YOONA'S SEXY BOSS (SEVEN)

208 23 3
                                    

"Apa kau bercanda? Semua ini salah, Yoona! Revisi semua dokumen ini dan cetak ulang dalam setengah jam."

Yoona memejamkan matanya erat-erat dan menipiskan bibirnya ketika dia meraih sebendel dokumen yang baru saja dilemparkan Donghae ke atas mejanya. Pria itu berbalik pergi dengan cepat diikuti dengan suara pintu yang dibanting keras hingga dinding-dinding di sekitarnya bergetar.

"Dasar boss sialan!"

"Kau pikir aku tidak bisa mendengarmu?" Sebuah suara tanpa tubuh terdengar di balik pintu yang tertutup.

Yoona mengepalkan tangannya dan mulai bekerja dengan sebendel dokumen yang baru saja dilemparkan Donghae ke mejanya. Dia merevisi bagian-bagian yang telah dicoret-coret oleh Donghae dengan spidol hitam. Dokumen-dokumen itu terlihat sangat berantakan dan dipenuhi catatan kaki. Bahkan dosennya yang paling killer sekalipun tidak pernah mencoret-coret tugas mahasiswanya seperti yang dilakukan oleh Donghae saat ini.

Pria itu telah menjadi aneh sejak dikunjungi oleh calon tunangannya. Yoona tidak mengerti dengan perubahan sikap Donghae yang tiba-tiba menjadi galak padanya. Padahal dia yang seharusnya marah pada Donghae karena telah mempermainkannya. Kemarin Donghae telah memberinya harapan palsu dengan ciuman itu. Dia terbawa suasana dan menyerahkan tubuhnya untuk digerayangi oleh boss sialannya. Dan setelah tujuannya tercapai, Donghae mencampakannya dengan menyedihkan. Donghae seolah-olah tidak pernah ingat tentang pagi yang beruap di dalam ruangannya.

"Aku sudah merevisi semuanya sesuai yang kau inginkan, sir."

"Bagus. Aku akan mengeceknya. Semoga kau tidak membuat kesalahan lagi."

Tumitnya berputar dengan cepat untuk keluar dari ruangan bossnya yang memberikan pengalaman traumatis untuknya. Bulu kuduknya merinding saat sudut matanya tak sengaja melirik ke sudut ruangan di dekat rak buku yang kemarin menjadi tempat mereka bercumbu dan nyaris bercinta. Astaga! Yoona merasa tolol dan dikalahkan. Dia bersumpah akan menjaga pikirannya tetap waras di dekat Donghae.

Tapi sebelum dia keluar, dia berhenti di ambang pintu untuk bertanya, "Sir, boleh aku bertanya?"

"Bertanyalah." Donghae menjawab tanpa mengalihkan matanya dari dokumen-dokumen yang sedang dibacanya.

Yoona mencoba mengabaikan sikap acuh tak acuhnya dan pergi dengan pertanyaan yang telah mengganggu benaknya sejak kemarin. "Ciuman itu tidak akan mengganggu hubungan profesional diantara kita kan?"

Seperti yang diduganya, kali ini Donghae mendongakan kepalanya. Tatapan matanya tajam menghujam tepat di manik karamel miliknya.

"Ciuman itu hanya sekedar time out. Kau tidak perlu khawatir tentang hubungan diantara kita. Kau tetap menjadi sekretarisku."

"Syukurlah, aku lega mendengarnya."

"Apa kau pikir kau akan menjadi kekasihku setelah aku menciummu?"

"What? Tentu saja tidak. Kau pikir aku ingin menjadi kekasihmu? Kau bukan pria yang cocok untukku."

"Benarkah? Tapi kau menikmati setiap sentuhanku kemarin. Akui saja itu, Yoong." Bibirnya berkedut membentuk seringaian.

"Hanya time out. Kukira itu adalah reaksi alamiah setiap tubuh yang dirangsang oleh seseorang yang sangat ahli dalam melakukannya. Aku tidak mau menjadi seperti salah satu kekasihmu. Kuharap hal seperti itu tidak terulang lagi."

"Sangat munafik. Kau jelas-jelas menyukainya."

"Aku bukan wanita suci, Donghae. Aku tidak kebal dengan sentuhan-sentuhan semacam itu. Jadi kuharap hal itu tidak terjadi lagi." Yoona mulai tersulut emosi. Dia kesal karena Donghae justru memprovokasinya untuk memberi makan egonya yang tinggi.

YOONHAE ONESHOOT STORY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang