapa waktu bersama, Lavanya dan Lakshan memutuskan untuk melanjutkan perjodohan mereka dengan tahap bertunangan terlebih dahulu. Meskipun keduanya merasa hubungan mereka berkembang dengan baik, Lavanya masih butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan Lakshan dan merasa bahwa mereka perlu lebih mengenal satu sama lain sebelum melangkah ke tahap pernikahan.

 

Namun, keluarga mereka memiliki pandangan yang berbeda. Mereka ingin Lavanya dan Lakshan menikah sesegera mungkin, karena mereka merasa bahwa semakin cepat pernikahan itu terjadi, semakin baik.

 

Lavanya merasa dilema. Di satu sisi, dia ingin memberikan kesempatan bagi hubungannya dengan Lakshan untuk berkembang secara alami dan tidak terburu-buru. Di sisi lain, dia merasa tertekan oleh harapan keluarganya untuk segera menikah.

 

Ketegangan dalam keluarga semakin meningkat ketika Lavanya mengekspresikan ketidaksetujuannya terhadap keputusan untuk menikah secara terburu-buru. Dia masih merasakan trauma dari kisah percintaannya sebelumnya dengan Auriga, mantan kekasihnya yang berakhir tragis karena dia menolak untuk tidur dengannya sebelum menikah.

 

"Aku tidak bisa percaya bahwa kalian berdua bahkan mempertimbangkan untuk menunda pernikahan ini lagi," ujar Affandra, ayah Lakshan dengan suara yang keras. "Kamu harus menghormati keinginan kami sebagai orang tua."

 

Lavanya menatap Affandra dengan pandangan tajam, tetapi dia tetap teguh pada pendiriannya. "Maaf, Paman. Tetapi aku tidak bisa membiarkan trauma masa laluku menghancurkan keputusan yang harus aku buat dengan hatiku."

 

"Kamu tidak bisa hidup dalam masa lalu selamanya, Lavanya," kata Erisha dengan nada frustrasi. "Apa yang terjadi dengan Auriga bukanlah kesalahan Lakshan, dan dia tidak akan pernah menyakitimu seperti itu."

 

Lavanya menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku tahu, tetapi trauma itu tidak mudah diatasi dalam semalam. Aku butuh waktu."

 

Lakshan berdiri di hadapan orang tuanya dengan sikap yang teguh namun penuh dengan rasa hormat. "Maafkan saya, Ayah, Ibu. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan berdua dengan Lavanya. Kami butuh waktu untuk membicarakannya sendiri."

 

Orang tua Lakshan saling pandang sebelum akhirnya ayahnya mengangguk dengan serius. "Baiklah, Lakshan. Kami mengerti. Tetapi tolong, pastikan kalian mengatasi permasalahan ini dengan baik."

 

Lakshan mengangguk tegas. "Tentu, Ayah. Kami akan mencoba yang terbaik."

 

Destinies IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang