2-Misi Rahasia

44 6 13
                                        


Haloo, sebelum lanjut, tolong typo bersebaran untuk kalian ingetin ya, terimakasih~

Happy reading♡

...

Dua minggu setelah kembalinya Kio, warga sekolah Diwangkara masih setia membicarakannya. Di kelas, di kantin, di gazebo, di toilet, di tempat parkir, bahkan di perpus.

"Sstt!!" Pustakawan tua itu sudah ke sekian kalinya berdesis, menyuruh diam.

Entah sejak kapan murid-murid telah menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang nyaman untuk bergosip. Suara bisikan mereka justru terdengar bising di kuping. Hardian sebagai salah satu 'penunggu' perpus merasa terganggu oleh murid-murid tersebut. Ia 'kan jadi tidak bisa fokus pada kegiatan membacanya.

"Ssttt!!!" Pustakawan tersebut kembali mendesis.

Hardian menguap, kemana perginya Riki dan Maxime? Tadi Riki bilang mau mampir ke kelas X Bahasa 1, mengembalikan komik yang dipinjamnya sekalian ke perpus bareng Maxime. Tapi lima belas menit telah berlalu dan masih belum ada tanda-tanda keduanya akan datang. Hardian menutup novel fantasi yang dibacanya. Memandang sebuah pintu kayu yang berada di kejauhan---jarak Hardian dan pintu cukup jauh. Di baliknya adalah sebuah ruangan yang terdapat sebuah perkamen kuno yang Hardian dan kedua sahabatnya incar selama ini. Ia ingin tahu, apa sebenarnya isi dari perkamen tersebut? Kenapa sekolah menyimpan dan sempat merahasiakan perkamen itu? Dan kenapa bilik terlarang itu harus ada?!

Argghhhh! Rasanya Hardian ingin langsung mendobrak pintu itu sekarang juga! Tapi tidak mungkin, pustakawan sok galak itu sedang berjaga, juga Hardian 'kan tidak mungkin kuat mendobraknya. Hah.....

Saat itulah Riki yang sedang ditunggu-tunggu datang. Tapi di mana si bule?

"Maxime mana, Rik?"

"Di kopsis, tadi Maxime minta dianter ke kopsis. Ternyata bu Risa lagi ada urusan mendadak. Dia nyuruh kami jagain kopsis sampai dia balik."

"Dan lo....kenapa sendirian? Bu Risa udah balik, 'kan?"

"Aku kabur," jawab Riki polos.

Di saat yang sama, di koperasi siswa, Maxime yang sedang melayani pembeli misuh-misuh dalam berbagai bahasa---di dalam hati. Kopsis sedang ramai-ramainya dan sekarang ia sendirian di sini. Awas saja, nanti Maxime akan memghajar si budak jepun itu habis-habisan. Banyak murid perempuan yang memilih bertahan di kopsis, membuat kopsis yang memang sudah ramai jadi tambah ramai. Wajar sih, kapan lagi bisa dilayani sama bule ganteng?

"Dek, kalo lagi nyari pacar nuna siap kok," celetuk salah satu kakak kelas.

"Maaf, kak. Lagi pengen jadi jomblo aja." Jawab Maxime canggung. Terkutuklah kau, Riki! Batin Maxime tertekan.

Kembali ke perpus. Hardian hanya bisa melongo mendengar jawaban Riki. Ia geleng-geleng. Alamat nanti bakal kena serangan delapan oktafnya Maxime, deh.

"Jadi gimana? Udah nemu petunjuk?" Tanya Riki.

Hardian mengangguk. "Jadi ternyata gembok itu bukan sembarang gembok biasa. Gembok itu gak ada kuncinya, ada semacam tombol tertentu kalau ditekan bakal muncul tombol-tombol angka. Mungkin kita bisa buka gembok itu pakai kata sandi." Terangnya panjang lebar, berbisik.

Riki terdiam cukup lama dengan wajah serius. Awalnya Hardian pikir sedang memikirkan apa, ternyata....

"Gembok itu apa?"

Hardian lantas menepuk jidat. "Jadi selama ini kita bertiga pusing-pusing diskusi tentang gembok dan lo gak pernah paham?"

Riki hanya nyengir. "Hehe maaf, kelamaan tinggal di Jepang sih makanya."

NAWAMARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang