"Oh ya, ngomong-ngomong kamu kenal aku?"
"Justru aneh gak sih kalau gak kenal kamu Marsha hehe. Kenalin, Zee."
•
"Aku mau jadi teman kamu."
"Hah?"
•
Siapa yang menyangka, pemberian kecil yang diberikan oleh Zee akan sangat membekas bagi Marsha. Kehi...
Gadis berkulit putih itu masuk ke dalam sebuah rumah yang besar. Setelah melepas kedua sepatunya, ia berjalan ke ruang makan. Disana hanya berdiri seorang wanita paruh baya dengan daster panjangnya sedang mencuci piring. Gadis itu mengedarkan pandangnya mencoba menemukan sosok lain. Namun tidak ada.
"Bi Inah, Papah Mamah belum pulang Bi?"
Tangan wanita paruh baya itu berhenti dari piring yang sedang dicucinya. Ia lalu menengok ke belakang, tempat gadis berkulit putih itu berdiri menatapnya.
"Belum Non. Non Marsha baru pulang?"
"Iya Bi. Kalau gitu aku mau ke kamar dulu ya."
Gadis yang bernama Marsha itupun beranjak dari dapur meninggalkan sosok wanita paruh baya yang dipanggilnya 'Bi Inah' itu. Beliau adalah asisten rumah tangga di rumah ini.
Marsha menghela nafas sejenak saat berada tepat di depan pintu kamarnya. Tangannya meraih gagang pintu dan membuka pintu kamarnya. Ia melempar tasnya ke atas kasurnya. Menyalakan AC di kamarnya sebelum menutup pintunya kembali. Marsha menghempaskan badannya di atas kasur. Merasa lelah setelah aktivitas seharian di sekolah. Terlebih karena drama penembakan seorang kakak kelas kepadanya yang malah menuntutnya penjelasan atas penolakannya. Sejujurnya ia malas untuk menemui orang itu setelah pulang sekolah tadi. Namun, ia pasti akan risih bila dicecar terus menerus oleh orang itu, karenanya ia memutuskan untuk menemuinya di belakang sekolah.
Tangannya meraba kantong seragam sekolahnya. Sebuah permen lolipop masih tersimpan disana. Marsha mengeluarkan permen itu, lalu menatapnya cukup lama.
"Zee ... ."
Marsha melepas pembungkus permen tersebut, lalu memasukannya ke dalam mulutnya. Sesaat ia teringat kembali saat Zee tersenyum memberikan permen ini.
"Manis."
Masih dalam posisi tidurnya, Marsha mengeluarkan handphone-nya dari dalam saku rok sekolahnya. Jarinya langsung membuka aplikasi whatsapp di handphone-nya. Ia lalu mengirimkan pesan kepada salah satu temannya dikontak whatsapp-nya. Tak butuh waktu lama, temannya itu langsung merespon cepat pesan Marsha karena kebetulan sedang online. Marsha pun untuk sejenak memfokuskan dirinya pada room chat dengan temannya tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marsha mengalihkan pandangannya ke langit-langit plafon kamarnya. Sepertinya ia menjadi terbawa rasa penasaran terhadap gadis yang bernama Zee itu. Sikapnya tadi. Permen pemberiannya. Dan senyumannya, masih terpantri dengan jelas dalam ingatan Marsha.
"Duh gawat ini." batin Marsha.
◉◉◉
Selasa, 16 Juli 20xx
Keesokan paginya, Marsha sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia melihat-lihat kembali pantulan dirinya dicermin. Rambut panjangnya yang hitam ia biarkan terurai secara natural. Wajahnya yang hanya menggunakan make up sederhana saja sudah cukup membuat Marsha terlihat cantik dan menawan. Pada dasarnya, Marsha sudahlah cantik, jadi tanpa perlu make up berlebih pun ia sudah cantik.