01. cetak muka gebetan

504 36 11
                                    

"Sampe kapan tebar pesona di gazebo Teknik gini, sih, Al?"

"Ntar dulu," sahut Alma tanpa mengalihkan tatapan dari segerumbul mahasiswa yang baru saja keluar gedung kuliah itu. "Nah, kan. Ada Kak Jordan, pasti ada Kak Oldy ngekor juga abis ini."

"Suka, sih, suka. Tapi, kenapa harus selalu bawa-bawa gue?"

Kali ini, Alma spontan menoleh sambil menyengir tanpa dosa. "Kan lo juga suka sama Kak Jordan."

Alhasil, Kiara jadi membisu sebab tuduhan Alma sepenuhnya benar.

"Tapi, gue beda sama lo. Gue diem-diem aja kalau suka."

Alma mencibir, "Justru itu yang aneh. Suka, kok, dipendem. Suka, mah, diungkapin."

"Kayak lo berani ungkapin aja ke si Oldy Oldy itu."

Seusai perdebatan mereka, sosok yang sedari tadi ditunggu Alma akhirnya muncul juga. Oldy Valdio Winatra. Wajahnya tidak seganteng Jordan, tapi bagi Alma super duper menarik. Baby face coded. Jurusan teknik geodesi yang lagi berusaha menyelesaikan skripsi. Posturnya juga tidak setinggi Jordan, tapi warna kulitnya lebih terang dari pada Jordan. Patokan Alma memang bukan Jordan, hanya saja karena Oldy selalu ke mana-mana dengan Jordan, dia tidak sadar sudah membandingkan mereka berdua.

"Loh. Langsung pulang," kesah Alma, kecewa melingkupi dirinya. "Kayaknya, Kak Oldy lebih cinta sama vespa-nya, deh. Kata Kak Jordan namanya Betty. Ih, jelek banget."

Ocehan Alma yang terdengar bagai musik cadas di telinga Kiara bahkan bisa sampai ke gazebo sebelah. Sebelum seantero kampus tahu bahwa mereka di sini bertujuan untuk mengamati sang subjek gebetan, Kiara pun buru-buru menyikut Alma.

"Kecilin suara lo, Anjir. Lo mau ketahuan cegil gini? Nggak malu? Nanti kalau Kak Oldy tahu lo se-alay ini gimana?"

Namun, Alma tidak menanggapi teguran Kiara, sebab yang kini mencuri atensinya hanya Oldy yang tengah menaiki vespa bersampul putih itu.

"Ganteng."

Alma tersipu sendiri hingga Kiara sadar sudah semerah apa pipi sobatnya ini.

"Ra."

"Hm?" sahut Kiara asal sambil mulai mengunyah nasi uduk yang sempat dia beli di kantin sebelum diseret kemari.

"Semisal gue cetak stiker muka Kak Oldy gitu gimana? Lucu nggak? Nanti gue tempel di kulkas kosan gue? Aaaak! Pasti gemes! Apalagi pake foto dia jaman maba, kan masih pada botak, tuh."

Kiara memicing, "Udah sinting lo, ya?"

***

Karena Oldy pulang, maka Alma juga ikut pulang. Sejatinya, dia kuliah berpatok pada Oldy, bukan pada dosen-dosen yang mengajar tatanan hukum itu. Alma sampai terkekeh sendiri memikirkan dirinya yang seperti tersihir daya magis seorang Oldy.

"Bener kata Kiara. Udah sinting gue. Lagian, Kak Jordan segala ngasih tahu bentukan manusia seganteng Kak Oldy, sih, ya gue kepincut lah."

Alma bermonolog sambil memandangi langit-langit kamarnya. Lalu, berguling ke sana kemari saking bahagianya hanya dengan membayangkan suatu hari nanti Oldy akan menyapa dirinya.

"Padahal, mah, gampang. Tinggal minta Kak Jordan ngenalin gue ke Kak Oldy, udah beres. Ah, tapi ntar aja, deh. Gue nggak siap salting."

Kemudian, Alma tiba-tiba terduduk tegak. Dia ingat akan rencana kelewat sinting yang tadi dia paparkan ke Kiara—mencetak wajah Oldy untuk dijadikan stiker.

"Oh, iya. Gue cari dulu tempat custom sticker yang trusted, deh. Mumpung Kak Jordan udah ngirimin foto-foto Kak Oldy jaman maba yang menggemaskan itu."

To Be Very MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang