Hanan adalah remaja yang aktif dan ramah bahkan di sekolah dia selalu mengutarakan pertanyaan setiap penjelasan materi membuat para Guru senang dengan Hanan seorang pelajar aktif. Tapi salah jika Hanan tidak pernah iri kepada saudara kembarnya itu dan sebaliknya juga begitu.
Jika sudah pembagian raport dia hanya mampu melihat kembarannya itu dari kejauhan yang selalu mendapatkan juara umum, bahkan sang ibu pun tak segan memuji nya didepan mata Hanan.
Hanan dan Nathan berada di jenjang menengah atas, mereka juga berada di satu kelas yang sama namun jarak tempat duduk mereka cukup jauh. Hanan duduk di depan sedangkan Nathan duduk dibelakang dan sebelah kirinya ada jendela yang mengarah ke arah lapangan.
Sekarang waktu jam istirahat Hanan dan temannya memilih untuk di kelas
mengobrol hal yang berubah ubah topiknya. Hanan menatap sang adik yang duduk sembari menatap jendela dengan pandangan yang susah diartikan. Hanan melangkah menuju tempat sang adik lalu menepuk pundak Nathan membuat sang empu melihat kebelakang."Kenapa?" Tanya Nathan.
"Ayo ikut gua kumpul bareng mereka" ajak Hanan menunjuk tempat dia berkumpul dengan temannya.
"Lo aja gua gak mau"
"Lagian mereka juga teman Lo"
"Hanya karena kita kembar bukan berarti teman Lo juga teman gua" ketus Nathan.
"Lu kenapa sih mood Lo lagi gak bagus?"
"Gua gak mau terus bergantung sama lo yang ujung ujung nya jadi beban lo Cukup dulu sekarang jangan"
Nathan pergi melangkah keluar kelas meninggalkan sang kembaran yang masih menatap nya. Masalah pertemanan Nathan memang tidak sehebat Hanan, sebab itu ia iri dan benci kenapa dirinya tidak sehebat Hanan.
Nathan memang selalu bermain bareng dengan Hanan dan temannya tapi ketahuilah ketika Hanan pergi teman Hanan justru menatap Nathan dengan tatapan jijik bahkan mereka juga pernah mengatai Nathan dari belakang.
Sebab itu Nathan tidak pernah merasakan pertemanan sesungguhnya, memikirkan pertemanan membuat Nathan teringat saat dia masih duduk di sekolah dasar yang dibully berkunjung Hanan membantunya. Entahlah menurut nya Nathan sudah banyak melibatkan Hanan dalam masalahnya.
"Hanan kenapa lu, diam aja kesambet lo" tanya teman Hanan.
"Gua gapapa"
"Ooh lu ngelamun mikirin mbak crush ya" timpal salah seorang teman Hanan yang hanya dibalas gelengan oleh sang empu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Siang sudah berlangsung dan kini hari sudah sore para pelajar berhamburan keluar kelas menuju gerbang begitu juga dengan kembar Diratama yang kini sedang jalan menuju rumah.
"Hanan yok ke lapangan udah ditungguin itu" ajak teman atau sahabat Hanan yaitu Revan.
"Gua ganti baju dulu" jawab Hanan.
"Yaudah gua tungguin" ucapnya menunggu didepan pintu.
"Lo ikut kan" tanya Revan kini kepada Nathan.
"E- enggak Rev"
"Kenapa?"
"Gapapa" jawab Nathan.
Revan merupakan teman kecil Hanan dan Revan juga sering bermain serta mengobrol bareng dengan Nathan walau balasan singkat yang ia dapatkan nantinya. Revan adalah anak tunggal di keluarganya serta remaja yang mudah emosian jadi tidak jarang jika Revan sudah bermain ke rumah akan berantem dan adu mulut dengan Hanan.
Hanan keluar dengan baju kaos putih dan celana pendek selutut berwarna hitam. Pakaian yang Hanan pakai mendapatkan tatapan tajam oleh seorang remaja yang lebih kecil darinya namun lebih tua beberapa bulan.
"Lo pakai baju kaos putih, kan kemarin hujan"
"Emang iya kok gua gak tau"
"Tengah malam kan hujan wahai Hanan Diratama"
"Yaudah kenapa"
"Eh harus gua bilangin apa Hah!"
"Baju nya kotor kan gua tau kok" timpal Hanan santai.
"Tapi ya gak pakai baju putih juga yang ada bekas kotorannya susah hilang, sana ganti gua tunggu"
"Udah gapapa kan bukan lo yang nyuci baju gua"
"Nih bocah dibilangin ganti atau gua gak jadi ikut main" tukas Revan kesal.
Hanan mendengus kesal sesekali menggerutu layaknya bak anak kecil, Nathan yang melihat itu lantas menahan gemas.
~~~~~~~~~~~
Hanan sudah pergi bersama revan sedari tadi sedangkan Nathan di rumah menulis disebuah buku berwarna coklat itu. Hanan selalu bertanya tentang seorang sahabat kepada Nathan namun sang empu menjawab selalu bahwa buku adalah sahabatnya selama ini.
"Bunda pulang" ucap Dira memasuki rumahnya.
"Loh bunda pulang diantar siapa?" tanya Nathan.
"Tuh sama Om Rey" Dira.
"Tunggu disini ya bunda mau ke dapur bentar" ucap Dira pada Nathan.
"Lagi ngerjain apa?" tanya Rey pada remaja di depannya.
"Bukan apa apa" ketus Nathan.
"Kalau susah biar om bantu" ucap Rey mengelus kepala pemuda itu.
Jika saja Nathan tidak tau sopan santun sudah dipastikan bahwa dia akan menepis tangan pria itu. Namun elusan kepala itu mengingat kan nya pada sosok ayah yang sudah lama tidak bertemu, entah gimana kabarnya Nathan juga tidak tau yang ia tau bahwa kembarannya sangat membenci ayahnya itu.
Kedua mata Nathan kini berkaca kaca seperti akan menjatuhkan buliran air mata sepertinya Nathan menahan tangis dan kecewa yang kini ia rasakan. Air mata itu jatuh membasahi kedua pipi nya dan Nathan dengan segera menunduk agar pria di depan nya tidak tau.
"Kamu kenapa?" tanya Rey lembut yang hanya dibalas gelengan.
"Hanan gantengnya bunda Pulang!" teriak Hanan.
"Om tebak pasti kamu habis main bola kan"
"Tau aja, lagian om sih datangnya lama jadi gak bisa main bareng di lapangan"
"Lain kali om datang nya lebih cepat deh"
Hanan mengangguk, "oke om"
Kini Hanan menghampiri Nathan yang masih menunduk lalu menarik tangan nya menuju kamar. Hanan melihat wajah Nathan yang sembab akibat menangis tadi.
"Hahaha lu nangis gua pikir udah beneran remaja tau taunya masih bayi yang cengeng suka merengek"
"Apaan orang gua kelilipan"
"Dasar bohong, kenapa Lo? "
"Gua rindu ayah" lirihnya menunduk takut jika Hanan nanti bakal marah.
Hanan menepuk samping kasurnya menyuruh Nathan untuk duduk disamping nya, "sini duduk"
Nathan duduk disamping Hanan, "emang ayah pernah ingat kita enggak kan" ujar Hanan santai.
"Gua tau tapi mau sejahat dan sebejat apapun ayah dia tetap ayah kita han" tukas Nathan.
"Lo masih belain dia yang udah pukul bunda, kekerasan dalam rumah tangga bahkan bunda mati matian cari duit buat kita jadi tolong ngertiin dan jangan bahas dia lagi"
"Lo selalu nyuruh gua buat ngertiin tapi gua gak pernah tuh minta lu buat ngertiin gua Han bahkan sekali pun"
"Nathan lo dikasih apa sih sama dia sampai belain gitu gua gak suka"
"Lo sama yang lain ga ada yang bisa ngertiin gua, jadi mulai sekarang kita ngomong berkepentingan aja" ujar nya langsung pergi.
Nathan pergi menuju halaman belakang menatap senja yang berada dipinggiran langit itu dan tersenyum, "aku harap ayah sehat dan baik baik aja" lirih Nathan.
•
•
•
•
•
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote
dan comment terima kasih ☺😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Medan Dan Kembar Diratama || Nct Dream
AcakMedan Dan Kembar Diratama tentang kehidupan Kembar Diratama di sebuah kota Medan tempat kelahiran wanita yang melahirkan serta menjaga mereka seorang diri tanpa adanya peran sang ayah, bagaimana kisah dan kehidupan mereka? No bxb!! °jernih hasil dar...