CHAPTER 9: TRAUMA

331 41 8
                                    

Senin, 22 July 20xx

Matahari mulai menyembunyikan dirinya di langit. Cahaya senja mulai terlihat dikejauhan, menerangi langit sore Jakarta. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.

Zee telah menyelesaikan tugas piketnya membersihkan kelas. Setelah selesai dengan urusannya itu, ia berpamitan dengan sesama teman kelasnya yang juga satu jadwal piket dengan dirinya.

Ia telah sampai di lantai 1, dan saat ia menolehkan kepalanya ke arah lapangan sekolah, dua sosok perempuan yang sempat menarik perhatiannya saat sedang piket itu sudah tidak ada lagi disana. Entah kemana mereka. Apa sudah pulang Marsha?

Zee berjalan menuju gerbang sekolah sembari mengeluarkan handphone-nya. Awalnya ia ingin menghubungi Marsha. Menanyakan keadaannya, karena setelah mengerjakan tugas bersama Sabtu lalu, belum ada pesan masuk lagi dari Marsha.

Saat ingin membuka room chat Marsha, kilasan ingatan saat ia melihat Marsha dan seorang perempuan sedang bermain basket bersama beberapa saat lalu mulai mengganggunya. Wajah bahagia Marsha saat bercanda dengan perempuan itu, membuatnya mengurungkan niat untuk menghubungi Marsha.

Jarinya mulai beralih mencari kontak adiknya, Tara. Lalu ia mulai mengirim pesan kepada adiknya itu.

Zee
Tara, Kak Zee hari pulangnya agak malam ya
Ada tugas kelompok, mau ngerjain di rumah temen
Tolong bilangin nenek ya
Nanti Kak Zee makan di rumah temen, kamu sama nenek makan dulu aja

Tak butuh waktu lama, setelah Zee keluar dari gerbang sekolah dan berjalan menuju taman yang berada di sekitar sekolahnya, sebuah notifikasi muncul dari handphone-nya.

'Drt Drt Drt'

Zee melihat notifikasi itu yang merupakan balasan dari adiknya.

Tara
Oke
Nanti aku kasih tahu nenek
Bawain jajanan pas pulang nanti kak Zee

Zee tersenyum membaca balasan singkat adiknya itu. Untung adiknya bisa ia bohongi, karena pada kenyataannya ia tidak ada janji tugas kelompok. Ia tidak ingin pulang dahulu. Rasanya, ia butuh teman cerita.

Ya, teman disaat perasaan mengganggu ini membelenggunya.

Setelah termenung beberapa saat, Zee mencari salah satu kontak yang berada di dalam handphone-nya. Ia langsung menekan panggilan untuk menelepon orang tersebut. Tak butuh lama, suara diseberang sana menjawab teleponnya.

"Halo?"

"Toy, aku main ke rumah kamu ya."

◉◉◉

Disinilah Zee sekarang. Setelah menggunakan transportasi umum yang ada, dirinya telah sampai di depan rumah dengan halaman yang luas. Rumah di depannya ini tidaklah terlalu besar, namun juga tidaklah terlalu kecil.

Pintu rumah itu terbuka dan keluarlah temannya, Christy. Ia berpakaian mengenakan hot pants dengan atasan kaos polos berwarna hitam.

"Pagarnya gak dikunci, ayo masuk Zee," serunya dari pintu.

Zee mengangguk, ia lalu membuka pagar rumah itu. Tidak lupa ia menutup kembali pagarnya saat ia telah masuk ke dalam. Ia berjalan menghampiri Christy yang sedang berdiri menyandar dipintu rumahnya.

"Enggak ganggu kan?" tanya Zee memastikan.

"Santai aja, kaya baru pertama kali aja kamu mah. Ayo," ucap Christy mempersilahkan Zee masuk.

Zee melepas kedua sepatunya dan kaos kakinya terlebih dahulu. Ia lalu berjalan masuk. Di belakangnya, Christy menutup kembali pintu rumahnya.

"Papah Mamah kamu udah di rumah?" tanya Zee.

SWEET DOMINATION (ZEESHA FREFLO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang