Benci

356 27 0
                                    

Sudah tiga hari Nathan berada di jakarta kini dia pulang ke kota sang ibu, Medan. Namun kali ini tidak sendiri melainkan bersama Theo, sebenarnya Rey sudah melarang tapi namanya juga Theo keras kepala dan berakhir ikut ke Medan bersama Nathan. Sesampainya Theo langsung ke dapur mengambil gelas dan menuangkan air, meneguknya hingga tak tersisa.

"Papa kamu tadi udah kasih tau Tante, anggap aja ya rumah sendiri. Yaudah tante tinggal ya" kata Dira hendak pergi.

"Mau kemana? Buru buru banget. Baru aja Theo sampai." Kata Theo menghentikan langkah Dira

"Tante kerja udah telat, maaf banget ya gak bisa habisin waktu bareng kamu. Yaudah tante pergi berangkat," ucap Dira bergegas pergi sebelum itu dia mengusak rambut Theo lembut.

Hanan yang melihat itu menatap Theo. "Jadi lo Theo, anaknya om Rey lumayanlah. Tapi masih gantengan gue sih"

"Ganteng dari mananya muka ketara beruang begitu, dikata ganteng. Mimpi kali," ejek Theo santai.

Hanan cengengesan, "beruang lu kata----"

"Udah, mending sekarang makan. Hanan sana ambil piring." tegur Nathan serta menyuruh Hanan.

Kini ketiga pemuda itu menikmati enaknya sate yang dibeli oleh Nathan. Nathan berusaha untuk tidak canggung walaupun Hanan dan Theo terlihat tidak akur, sesekali Nathan menegur kedua pemuda tersebut.

"Theo, lo umur berapa sih tuh muka udah kek kepala tiga" kata Hanan memancing emosi.

"Hufh... Sabar, sopan banget sih lo manggil nama doang. Umur gua 18 tahun jadi tolong, cukup mulut aja yang blak blakan sopan setidaknya ada"

"Lo juga sama" ketus Hanan.

"Lo keknya kagak ngajak ribut gue, sakit ya." Ucapnya menahan kesal

"Lo juga sama jadi tolong sadar diri"

"LO MONYET"

"ELO!"

"LO!"

Nathan menghela nafas sabar, kedua pemuda di depannya lagi lagi bertengkar hanya karena masalah sepele. Padahal belum ada semenit hening tapi udah mulai lagi teriak teriak, apa kagak sakit tuh tenggorokan? Nathan yang jengah pun akhirnya menegur dengan suara yang ada.

"Udah jangan ribut, gak baik di dengar tetangga sampe teriak teriak lagi. Ini bukan hutan," tegur Nathan.

Theo mengelus rahang nya dan menatap sinis Hanan. "Gara gara Lo gue jadi teriak teriak, tenggorokan gue sakit Lo tanggung jawab. Awas aja" keluh Theo.

Hanan memutar bola matanya malas. "Ck lebay. Ngalahin cewek lo, alay banget sih. Theo alay, cocok tuh untuk gelar Lo"

Theo mendelik lalu menjitak kepala Hanan santai. "Theo, Theo, gue lebih tua dari Lo." peringat Theo kesal.

"Theo, Theo, gue lebih tua dari Lo" tiru Hanan mengejek.

"Lagian bener apa kata bang Theo Han." Sahut Nathan datar.

Hanan menatap jengah sang kembaran, "kenapa lo bela dia. Terserah dah ngambek gue" ucap Hanan melangkah menuju teras rumah.

Nathan hanya bisa menghela nafas lagi dan lagi sedangkan Theo dia sudah beranjak entah kemana. Sebenarnya Nathan senang rumah jadi lebih berisik dari sebelumnya tapi Nathan tidak ingin terlalu berharap pada dunia yang penuh tipuan ini.

Medan Dan Kembar Diratama || Nct DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang