Sudah seminggu acara pernikahan antara Rey dan Dira dilaksanakan, keduanya sudah sah secara hukum maupun negara. Namun Nathan semakin murung, bukan karena keduanya sudah menjadi pasangan tapi ada hal yang di sembunyikan oleh Nathan.
Pemuda itu terus berada di rumah, seolah enggan untuk meninggalkan. Bahkan ketika ketiganya pindah ke Jakarta, Nathan masih tetap enggan untuk keluar barang sekali pun melangkah.
"Nathan! Yuhuuu, lo dimana?" Teriakan menggelegar milik Hanan menggema.
Theo melempar kan bantal sofa. "Berisik banget tuh congor. Bukan hutan ini bro!"
Hanan menatap Theo sinis, namun alih netra tersebut mengarah pada Nathan dengan wajah gusar yang Nathan miliki.
Hanan menyenggol bahu si paling tua, Theo. "Psst, dia kenapa?" Bisik nya pada Theo.
"Psst, gue juga gak tau." Balas Theo santai.
Hanan menyenggol bahu Theo keras. "Kenapa ikut-ikutan psst segala." Sinis Hanan. "Pantang tak top lo!"
Nathan mendengkus, "gue izin keluar." Setelah ucapan itu, Nathan pergi melangkah
keluar.Hanan dan Theo saling tatap. Keduanya bukan orang yang gampang memahami perasaan seseorang. Mau tak mau kedua pemuda itu menghela nafas.
"Dia tau jalan? Kita baru pindah." Jelas Theo.
Hanan mengedikkan bahu. "Sana lo nyusul, ikutin arah GPS ini." Hanan memberikan ponselnya. "Perasaan gue gak enak, biar gue yang jaga rumah."
Theo meraih ponsel, lalu mengambil kunci mobil dan pergi mengikuti Nathan.
•••
Disini lah Nathan berada, sebuah cafe yang memiliki perpustakaan agar para pelanggan lebih nyaman dan menikmati. Nathan duduk, menunggu seseorang sembari membaca. Sesekali dia mendengus ketika lagu yang dihidupkan di cafe ini, tidak sesuai seleranya.
Suara lonceng dari pintu cafe terdengar, pertanda pelanggan lain masuk. Dan menampilkan pria tegap namun sudah cukup berumur mengenakan jas formal bewarna hitam.
Ia menghampiri Nathan, dan duduk dihadapan. "Sudah tunggu lama?"
Nathan mengangguk.
"Nathan, kamu masih ing-" Ucapan Tama di sela oleh Nathan.
"M- maaf." Lirih Nathan.
Tama tersenyum sinis. "Ayah kecewa sama kamu, padahal ayah udah percaya banget sama putra bungsunya ayah. Tujuan ayah masih sama, rujuk sama bunda kamu."
Nathan menggeleng, tangannya mengepal menahan diri untuk tidak menangis. Ayahnya kecewa, ini semua salahnya.
Dari arah sebrang tempat duduk, pemuda memakai topi hitam dan masker hitam bak penguntit memandang tajam Tama, dia Theo.
"Kalau kamu gak bisa bantu ayah, maka paksaan yang akan bertindak. Lagian, kamu yakin pria yang sekarang menjabat ayah tirimu itu baik. Ah bahkan ayah enggan mengucap nya."
Tama menyeringai, "buat hubungan bundamu dan Rey sialan! Itu hancur dengan kesalahan pahaman yang kamu buat. Ayah tau kamu masih memprioritaskan ayah diatas segalanya. Maka dari itu, laksanakan yang ayah suruh."
Nathan terdiam,
Tama tidak peduli dengan mental atau bahkan beban pikiran Nathan nanti. Yang terpenting adalah Dira tidak akan bahagia kecuali hidup bersamanya, begitu pun anak-anak. Dasar pria gila!
Tama mengusap rambut Nathan. "Itu tidak akan menjadi sulit, jika otak kecilmu mengikuti perintah ayah. Kalau gitu ayah pergi, soalnya kerjaan masih numpuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Medan Dan Kembar Diratama || Nct Dream
AléatoireMedan Dan Kembar Diratama tentang kehidupan Kembar Diratama di sebuah kota Medan tempat kelahiran wanita yang melahirkan serta menjaga mereka seorang diri tanpa adanya peran sang ayah, bagaimana kisah dan kehidupan mereka? No bxb!! °jernih hasil dar...