CHAPTER 11: PERSAMAAN

179 27 2
                                    

Rabu, 24 Juli 20xx

Marsha berbalik menghadap Ashel. Sesaat ia bingung sejak kapan temannya itu ada di belakangnya?

"Shel? Hai," sapa Marsha.

"Hai," balas Ashel dengan senyumnya.

Ashel berjalan ke wastafel di samping Marsha, membasuh kedua tangannya dengan air mengalir, "Abis dari kantin?" tanya Ashel.

"Iya Shel," jawab Marsha.

Marsha bingung harus memulai obrolan darimana. Sejak kejadian dengan Ashel beberapa hari lalu, rasanya menjadi canggung di dekat temannya itu. Padahal sebelumnya, ia tidak pernah merasakan kecanggungan diantara mereka berdua. Apalagi Ashel yang seringkali menjadi tutor sebayanya dalam mengerjakan tugas, membuatnya semakin dekat dengan Ashel.

"Aku denger dari Kathrin tadi dan kebetulan sempat lihat kamu juga, di kantin" ujar Ashel membuyarkan lamunan Marsha.

"Eeh... lihat aku?" tanya Marsha.

"Iya, dengan Zee kan?" tanya balik Ashel.

Marsha kaget mendengar nama Zee disebut. Sebenarnya mengarah kemana obrolan mereka berdua saat ini? Ia sedikit tidak nyaman akan hal itu.

Marsha menganggukkan kepala, "Iya tadi dia bilang mau traktir."

"Aku seneng dengernya," ucap Ashel.

Marsha merasa ada yang aneh dengan Ashel, tapi ia tidak bisa menanyakan hal itu. Ia melihat Ashel sudah selesai dengan mencuci tangannya dan mematikan keran airnya.

"Kalau gitu aku duluan ya Sha," ucap Ashel yang berjalan melewati Marsha.

"Shel..."

Ashel menghentikan langkahnya. Ia menengok kembali ke arah Marsha, "Iya?"

"Kejadian tempo hari waktu di cafe itu, aku gak tahu harus gimana tapi aku minta maaf kalau hal itu yang membuat kamu menjauh dari aku Shel," ungkap Marsha.

Entah apa yang diucapkannya ini benar atau tidak, tapi Marsha harus memulai dari topik itu terlebih dahulu. Sebelum ia menguping pembicaraan Ashel dan Zee di perpustakaan, Marsha mengira Ashel menjauh darinya karena Ashel seorang homophobic.

Tapi ketika ia menguping pembicaraan Ashel dengan Zee, muncul suatu pemikiran liar lainnya dikepala. Namun, semua itu masih sebatas asumsi Marsha. Ia tidak bisa menuduh Ashel sama seperti dirinya.

"Bukan kamu yang salah kok Sha. Saat itu, aku hanya kaget aja mendengar pengakuan kamu," ucap Ashel.

"Terus, kenapa kamu seperti menjauh dari aku? bahkan dari Kathrin juga? dia sampai bingung Shel dan nanyain aku terus," tanya Marsha bertubi-tubi.

Ashel terdiam beberapa saat.

"Mungkin aku yang seharusnya minta maaf untuk hal itu ya. Aku enggak menjauh kok Sha, aku hanya... butuh ruang untuk sendiri dulu," jelas Ashel.

Ya. Ruang untuk sendiri. Itulah yang dibutuhkan Ashel saat ini setelah mengetahui temannya juga menyukai orang yang sama seperti dirinya. Ashel tapi tidak bisa menyalahkan Marsha, karena ia tidak ingin seegois itu. Perasaan orang lain bukanlah hak dirinya untuk mengatur.

Ashel juga seharusnya sadar bahwa saat ini, kisah antara dirinya dan Zee telah berakhir. Namun, ikatan itu terlalu sulit untuk dilupakan olehnya. Ia masih tidak bisa melupakan Zee sampai saat ini. Ia masih tidak bisa melupakan perasaannya itu.

"Ruang untuk sendiri?" ulang Marsha.

Ashel menganggukkan kepalanya, "Iya, kamu tahu kan Sha? Seperti untuk menenangkan pikiran hehe."

SWEET DOMINATION (ZEESHA FREFLO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang